Pages

Wednesday, May 24, 2006

Rendang Hati Macan

Dalam lelakon hidup saat ini, seseorang sering dihadapkan pilihan2 dilematis.
Ga usah ngomong situasi perang yang pilihannya hidup atau mati, di dalam dunia bisnis saja, seringkali motto yang dipakai adalah : siapa makan siapa.
Persaingan, orientasi target, kondisi ekonomi umum, kendala2 usaha, dll dapat menjadi tekanan yang menimbulkan stress, dan membuat hati mencelos. Dibutuhkan hati seliat baja dan segarang macan untuk memutuskan sesuatu, menjalaninya, dan menghadapi konsekuensinya sepanjang hidup.

Pilihan2 yang kudu dihadapi kadang sudah ga bisa di bahas pake logika dan hati nurani. Kondisinya kerapkali rumit, karena faktor2 yang ada seringkali abu2; bukan hitam atau putih. Selalu ada benturan nurani dan “akal sehat”
Plis deh! Jangan bilang bermurah hati; ini reality life!!…bukan reality show di tv.

Masalahnya, seringkali aku justru terjebak dengan suara hati yang biasanya dipengaruhi rasa iba. Beberapa teman pernah ngomong, “Pras jadi laki-laki kok ga tega-an….gampang diperalat loh!”

Kadang jadi mikir, mungkin aku bisa lebih “sukses” kalau lebih “tegas”; tidak mudah jatuh iba. Mungkin tiap hari kudu makan hati macan, beruang atau dingo agar jadi manusia berhati garang kayak macan.

Masalahnya, aku cuma doyan hati ayam atau hati sapi yg dimasak sambal goreng.
Bisa jadi itu yang membuat aku jadi manusia berhati ‘winnie the pooh’
….*sigh!