Pages

Wednesday, February 22, 2012

Kucing Narwastu

Thursday, February 16, 2012

Apel dan Kopi

Akhir-akhir ini istilah 'apel malang' dan 'apel washington' kerap terdengar, dan berkonotasi negatif: suap.

Hehe, jadi nyadar sebenarnya aku juga rempong banget dengan apel; khususnya ketika melakukan pemotretan produk MicaWork.
Disemua foto produk MicaWork selalu ada sebuah apel dan secangkir kopi. Dua benda ini sudah menjadi penanda mutlak.

Awalnya gak punya makna apa-apa, serta bukan kesengajaan, apalagi wangsit dari penunggu sungai desa sebelah :D
Kebetulan saja suatu hari ketika akan memotret tote-bag 'Keepr' (sub-brand MicaWork), aku menyeduh kopi dan mengambil apel dari kulkas untuk kudapan.
Dua benda itu ikut terpotret dan menurutku membuat foto kelihatan lebih menarik.
foto dengan apel dan kopi pertama

Sejak itu, aku selalu berusaha menyertakan apel dan kopi pada setiap pemotretan produk. Baik motret sendiri pake kamera "ikan asin" maupun pemotretan di studio foto profesional.
Aku selalu rewel menempatkan apel dan kopi agar terlihat jelas, namun tidak mengalahkan fokus produk yang di foto.



Beberapa teman mulai menyadari hal ini dan menanyakan maknanya.
Aku yang jadi bingung. 'apa ya maknanya?...gak ada cuy! cuma kebiasaan saja'
Tapi teman-teman memang usil dan kepo banget, 'kayaknya bukan kebiasaan kamu menempatkan sesuatu tanpa makna'

heizzz!! pada sok tahu semua....

Jadilah aku otak-atik; untuk menempelkan makna pada apel dan kopi, aku jawab: "kopi" itu mencitrakan semangat dan kerja keras, "apel" mencitrakan buah/hasil sebuah ketekunan.

hogya!! aku keren ya kalau urusan 'mengarang' hahaha...

Di rumah selalu tersedia apel. Tapi akhir-akhir ini aku gak pakai apel beneran, cuma replika yang aku beli di Bandung.

Anyhow, apel memang makanan sehat: berserat, indeks glycemic-nya rendah dan rasanya enak.

Saat pagi, hanya sarapan 1 apel dan secangkir kopi tanpa gula; aku bisa bertahan sampai jam 1300-1400.
Tapi kalau sarapan nasi; jam 1100 siang malah sudah kelaparan, lemas dan cranky. fiuuu...

Tuesday, February 14, 2012

Inacraft dan Syariah

Di Jakarta, setiap tahun diadakan Inacraft: sebuah event pameran craft terbesar di Indonesia. Bahkan mungkin se Asean.
Event ini sangat populer dan selalu sukses bikin macet kawasan Balai Sidang Senayan.

Saking populernya; tidak mudah untuk ikut pameran di event ini; selain kudu menjadi anggota ASEPHI (Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia); juga karena stand-nya sangat terbatas.
Sebagai gambaran: anggota Asephi di Solo ada 100 lebih padahal konon cuma dapat jatah 8 stand. Jadi, meski punya duit segudang belum tentu bisa dapat stand di Inacraft.

Bagi aku untuk bisa ikut Inacraft nyaris impossible.



Tapi bagi Tuhan, gak ada yang mustahil.
Oktober tahun 2011, nyaris tanpa sengaja berkenalan seseorang ibu yang ternyata penanggung jawab event Inacraft. Setelah ngobrol banyak dan melihat karya MicaWork, ibu ini berkata, "saya tertarik dengan MicaWork, saya ingin menyediakan satu stand untuk MicaWork, kalau mas Paulus mau"

Saat mendengar itu, rasanya aku pengen langsung lari mengelilingi Senayan 10 kali sambil teriak-teriak :D
Kata "Senayan" sudah menjadi sebuah predikat bagi seorang politisi, atlit, dll.
Tampil di Senayan adalah sebuah pengakuan, achievment. Tidak hanya nasional namun internasional.


Ibu ini tidak hanya memberi 'satu stand' tapi juga stand dengan lokasi prima: free standing, sehingga bakal punya 4 sisi, bisa nge-display produk maksimal. Ibu ini juga meyakinkan aku ikut dalam kompetisi Inacraft Award. WAW!!!

ARRRRGGGHHHHHH!!!!!!!!

Aku sangat bersyukur pada Tuhan, dan mewujudkannya dengan cara berbagi kesempatan hebat ini. Sasaran pertama yang terpikir adalah teman-teman crafter yang juga menulis buku. Jadi selain MicaWork, bulan Maret ini Tiga Serangkai juga akan menerbitkan 3 buku lain tentang crafty-preneur yang masing-masing ditulis oleh HelloBleu, BJBJ, dan Ammi&Abi.

Tujuan aku mengajak mereka bergabung benar-benar hanya karena rasa syukur dan berbagi kesempatan. Bukan nyari duit dari keikutsertaan mereka. Jadi aku berkata kepada teman-teman ini: "gak usah mikir biaya stand-nya. Nanti selesai pameran; terserah kalau kalian mau ngasih aku sebagian dari keuntungan penjualan kalian. Tapi gak ngasih pun juga gak apa-apa.
Bagi aku kebersamaan dan network itu jauh lebih penting"

Dari 3 brand ini, yang paling akrab adalah Hellobleu. Kami pernah pameran bareng di Plaza Ambarrukmo tahun lalu dan sukses. Hubungan personal aku dengan Kiky dan I'id (pemilik brand Hellobleu) juga dekat. Jadi ketika aku menyampaikan keinginan mengajak mereka tampil di Senayan; pembicaraan kami langsung sifatnya teknis: penyiapan stok dagangan, pengiriman, strategi jualan, juga mimpi-mimpi kami tentang kesuksesan di Inacraft.

Tapi Sabtu kemarin ketika bertemu dengan salah satu brand lain yang aku ajak; malah jadi perdebatan panjang. Mereka ngotot minta kesepakatan diawal berapa besar uang yang harus mereka bayar.
Ketika dijelaskan lagi-dan-lagi prinsip aku bahwa tujuannya hanya berbagi kesempatan dan terserah mau ngasih berapa; mereka bilang, "tapi ini nggak syariah, bertentangan dengan iman kami"

gubrakZZZZZZZZZZZZ!

hahaha... ternyata punya niat baik (menurutku), itu tidak mudah dan bisa rempong.

Setelah debat panjang dan aku sempat bilang: "yo wis!! kalau gitu mending kalian gak usah ikut saja", akhirnya mereka nyerah.

Setelah pertemuan tersebut, aku jadi mikir.
Sepanjang perjalanan balik ke Solo geli tapi juga mangkel.


Aku memahami kemudaan dan idealisme (mentah) mereka sehingga berpikir dan bersikap seperti itu. Di sisi lain prihatin juga ketika hal-hal sederhana dalam kehidupan yang mustinya juga bisa dibiarkan sederhana; kenapa kudu dimuati dengan 'syariah'.
Toh aku bukan mengajak melakukan sesuatu yang tidak sesuai prinsip-prinsip agama manapun.
Kalaupun tidak dimuati dengan simbol dan istilah syariah; bukan berarti kebersamaan yang aku tawarkan di Inacraft adalah sesuatu yang penuh dosa.
Bukan berarti kalau aku bukan penganut 'syariah', prinsip kehidupan dan pekerjaanku sesuatu yang kotor.

hahaha.... manusia, manusia!!




Monday, February 13, 2012

Kenali Rangkai Pakai

Sudah lama pengen bisa belajar elektronika. Rasanya keren kalau bisa bikin suatu rangkaian semacam robot, komputer, dll.
Yah siapa tahu bisa bikin sesuatu yang canggih. hohoho...

Saya pun menemukan kelompok Kenali Rangkai Pakai (KRP), sebuah kelompok yang mengambangkan instrument/media seni berbasis mandiri. KRP berkonsentrasi secara penuh pada pengembangan teknologi yang di terapkan dalam berbagai seni, yang mampu diciptakan secara mandiri oleh kreator-nya. (dikutip dari blog ini)

So, hari sabtu kemarin ke Yogya ikut workshop KRP di resto Jendela: lantai dua toko buku Togamas di dekat perempatan Condong Catur.
Materinya adalah rangkaian stylophone 8 nada.

Rasanya deg-degan: "bisa gak ya?!"....Secara biasanya hanya pegang gunting dan mesin jahit. hohohohoho....

Tapi sesuai dugaan, teman-teman dari KRP sangat sabar menyampaikan instruksinya.
Suasana workshop juga sangat menyenangkan. hehe.

Tujuan aku ikut workshop KRP ini juga untuk menjajaki kemungkinan KRP mengisi workshop Komunitas Tangan Grathil di Solo.

komponen dan pcb stylophone. dalam hati : "iki opooo tho yo cah!!"


Dua IC pertama bisa nempel. Aku juga jadi tahu cara menentukan mana kaki pertama dari sebuah IC. yihaa!!


Setelah semua komponen dipasang, saatnya di solder. Ini solderan pertama. kata mas Lintang sudah rapi tapi menurutku kayak solderan tukang talang.


Ini setelah disatukan dengan papan sentuh, dan sisa-sia kawat komponen dirapikan.


Trus dipasang kabel2 untuk osilator. Pikir aku : 'kok kayak bom!' kabel merah, kabel hitam..dan kabel pink!


suasananya workshop yang seruuuuu!!

Workshop dimulai (mustinya) jam 12 siang; tapi karena pada telat jadi mundur 1 jam.
Akhirnya aku juga kudu pulang duluan padahal rangkaian belum selesai. Karena ada janji ketemu beberapa teman.

Tapi seandaianya KRP bikin workshop lagi, definetly aku pasti ikut!
Mas Yayan da mas Lintang juga sudah memberi lampu hijau untuk mengisi workshop Tangan Grathil di Solo. Ahay!!

Wednesday, February 08, 2012

Judge me by cover. Not!

Wew…kayaknya aku makin jarang bisa nulis di blog ini. Hadeee….

Beberapa hari yang lalu ditunjukin preliminary desain cover buku yang akan terbit Maret nanti. Sebenarnya keren; keluarga dan teman-teman bilang desainnya bagus banget dan beda. Pihak penerbit juga meyakinkan desain ini sudah dibahas di semua departemen. Tetapi gak cukup bikin aku pede apakah buku ini bisa diterima pasar: apakah covernya sudah cukup menggambarkan isi bukunya.
Buku ini tentang craft-preneurship. Berbeda dengan buku-buku crafting yang ada di pasar, buku ini menceritakan bagaimana aku pertama kali bikin bantal gede berbentuk kaki, pengalaman jualan, dstnya; yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menjadi entrepreneur di bidang produk kreatif.

Balik urusan cover: aku yang sering berkata dan juga mendengar ‘don’t judge a book by cover’; sekarang aku yang dibuat senewen dengan urusan cover. Hohohoho…


Minggu yang lalu MicaWork juga buka lapak di Hellofest. Event keren yang diadakan oleh Hellomotion.

Salah satu event-nya adalah cosplay alias lomba kostum anime. Pesertanya 1.000 lebih. Bisa dibayangkan heboh dan kerennya. Aku jadi makin kewalahan: ya jualan dagangan MicaWork yang laku kayak kacang goreng, ya sambil motret peserta cosplay yang lewat depan booth MicaWork.
Kostumnya memang keren-keren!! Kebanyakan kostum adalah tokoh2 hero jepang. Tapi ada juga peserta dengan kostum ga jelas : satpam yang berdarah-darah habis dipukulin, zombie, hantu, dll
Seolah orang-orang itu dengan memakai kostum-kostum aneh, sejenak menjadi pribadi yang lain: pahlawan heroik, tokoh monster, dll.


Tapi aku juga berpikir; mungkin saja kostum yang dipakai jusru menggambarkan pribadi mereka yang sebenarnya. Sekelompok orang memakai kostum malaikat maut: jangan2 mereka adalah malaikat maut themselves.
Haha… sekali lagi topiknya sama: sesuatu atau seseorang gak bisa dinilai dari kostumnya, cover-nya, casing-nya.

Bytheway, jualan MicaWork di Hellofest suksessssss banget. Trus yang paling seneng pas kenalan sama mas Adri pemilik Indie Art Space yang punya konter di Mazee - Plaza FX di Senayan Jakarta.
Mas Adri tertarik dengan produk MicaWork dan memberi kesempatan untuk mengisi konter-nya.
Luar biasa seneng banget!! Produk MicaWork bisa tampil di plaza yang konon ‘hip’ banget.
Beberapa kali ke Jakarta baru sempat ke plaza fx yang gak jauh dari Ratu Plaza itu. Kali ini aku nggak perlu salah nge-judge: Emang kewren banget!
Aku minta mas Adri memberi kami waktu untuk menyiapkan produknya.

Ah, semoga tampilnya produk MicaWork di plaza fx ini bisa jadi langkah pertama lahirnya kembali T-One.
Semoga. Hehe…