Pages

Friday, November 25, 2011

Catatan 24 November 2011

Tanggal 19 kemarin pertemuan dengan penerbit jadi dilaksanakan di Yogya. Awalnya aku terharu (*lebay) ketika tahu lokasi pertemuan di resto Dixie yang di Gejayan. Aku punya kenangan di sana. Tapi ternyata pelayanan resto ini sangat gak oke, sampai beberapa kali aku merasa kudu ngomong pake tanda seru.

Such an unrecommended place indeed!!


However pembicaraan dengan tim penerbit tercapai dengan baik. Ada juga beberapa teman yang juga membahas buku masing-masing. Sekarang tinggal menunggu proses lay out dan sebagainya.

Aku masih kudu menyusulkan beberapa foto, dan kayaknya pengen ada beberapa revisi kecil; tapi secara umum penulisan naskah sudah selesai.

Lega.

Tapi sedih juga ding; karena masa-masa penulisan ini punya sisi-sisi menyenangkan.

Semoga segera bisa nulis buku berikutnya :D

Sudah saatnya ngurus gawean lainnya yang sebulan ini terlantar : toko, pesanan2 MicaWork, persiapan bazzar di Bandung, dll


Ternyata menulis buku itu memang tidak mudah, menyedot habis otak dan hati. Ibarat batere, kayaknya aku sudah butuh charge ulang. Penerbit sudah menawarkan uang muka royalti yang cukup dipakai backpacking ke India. Tapi sampai hari ini aku menahan diri tidak mengambilnya. Ntar dulu!

Biar ngumpul cukup banyak untuk keliling eropa 2 bulan. Hehe…


Aku juga belajar kalau proses pemotretan itu riweh dan rempong.

Yaaaaaa…. anggap saja persiapan menjadi selebritis. *glek!


Oh ya, beberapa hari yang lalu, mas Fachmi, mb. Fitri, Icha, dan aku di wawancarai harian Jawa Pos tentang komunitas Tangan Grathil di Solo. Hari minggu kemarin di muat di lembar Radar Solo. Satu halaman full + profil aku di bagian bawah. Kayaknya memang takdir jadi selebritis bukan mengada-ada. Hahahaha.

Komunitas Tangan Grathil adalah wadah bagi pelaku kreatif, khususnya bidang crafting. Sebenarnya aku dan Icha sudah lama pengen bikin kayak gini. Sudah lama pengen melakukan sesuatu untuk masyarakat.

Tapi hanya sebatas angan sampai kemudian bertemu mas Fachmi dan mbak Fitri yang memiliki idealisme yang sama. Jadlah kami membuat komunitas dengan satu semangat dan idealisme: berbagi.

Ketika pertama kali di sounding di facebook, peminatnya ternyata banyak sekali dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sms dan message di FB gak ada matinya. Padahal tadinya kami membayangkan ini adalah komunitas lokal.

Jadilah kami memutuskan untuk mengembangkan ini menjadi komunitas nasional dengan chapter-chapter di banyak kota lain. Asyik dan keren juga kalau bisa memiliki suatu gagasan dan merealisasikannya, dan kemudian menjadi virus yang menyebar ke banyak orang.


Sudah ada beberapa teman yang bersedia menjadi pengurus Komunitas Tangan Grathil di Yogya, dan Bandung yang diprogramkan berjalan mulai tahun depan.

Untuk Jakarta, Surabaya, Medan, Purworejo dan Makasar pun ada, tapi kami kudu berhati-hati agar semangat dan idealisme komunitas: “berbagi” tetap terjaga


Kemarin setelah kami diwawancarai Jawa Pos, kami berkelakar; hanya masalah waktu kami masuk acara Kick Andy. Sesuatu banget ya! Hohoho….


Tapi itu lebih pada becanda saja. Motivasi kami benar-benar berbagi. Rasanya udah sueneng banget melihat antusiasme teman-teman yang menjadi peserta.

Beberapa peserta malah sudah bisa memanfaatkan hasil workshop untuk bikin sesuatu trus di jual di fesbuk. Dan laku!!!

Sudah saatnya potensi ekonomi mikro dikembangkan, dareeeepada invest duit di saham yang sejatinya adalah judi.


Beberapa foto kegiatan :





Dua hari ini, aku juga sudah mulai membuka pesanan-pesananan MicaWork yang sebulan ini aku tutup dulu agar bisa konsen di penulisan buku.

Rasanya kata “bersyukur” tidak cukup bisa menggambarkan kehidupan saat ini.


Satu-satunya hal yang mengganggu adalah geraham bungsu yang bermasalah karena tumbuh miring dan menimbulkan rasa nyeri.

Rencananya besok mau dioperasi. Semoga lancar. Aku takut jarum suntik! Pengalaman tang, catut dan gerinda masuk mulut itu traumatik :p


Semoga lancar…soalnya kayaknya gak ada selebritis yang gagal tampil gara-gara sakit gigi. fufufu...:(

Thursday, November 10, 2011

Anxiety

Tanggal 19 Nov nanti, di Yogya akan ada pertemuan dengan penerbit Tiga Serangkai untuk membahas layout buku, dll, sebelum masuk tahap setting.
Aku kudu menyiapkan “dummy” tampilan buku sesuai yang diinginkan: jenis dan warna font, tata letak galeri foto, dll
Pihak penerbit memberi kesempatan kepada kami para penulis mengajukan keinginan masing-masing. Moga-moga saja keinginan aku terpenuhi semua. Hehe.

Tapi itu berarti setidaknya tanggal 17, sepuluh hari sejak hari ini, dummy sudah kudu masuk ke penerbit. Agar mereka juga bisa mempersiapkan diri.

Masalahnya, sampai hari ini masih ada beberapa bagian yang belum selesai di edit. Aku juga kudu mencari printshop yang bisa mencetak format Microsoft Publish. Sudah coba tanya ke beberapa printshop di Solo gak ada yang bisa.
Mosok kudu ke Yogya khusus nge-print.

Ohya, seminggu yang lalu ada ada pertemuan dengan tim marketing dari pihak Tiga Serangkai; mereka menyampaikan rencana road show selama tahun 2012. Bakal ada launching di toko-toko buku, komunitas, dll.
Kayaknya bakal keren: travelling sekaligus kerja, dibayarin lagi. Ah bakal menyenangkan!
Berasa jadi artis yang punya jadwal promo keluar kota. Hahaha…

by the way, baru sekali itu blusukan di kantor Tiga Serangkai yang ternyata kewreeen + guuuede banget!!!!

Somehow, aku dan beberapa penulis juga membuat rencana promo sendiri. Bukunya dijadwalkan terbit awal maret 2012. Tapi sebelumnya kami akan mengadakan pre-order sales. Rencana roadshow pertama besok Desember di Bandung.

Sudah 2 minggu hampir tiap hari tidur jam 4 pagi, bangun jam 9. Rasanya lumayan mabok. Dan bikin hidung aku ngucur kayak keran bocor.

Hari ini rasanya paling down. Kehabisan energi dan semangat. Rasanya gamang dan gak pede. Malah jadi mikir yang nggak-nggak.




apakah aku melakukan sesuatu yang benar?


Is this what I want?


Would be my book good enough?


Apa yang saya harapkan dari buku ini?


Should I do these?


aaahhh....

-------

Bukan berarti aku tidak bersyukur. Aku masih sering tertegun dengan kesempatan nulis buku ini.
Kalau bukan Tuhan yang menganugerahi kesempatan ini, rasanya mustahil.

Semoga buku pertama ini akan membuka peluang yang lebih besar lagi, untuk aku pribadi, tapi juga untuk banyak orang.
Melalui proses menulis ini, aku juga belajar bagaimana memberi nyawa pada aksara yang aku deretkan agar memiliki makna. Dan bahwa sebuah buku yang baik akan membuat penulisnya juga belajar menjadi lebih baik lagi.
Hari-hari terakhir ini malah sudah mulai memikirkan konsep buku selanjutnya.

Hampir jam 12 malam. Sehari ini baru masuk perut: 1 kantung keripik jagung, 2 bakpau sedang dan 3 cangkir kopi.

Kayaknya kudu istirahat trus nyari makanan yang rada serius dulu. Kepala mulai sakit. Hohoho….

Thursday, November 03, 2011

Menulis

... menulis itu menderetkan kata dan memberinya nyawa, agar bermakna.