Pages

Friday, March 31, 2006

Aku dan Joe

Ada seekor kucing di rumah kami. Namanya Joe.
Si Joe memang rakus, tapi lucu dan alim; gak suka kluyuran atau dugem.
Setiap pulang, aku selalu mendapati si si Joe nunggu di balik pintu.
Ibu bilang, “Joe kok deket banget sama kamu” hehe..

Tapi namanya juga kucing!!; suatu hari si Joe duel dengan kucing tetangga, sehingga pahanya terluka. Oleh ibu diberi betadine dan perban, tapi selalu saja dikoyak Joe.

4 hari sejak berkelahi, lukanya tambah parah dan infeksi. Joe jadi lemes, pincang, dan ga mau makan.
Aku masukin Joe ke dalam dos utk di bawa ke dokter hewan dekat rumah.
Waktu keluar rumah, si Joe malah ketakutan, loncat keluar dari dos dan berlari pulang. Pasti kakinya sakit sekali untuk berlari, tapi mungkin rasa takutnya lebih kuat.

Aku tangkap dan masukin dos lagi. Kali ini aku tutup pake keranjang.
Sepanjang perjalanan ke dokter, Joe teriak2. Heiz!! Malu banget diliatin orang, dikirain aku nyulik kucing. Untung saja sesampai di tempat dokter, si Joe jadi diem.
Karena masih bernanah, Joe hanya disuntik antibiotik dan lukanya dibersihkan. “2 hari lagi balik ya, lukanya akan di jahit”, kata dokter.

2 hari kemudian, aku bawa Joe ke dokter dan kembali menahan malu diliatin orang yang pasti mengira aku sedang menculik kucing. Kali ini si Joe malah sampai pipis.
Setelah dibius luka Joe di jahit dan diperban ketat.
Besoknya, si Joe sdh keliatan lebih baik dan mulai rakus kayak biasa.
Belum seminggu, Joe sudah kudu di bawa ke dokter lagi, karena perban lepas dan lukanya digarukin sampai terbuka lagi. Lukanya dijahit lagi dan perbannya diikat lebih kencang.
Waktu aku bawa pulang, Joe yang masih setengah sadar, menggeram2 ga jelas. Mungkin sakit dan pusing akibat dibius.

3 minggu kemudian aku bawa lagi ke dokter untuk melepas perban dan jahitan. Kali ini lukanya sembuh dan kering.

Tapi sejak itu Joe tidak pernah duduk dekat pintu waktu aku pulang, dan hanya mau dekat2 kalau liat aku bawa makanan.

Dasar Kucing!!