Pernah ada satu masa aku bisa baca bermacam-macam buku. Bisa nulis.
Rasanya sudah lama sekali.
Menurutku, aku masih orang yang sama. Tapi kehidupan berubah.
Kangen.
.
mypath
Friday, July 27, 2018
Sunday, July 10, 2016
PMQ - Surga Create-Preneurs
Konon Surga adalah tempatnya orang-orang baik.
Maka PMQ adalah salah satu surga bagi creativepreneurs yang okeh
sangat!
PMQ singkatan dari Police Married Quarters di Hong Kong.
Awalnya memang berfungsi sebagai asrama bagi polisi yang
sudah menikah.
Didirikan sejak tahun 1889
Didirikan sejak tahun 1889
Namun sejak tahun 2014, kompleks yang terdiri dari dua bangunan ini dijadikan studio desain, tempat kursus kuliner, toko barang unik,
kantor arsitek, dll
Pemerintah Hong Kong bertekad menjadikan PMQ sebagai panggung bagi pelaku kreatif dan memberikan pengalaman kreatif bagi
pengunjungnya.
Tag-line nya : Home to Local Young Create-Preneurs
Terletak di daerah Sheung Wan.
Stasiun MTR
terdekat adalah Sheung Wan.
Ke PMQ bulan Januari 2016 kemarin. Sengaja turun di stasiun Central, karena
pengen ke LKF (Lan Kwai Fong) dulu.
Dari stasiun Central, keluar dari pintu D1, ketemu Peddler
Street, nongkrong heboh di Lan Kwai Fong sejenak, trus menyusuri Hollywood Road di
daerah Soho.
Dari stasiun Central sekitar 900 meter-an sampai ke PMQ.
Waktu itu sekitar jam 1900. Di Hong Kong ini masih sore banget.
Meskipun semua masih buka; tapi suasana-nya rada sepi agaknya karena suhu udara yang rendah; sekitar 16 derajad C.
Meskipun semua masih buka; tapi suasana-nya rada sepi agaknya karena suhu udara yang rendah; sekitar 16 derajad C.
PMQ terdiri dari dua bangunan: blok Hollywood dan blok Stauton.
Ditengahnya ada ruang terbuka yang biasanya di gunakan sebagai tempat pameran,
live music, instalasi seni, bazar, dll.
Bentuk awalnya sebagai asrama masih dipertahankan: deretan hunian
yang dihubungkan selasar.
Unit-unit hunian ini yang dijadikan toko, workhop, dll
Produk dan jasa yang ditawarkan keren. Tapi mahal sangat; bahkan untuk ukurang Hong Kong.
Sebuah totebag kecil dari kulit, harganya 3ribu HKD, approx IDR 5juta-an.
Blok Hollywood dari lantai 4 Blok Stauton - PMQ |
Deretan hunian yang diubah menjadi toko-toko produk kreatif |
Merchandise lucu, keren tapi mahal sangat |
Ini toko roti untuk pengantin |
Workshop kuliner - kayaknya bikin roti |
Toko barang-barang dapur |
Seacam kantor gitulah... |
Di beberapa area, ada display piano-piano yang masih berfungsi dan di cat warna-warni.
Ini program #playmeimyours yang memberikan kesempatan pengunjung untuk "berkreatifitas" dengan memainkan piano.
Waktu itu iseng memainkan satu lagu favorit ketika dulu masih mengajar Sekolah Minggu :
kan ku-nyanyi Kemurahan Tuhan slamanya, akan ku nyanyikan
kan ku-nyanyi Kemurahan Tuhan slamanya, kan ku nyanyi Kemurahan Tuhan
mulutku, menyatakan kesetiaan Mu, kesetiaan Mu
mulutku, menyatakan kesetiaan Mu trus turun temurun
kan kunyanyi Kemurahan Tuhan slamanya, kan kunyanyi kemurahan Tuhan.
Sudah lama sekali gak main piano. Ternyata masih lancar mengetuk tuts piano.
Senang sangat! :)
Gak pengen buka outlet MicaWork di sini.
Tapi seandainya masih jadi arsitek; punya kantor di sini pasti rasanya kayak di surga beneran. Hahaha :D
catatan : dua foto pertama di atas diambil dari sini.
Labels:
hongkong,
playmeimyours,
PMQ
Location:
PMQ - Showcase, Central, Hong Kong
Tuesday, May 10, 2016
Siapakah Saya ?
Bulan Februari yang lalu, ikut pelatihan tata cara ekspor yang diadakan PPEI
di Jakarta.
Beberapa peserta di pelatihan itu kemudian menjadi teman.
Salah
satunya adalah Fina, seorang auditor yang sedang mengembangkan produk tas
kanvas nya.
Dalam satu kesempatan, Fina bilang:
Pau, dulu pas pertama di
kelas; aku pikir kamu tuh orangnya serius dan galak lho. Sampai aku mau tanya
sesuatu saja takut. Ternyata kamu bisa santai dan guyon juga ya. Hehe.
Kemarin pas pameran di Hong Kong, hampir semua teman peserta
pameran juga mengatakan hal yang sama. Bahkan ada satu orang dari kemenkop bilang:
Pas liat foto pak Paulus, aku langsung mikir: orang ini pasti galak banget.
Iya, jawab Nanda.
Aku saja sampai takut pas ketemu pertama. Padahal
ternyata orangnya lucu, dan bisa jadi teman jalan yang seru.
Hahaha...
Nggak ngerti kenapa orang lain selalu menilai aku serius dan
galak.
Sering mendapati teman yang baru kenal, bicaranya sangat dijaga. Mungkin dipikirnya kalau salah ngomong, kepalanya langsung
aku caplok.
...mangkanya!...jangan judge a book by it’s cover, kata satu teman peserta pameran lagi.
Weleh..ini kok malah jadi dipikir aku semacam buku ber-cover.
Trus kira-kira buku apa? Resep masakan, teenlit, atau
stensilan.
Huhuhu.....
Aku yakin selain dinilai galak; pasti ada atribut lain yang
ditempelkan ke citra seorang Paulus Phoek. Entah pelit, rajin, malas, membosankan,
entah apa lagi.
Yang kemungkinan besar juga bukan yang sebenarnya.
Sebaliknya bisa jadi sebenarnya aku memang seseorang yang galak.
Kalaupun sekarang masih haha-hihi mungkin karena belum nyalain sumbu nya saja. Hehe.
Jika teman-teman baru ini saat ini bilang: 'senang
bisa kenal Paulus'; apakah mereka
benar-benar sudah mengenal Paulus yang sebenarnya.
Sebaliknya juga: apakah aku benar sudah mengenal citra
sejati teman-teman ini ?
Do we ever really likes a person or just with our idea of
who (s)he is?
Salah satu peserta pameran di Hongkong kemarin: mb. Ayu, pengusaha handicraft dari
Bali.
Pengetahuan dan pengalaman ekspornya sudah tingkat raja-nya
dewa.
Bayangkan saja: dia pernah ikut
pendidikan khusus tentang ekspor-impor dan buyer management 1 tahun di Singapur, dan 2 tahun di US.
Selain sebagai pebisnis, mb. Ayu juga sering jadi narasumber
di pelatihan-pelatihan bisnis dan ekspor-impor.
Waktu aku minta diajarin soal ekspor, dia jawab:
Ekspor itu gampang!
Mas Paulus punya kendala ekspor; saya akan bantu. Tapi sebelumnya
penting untuk kita tahu : “Siapa Saya”.
Siapa mas Paulus, hanya mas Paulus yg bisa jawab. Kemampuan,
semangat, cita-cita, idealisme...
Dari sana baru kita akan berbicara pengembangan bisnis MicaWork; ekspor nya,
dll.
Kalau kita sudah tahu “siapa saya”, nanti semua masalah dan kendala bisnis akan
terpecahkan sendiri kok.
Aku disuruh bikin analisa SWOT pribadi dan usaha.
Kita bahas bersama. Katanya lagi
Selama pameran kemarin; kalau ada waktu senggang mb. Ayu
banyak bercerita tentang kasus-kasus yang pernah dia hadapi; pengalaman kerja dan
bisnisnya; jatuh bangun bisnisnya; pengalaman rugi ratusan juta dan bangkrut
karena ekspor; dll
Mb. Ayu juga mereview harga produk MicaWork yang aku
pamerkan.
Rasanya beruntung banget ikut pameran di Hong Kong ini: bisa
test pasar, dapat buyer, dapat duit penjualan retail, branding MicaWork di
Hongkong; juga mendapatkan mentor yang sangat okeh.
Mangkanya seneng banget pas 5 hari yang lalu mb. Ayu telpon mau nginap dua malam di Solo. Dia mau ke Blora
kulakan kayu jati
Selama di Solo,aku menemaninya sambil terus dapat kuliah tentang bisnis dan menggali
“siapa saya” melalui cerita-cerita
pengalaman hidupnya.
Tercerahkan banget!
Caranya bercerita bagus, nggak menggurui.
Tapi bisa bikin
aku berefleksi : bagaimana aku harus mengembangkan bisnis MicaWork; membangun platform usaha yang sebenarnya sudah
aku gagas 5 tahun yang lalu.
Satu hal prinsip yang aku tangkap adalah aspek sipritualitas
dalam kehidupan kita.
Mb. Ayu, yang penganut Hindu ini banyak bercerita tentang
peranan ketaatan religius dalam kehidupan bisnisnya.
Jadi menarik sekali, karena penerapan agama Hindu bagi orang
Bali sangat kaya dengan budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Hari itu sebelum mengantarnya ke bandara; aku ajak mb. Ayu menemui
seorang kenalan: sebut saja Pak Budi, seorang kontraktor, pengusaha mebel, dll yang lumayan terkenal
bahkan di skala internasional.
Salah satu karyanya adalah kompleks bangunan kantornya yang
dibangun dari material sisa-sisa limbah proyek: potongan besi dan kayu yang oleh orang
lain sudah dijadikan sampah.
Orang-orang di dunia desain Indonesia pasti pernah
mendengar/baca/ atau bahkan melihat langsung bangunan ini.
Terakhir kali bertemu Pak Budi dan mengunjungi kantornya
mungkin 2 tahun yang lalu. Rasanya kagum dengan bangunan yang diciptakannya.
Suasananya megah dan teduh.
Tapi ketika kemarin sampai disana, rasanya kaget; ada rasa
yang beda.
Suasana di dalam dan diluar bangunan terasa suram dan kumuh. Gak
terawat baik. Padahal nampak pembangunan-pembangunan baru di sayap kanan-kiri bangunan.
Kami sempat ngobrol lama dengan pak Budi yang kembali
bercerita dengan sangat bangga tentang bangunan kantornya yang dibangun dengan “sampah”.
Aku simpan dalam hati saja : kesan bangunan dan lingkungan
yang meredup tadi.
Ketika akhirnya kami pulang; dipintu pagar; mb. Ayu
menunjuk sebatang pohon banyan, dan berkata,
mas Paulus; coba lihat ya, dalam
waktu tidak lama usaha pak Budi ini akan menghadapi masalah. Pohon banyan ini
menyerap energi bangunan dan aktifitas di sini.
Rasakan saja aura bangunan yang sangat redup.
Mb. Ayu kemudian menjelaskan bagaimana budaya Bali; aturan
membangun rumah : Hasta Kosala Kosali yang misalnya mengatur jenis bahan
bangunan yang dipakai membangun rumah.
Nampaknya kombinasi pohon banyan dan bangunan berbahan “sampah”
tadi sangat buruk dan bahkan mengundang mahluk “gak jelas”. Bikin bangunan
dihuni mahluk gaib.
Sopir mobil taksi yang mendengar pembicaraan kami;
membenarkan.
Iya mas. Yang dikatakan mbak-nya benar. Tadi saya di depan ngobrol dengan satpam,
katanya sisi belakang yang difungsikan sebagai kantor sangat angker. Gak ada
yang berani masuk sana kalau sudah malam. Padahal dulu gak seperti itu.
Wew!
Dengan nada guyon; aku tanyakan, mb. Ayu,
Terus apa yang
harus dilakukan pak Budi agar terhindar dari masalah ini?
Ya, bangunan itu harus diobohkan diganti dengan bangunan
yang baik.
Masalahnya, bangunan itulah yang menjadi kebanggaan
terbesarnya saat ini. Jawab mb. Ayu.
Setelah menurunkan mb. Ayu di bandara; dengan ditambah
situasi pak Budi aku jadi mikir panjaaannnnng...
tentang “siapa saya”
tentang kebanggan-kebanggan yang aku miliki dan perjuangkan.
tentang nilai-nilai kehidupan yang saya terapkan
Benarkah ini saya yang sebenarnya?
Seperti pak Budi tadi; bangunan kebanggaanya justru adalah
sumber bencana yang sedang mengintainya.
Jadi,
Thursday, December 24, 2015
Meraih Impian
Tanggal 25 November kemarin, ke Singapur untuk menemui 2
orang calon buyer.
Berangkat dari Jakarta, sekalian menemani mama ke Jakarta.
Naik Lion Air jam 06.15 sampai di Changi jam 09.00 naik taksi ke daerah Marine
Parade.
Beres ngobrol dari sana trus ke Orchard menemui buyer satunya lagi.
Jam 3 sore sudah beres, aku
muter2 di Orchard Road dan Rafless City.
Ke Singapur udah kayak dari Solo ke Jakarta urusan gawean. Blas
gak ada rasa “piknik” nya.
Tapi rasanya menyenangkan bisa keluar negeri bukan untuk plesir tapi urusan
MicaWork.
Jadi seperti seekor ikan yang nyemplung ke laut dan menemukan habitatnya.
Seneng banget.
Aku banget!
Ini duniaku yang sebenarnya! Hehe.
Ga pernah terbayangkan urusan MicaWork bisa bikin aku ke Singapur menemui calon
buyer.
Hari itu juga pulang ke Jakarta dengan penerbangan terakhir AirAsia jam 20.55
Rasanya okeh hidup kayak gitu: bolak-balik Singapore atau negara lain untuk urusan
MicaWork. Haha...
Januari besok sudah punya tiket JOG-KUL-HKG untuk nonton
pameran Toys dan Stationery.
Pameran toys terbesar di kawasan Asia, nomer dua di dunia.
Tujuannya bukan nyari ide desain, tapi lebih ngisi batere semangat berkreasi;
karena kesibukan akhir-akhir ini rasanya lebih banyak urusan rutin: produksi,
marketing, motret, semacam itulah.
Kali ini pergi sendiri lagi. Mama ga mau ikut.
“Hongkong, Januari dingin banget.
Gak ada yang diliat. Males” katanya.
Berangkat dari Yogya tgl 11 sore, tanggal 14 siang sudah sampai Yogya lagi.
Di Hongkong hanya semalam.
Rencana hanya liat pameran saja dan kalau sempat ke
Sam Shui Po : pusat tekstil, kulit dan perlengkapan industri lainnya.
Malamnya pengen ke ke daerah Soho atau Lan Kwai Fong. Area
hype untuk nongkrong dengan teman.
Sebenarnya (setidaknya sampai saat ini) ga terlalu suka Hongkong. Karena terlalu
“kota” banget.
Tapi semoga suatu saat bisa pameran di Hongkong dan
membangun bisnis disana. Huhu!
MicaWork adalah cerita tentang sebuah perjalanan panjang.
Kalau diwadahi pakai ember; keringat dan airmata yang terkumpul bisa untuk usaha
laundry. Haha.
Apapun pencapaian MicaWork saat ini, masih lebih panjang
jalan yang harus di tempuh.
Seminggu yang lalu, gak sengaja klik lagu mandarin di youtube.
Sebenarnya ga suka lagu mandarin, tapi waktu itu dengerin sampai selesai.
Iringan piano nya bagus.
Trus 2 hari yang lalu, lagu itu muncul lagi di beranda
youtube.
Aku klik lagi.
Re-play 2 kali.
Lagunya nyantol banget.
Ternyata itu sound track sebuah web-seri di youtube. Ada 6
episode.
Kisah nyata tentang seseorang bernama Zheng Xi, yang punya impian menjadi pembuat
film, dan ingin meraih impian itu bersama seseorang bernama Tao Ye.
Awalnya memang Tao Ye memberi harapan dan membalas rasa Zheng Xi.
Namun kemudian Tao Ye justru memilih orang lain dan terus mengecewakan Sheng Xi.
Hingga suatu malam Tao Ye menyelinap ke kamar Shen Xi dan
bersebadan dengan orang lain.
Tao Ye mengira Shen Xi sudah tidur, padahal Shen Xi menggigit bibir hingga
berdarah agar suara tangisnya tidak pecah.
Akhirnya Sheng Xi memilih untuk melupakan Tao Ye; tapi tidak
impiannya.
Justru makin terpacu untuk membuktikan bahwa dia bisa
menjadi pembuat film yang hebat.
Ketika habis liat web-series itu, rasanya biasa saja.
Tapi dua hari ini tiba-tiba merasakan racunnya.
Jadi ingat cerita lalu.
MicaWork juga berawal dari sebuah impian yang ingin aku raih bersama seseorang.
Berbagi impian ini dengannya.
Tapi mirip dengan kisah Shen Xi, akhirnya aku harus
melakukan pilihan,
Aku memutuskan pergi.
Malam itu di depan rumah tempat dia tinggal; aku berkata :
meski aku hanya punya satu sayap pun, aku akan tetap berusaha meraih impian
itu.
Sedih? Kecewa?
BANGET!!
Tapi hidup terus berjalan maju, dan aku masih bertahan
meraih impian itu.
Menerima peristiwa lalu sebagai cerita dan pelajaran hidup.
Justru aku bersyukur bisa mengenalnya dan pernah dekat
selama beberapa saat.
Seperti kata Shen Xi di akhir film, dunia ini luas sekali; di tengah riuhnya ramai kehidupan, betapa beruntungnya aku bisa bisa bertemu dan mengenalmu.
Lirik lagunya, kira2 demikian:
Dia, yang dulu meraih erat tanganku tapi akhirnya
melepaskannya
Dia, yang pernah mengucap janji, namun hanya berakhir
sebagai kebohongan.
Meski akhirnya dia tidak menjadi milikku; tapi aku tidak
menyesalinya.
Hari-hari kemarin indah karena bisa bersamanya.
Mungkin itu hanya illusi, namun aku tidak menyesalinya.
Karena mengenalmu adalah satu hal terindah di hidupku.
Terima kasih sudah pernah ada di hidupku.
Terima kasih sudah menjadi bagian ceritaku.
Tuesday, October 27, 2015
MicaWork Go BIG+BIH Thailand
Sudah lama pengen ke Bangkok International Gift Fair &Bangkok International Housewares Fair (BIG+BIH); pameran produk kreatif ternama
di Bangkok.
Konon pameran ini yang menjadi inspirasi dan acuan pameran Inacraft di
Indonesia.
Jadi pas kemarin MicaWork lolos kurasi Kementerian Koperasi trus
diajak kesana rasanya surpraizzz banget.
Tapi grogi juga, lha wong menurutku Bangkok itu khan Bandung-nya dunia;
Kiblatnya kreatifitas. Tiap kali ke
Bangkok selalu dibuat nganga dengan craft dan desain produk unik dan
kreatif disana.
Aku mikir: apa ya produk MicaWork sudah pantas mewakili Indonesia.
Apalagi ini event International, bukan kelas bazar umum atau event KBRI.
Waktu persiapan mepet, karena habis pameran Crafina juga.
Aku tentukan thema pameran ini "travelling", jadi hanya bawa bantal leher, sampul paspor, sleepmask, topi, totebag, semacam itulah.
Berangkat tanggal 18 Oktober dari Jakarta naik flight pertama AirAsia jam
06.55.
Sendirian.
Mama ga mau ikut, Wik dan Nyo juga sedang banyak gawean.
Sepanjang jalan aku terus berdoa semoga ga nemu masalah
dengan bea cukai di Dong Muang.
Intinya begini : tiap kita membawa barang masuk ke negara lain (bukan utk
dipakai pribadi), meskipun hanya satu buah barang, prinsipnya itu adalah
ekspor. Jadi harus memenuhi prosedur ekspor umum. Apalagi jika ini berkaitan
dengan pameran, dll.
Meskipun sudah dilengkapi dokumen2 : packing list, keterangan bea cukai
Indonesia, pengantar dari kementerian koperasi, jaminan dari KBRI setempat,
dll; konon kadang2 saja nemu masalah di bea cukai negara tujuan.
Masalahnya adalah: mustinya barang-barang tersebut hanya untukk pameran, tidak boleh dijual.
Harus dibawa balik ke negara asal.
Tapi prakteknya selalu dijual, sehingga seharusnya ada bea masuk, dll.
Apalagi jika ada barang-barang yg termasuk dalam daftar LarTas (larangan
terbatas) ekspor-impor.
Terakhir MicaWork pameran di KL juga sempat ditahan oleh bea
cukai. Saat itu yg ditahan rombongan dari Indonesia. Ada anggota rombongan kami
yg bawa kain batik. Padahal itu dilarang masuk Malaysia.
Untung ada ibu Dewi dari asosiasi yg bisa "ngobrol" dengan org bea
cukai, sehingga akhirnya kami dilepas. Fiuuhh! Bikin senewen banget. Rasanya
udah kayak jadi penyelundup obat terlarang.
Karena kuatir masalah bea cukai itulah, kali ini hanya bawa
3 koper barang. Agar ga terlalu menyolok.
Sampai Dong Muang jam 10.10.
Pas ambil bagasi jantung dagdigdug ga karuan.
Aku berharap bisa keluar bareng rombongan orang lain, agar petugas gak fokus
liat oom-oom bawa 3 koper gendut, dan 2 ransel chubby.
Lha kok gak ada!!!
Kebanyakan perorangan atau pasangan dengan bawaan seuprit.
Mau gak mau kudu keluar khan; mosok mau balik Indonesia
lagi.
Aku jalan keluar lewat green-lane. Trolley aku cengkeram
kuat-kuat.
Dibalik dinding yang membatasi area pengambilan bagasi dan
custom:
CILUK BA!
Ga ada petugas sama sekali! Mesin x-ray dimatikan dan
suasana lengang.
Segera aku keluar.
Doooh lega PUOLLL!!
Haha...
Dari Dong Muang, naik taksi ke lokasi venue : BITEC didaerah
Bangna, utk display booth.
Naik taksi + toll habis THB 400.
Sampai di lokasi sdh ada beberapa org dari Indonesia peserta pameran.
Setelah kenalan, topik pembicaraan adalah : pengalaman menembus bea cukai.
Haha.
Sekitar jam 3 sore, ada Prim: org Thailand yang jadi liaison
dari KBRI, lari-lari nyariin mb. Yessi dari Kementerian sambil cerita : ada 4
peserta dari Indonesia yang sedang ditahan bea cukai bandara Suvarnabhumi. Dor!
Kami yg tadinya sibuk display stand masing2 langsung geger dan ikut senewen,
kembali ngobrol masalah bea cukai.
Dengar-dengar, akhirnya ada staf KBRI yang ke bandara
menyelesaikan masalah itu, dan peserta disuruh bayar (kalau ga salah dengar)
masing2 THB 4ribu. Dueng!.
Sesuai dugaanku pameran BIG+BIH ini besar dan kuerennnn
banget!!
Banyak sekali peserta pameran perorangan muda usia yang menampilkan
produk-produk yg bikin nganga.
Banyak sekali produk yg inovatif. Packing dan konsep brandingnya kelas dunia.
Dsiplaynya juga bikin minder.
Sementara Indonesian Pavillion biasa saja.
Rasanya bikin makin ga pede.
Pameran berlangsung 5 hari; dari tanggal 18-23 Oktober.
3 hari pertama khusus utk buyer. Jadi pengunjungnya adalah
orang2 dari perusahaan yang akan memesan utk dijual lagi.
Buyer dari seluruh dunia.
Yang mampir ke booth MicaWork banyak juga. Ada yg dari Amerika, Mesir, Singapur,
Jepang, Karibia, dll.
Mereka bilang produk MicaWork unik dan minta di berikan penawaran.
Senengnya: mereka bisa mengenali bahwa MicaWork adalah produk handmade.
Ada yg bolak-balik datang ke booth dan tanya-tanya, ada yg sekali datang trus
langsung menugaskan agennnya untuk follow up, ada yg juga langsung email dari kantor
pusat, menyatakan keseriusan mereka.
Bangga banget bisa bilang: "...this made in Indonesia"
Tinggal sekarang aku bisa atau tidak follow up.
Kirim barang alias ekspor itu khan ga se-sepele kirim barang via JNE.
Butuh kelengkapan legalitas, perhitungan harga, disiplin produksi, kreatifitas
untuk pengembangan produk, dll.
Bp. Lutfi Rauf : Duta Besar RI untuk Thailand, mampir di booth MicaWork
Bp. Bebep Djundjunan Perutusan Tetap KBRI di Thailand. Promosi buku PLUSH.
Jadi ingat hutang jalan-jalan ke Bangkok sama mas Fachmy :p
Menurut peserta lain yang sudah pengalaman pameran; respon
buyer untuk booh MicaWork pertanda baik.
Karena biasanya buyer tidak akan menjalin kontak bisnis dengan peserta yg baru
pameran pertama kali.
Mereka akan menilai keseriusan sebuah perusahaan setelah sebuah brand ikut
pameran beberapa kali.
Selama trade show 3 hari ini, pameran hanya sampai jam 6
sore. Peserta juga dilarang jual produknya.
Jadi, suasana relatif sepi. Bagi peserta dan buyer akan lebih nyaman dengan
situasi ini karena gak terganggu
keriuhan pengunjung.
Tapi bagi peserta pameran yg terbiasa pameran di Indonesia dan mengharapkan
penjualan: bakal stress karena ga ada penjualan.
Ada peserta dari Korea yang kebingungan kenapa pengunjung
sangat sedikit. Haha.
Kami hanya boleh menjual di public day, pameran utk umum: di
2 hari terakhir.
Dan memang dua hari tersebut pengunjung
sangat ramai. Bahkan sebelum event dibuka sudah antri di depan pintu masuk.
Pameran buka jam 1000 sampai jam 2100
Respon konsumen untuk produk MicaWork juga sangat baik.
Beda dengan buyer yg ngomong seperlunya, dan menunjukkan apresiasi/minat dengan
permintaan follow up setelah pameran; konsumen umum lebih menunjukkan apresiasi
melalui pujian, dan pembelian.
Mereka juga bisa mengenali MicaWork produk handmade.
Banyak yang bilang beda dengan produk yg ada di Thailand.
Aku menemukan ada satu booth yg menjual bantal leher, tapi model dan desainnya
biasa saja. Ada lagi yg jual bantal leher yg isinya buckwheat, semacam kulit
gandum gitu.
Hari kedua public day; sekitar jam 12 siang, bantal leher
sudah terjual semua hanya sisa 1 buah.
Beberapa barang lain juga terjual habis.
Jam 4 sore, aku sudah beres-beres. Dari 3 koper hanya sisa setengah koper
Selama pameran ini, ada beberapa tawaran ikut pameran skala
lokal juga.
Rencana hari terakhir pameran ini pindah penginapan ke
daerah Siam Square. Jadi paginya sudah check out dari hostel tempat menginap
dan ransel aku bawa ke pameran.
Aku kuatir kalau terlalu malam, rebutan taksi dengan pengunjung
dan peserta lain padahal kudu bawa 3 koper dan 2 ransel. Gak mungkin naik BTS
atau MRT khan.
Jadi sekitar jam 5 sore aku cabut dari pameran dulu.
Rasanya masih percaya-gak percaya dengan kesempatan yang
Tuhan berikan : bisa ikut pameran keren di Bangkok dan produk MicaWork diterima
pasar.
Memang kalau Tuhan sudah menyediakan rumahnya, Tuhan juga akan mnyediakan
isinya.
Pas pamitan dengan mb. Yessy dan teman-teman kementerian;
mereka tanya, “Pak, tahun depan ikut pameran Tokyo Gift, mau gak ?”
Duh! Aku khan jadi trus piyeeeeee.... gitu ! (*njaluk
dikeplak)
Hahahahaha...
Subscribe to:
Posts (Atom)