Pages

Thursday, January 14, 2010

Bantal & Guling

Dua hari yang lalu pas sibuk ngomong serius sama tamu, terganggu telp masuk.

Apa kabar pak? Lagi sibuk ga… *dstnya….

Awalnya aku tidak mengenali orang yang telp tersebut hingga dia menyebut namanya; baru saya ingat.

Oh, –sebut saja- pak Eka ya! sahut aku.

Pak Eka ini teman lama, beraktifitas di pelayanan masyarakat, kegiatan sosial, dll; pokok-e punya kondite yang baik. Tinggal di kota berjarak 200 km dari Solo.

Ada apa nih pak? Aku bertanya.

Trus dia kurang lebih berkata demikian
Gini nih, saya punya saudara yang baru saja menikah. Mereka menyewa sebuah rumah kecil dan sama sekali belum punya apa-apa. Saya kasihan sama mereka, karena mereka cuma sanggup beli springbed. Tapi trus ternyata mereka lupa memperhitungan beli bantal guling, sampai-sampai spesifikasi springbed yang akan mereka beli harus diturunkan yang lebih murah. Nah saya kasihan sama mereka; kalau harga teve 14’ yang murah berapa ya pak?

Aku beri beberapa rekomendasi. Aku sarankan merk Niko saja; sudah tabung A, gambar bagus dan garansi 3 tahun.

Gimana pak… apa perlu saya kirim dari Solo? tanya aku (*rumangsa mode on)

Oh boleh! Boleh! Tapi tolong kasih no rekening, biar saya transfer dulu. Jawab pak Eka

(*Rada susah nih! Mosok mau ‘bisnis’ dengan pak Eka?)

Jadi aku jawab, gampang lah pak! Nanti saja kalau pak Eka ada tugas ke Solo, atau nitip mbak Warni kalau ke Solo.

Kira2 demikian percakapan kami.

Setelah mengakhiri pembicaraan kami, aku jadi mikir : Semua orang punya prioritas hidup dan prinsip masing-masing, TAPIIIII…..

  1. Gak punya apa-apa kok berani nikah!
  2. Emang sebelum nikah juga ga punya apa-apa ?
  3. Apa mungkin ‘kawin lari’…jadi ga punya modal apa-apa? Jaman gini kok masih ada kayak gitu!
  4. Beli tempat tidur kok ya kudu ‘springbed’ apa ga ada alternatif lain yang lebih murah? Beli karpet + busa dulu kek!

Belum selesai mikir, pak Eka telpon lagi.

Oh ya pak, kalau kipas angin berdiri harganya berapa?

Kalau yang merk murah paling 75 ribu, di atas itu merk Miyako harga 170 ribuan. Mendingan box fan saja pak, ada merk GMC cuma 80 ribu tapi kualitasnya bagus.

Wah, tapi dia belum punya meja jadi kalau pake box fan susah, mosok di taruh dilantai. Ada gak kipas berdiri yang 100 ribu-an gak?

Nanti saya usahain pak! Jawab aku menutup pembicaraan.


-----------

Aku jadi prihatin.

Jangan-jangan penganten baru itu juga belum punya sprei, lampu, gelas/piring/sendok….

Trus jangan-jangan teve ga bisa ditonton karena ga ada listrik. Lha wong bantal dan guling saja ga punya…..

Stress aku!!!

Wednesday, January 13, 2010

Surabaya&Gresik 22-23 Desember 2009

Akhir Desember kemarin jalan ke Surabaya dan Gresik.
Berangkat dari Solo tanggal 22 Desember naik kereta api Sancaka yang berangkat tepat waktu jam 08.12 pagi.
Tiket Eksekutif harga IDR 80ribu. Penumpang penuh dengan suasana liburan.
Rada kuatir juga karena belum punya tiket balik; sebelum berangkat sempat tanya loket tapi dijawab 'habis semua pak sampai tanggal 4!'

haduh!

Masalahnya, aku juga ga yakin urusan di Surabaya dan Gresik butuh waktu berapa lama. Yang jelas jangan sampai malam natal masih di Surabaya.

Sampai stasiun Gubeng jam 12.20, tanya tiket balik ke Solo sama saja: sold out!
Trus nyebrang ke Klinik DKT, barangkali apotiknya punya obat mama : Vessel du F yang sudah di cari di Solo ga ada.
Oleh Apotekernya disarankan ke apotik Nusantara.

Jalan ke Delta Plaza, siapa tahu masih ada tiket pesawat murah besok pagi ke Yogya. Tapi ternyata ga ada travel-agent di Delta Plaza.

Makan dulu di Depot 369.
Resto ini konon pernah di review Bondan Winarno. Terkenal dengan mie-nya.
Konon lagi : jaman dahulu kala di Shanghai ada sebuah jalan yang bernama '369' bacanya : [san liu ciu]. Disepanjang jalan tersebut berderet warung yang menjual mie. Brand inilah yang diangkat oleh Depot 369.

Mie-nya memang super enak! Aku dan mama setahun yang lalu pernah makan di Depot 369 di Delta Plaza dan Tunjungan Plaza.
Selain mie, yang terkena adalah sup ayam herbalnya. waw!
Hanya saja tidak semua menu halal. Aku pesan mie dengan daging babi yang rasanya mantab!! dan xiao long bao (lihat gambar di bawah).

Xiao long bao itu kayak semacam pangsit, tapi di dalamya ada kuah kaldunya. Cara menikmatinya: taruh di sendok, kuak sedikit dengan sumpit, lalu tambahkan acar jahe, trus masukkan ke dalam mulut. Heaven!!

Ditambah minum coca-cola, total 'kerusakan' (istilah 'biaya' di milis Jalan Sutra) sekitar IDR 48ribu. Lebih mahal dari nasi padang, tapi aku mau mengawali perjalanan kali ini dengan makan enak! hehe...

Dari Delta Plaza, naik taksi muter2 Surabaya dari satu apotik ke apotik yang lain nyari obat mama...hasilnya ga ada!
Ada satu apotik Kimia Farma yang janji akan nyariin besok pagi.
Sempat misuh-sih "JANCUK! JANCUK!!...JANCUK!!!" di apotik Nusantara yang pelayanannya lemot sekali!

Lanjut ke stasiun Semut, ganti naik angkot ke Gresik. Sekitar jam 1630.
HADUH! angkotnya ngetem luaaaammmaaa sekali di depan gedung DPRD. Sampai aku turun dan motret2.
Setiap kali ke Gresik, rasanya lega sekali kalau sudah sampai perempatan ini.
Isi angkot yang penuh!. Aku kejepit di kursi paling belakang....hehe...

skip, skip, skip urusan di Gresik...

Cukup foto ini yang bicara: I'm done!!
Selesai check-in in Pak Gun dan Mas Dodo di Sapta Nawa: satu-satunya hotel di Gresik, aku naik angkot lagi kembali ke Surabaya, sampai di depan hotel Ibis dekat Sta. Semut.
Naik taksi ke Jl Urip Sumoharjo. Pas ke Kimia Farma di jalan itu siangnya, aku lihat diseberangnya ada hotel Olympic. Jadi aku pikir nginep di situ saja.
Ternyata hotel kelas 'mbuh'...semalam cuma 140 ribu sudah pakai AC.
Kapan-kapan saja aku review seremnya hotel itu.

Setelah check-in (kira-kira jam 1030 malam) langsung jalan kaki cari makan, dan nemu warung tegal "Bu Lilik" :

Lokasinya seberangan dengan foodcourt (*atau pujasera...lupa!) di Jl. Urip Sumoharjo.
Lihat menunya, aku pesan nasi pecel + cumi.
Rasanya? enak banget! suer!!!
pantas di buktikan!
Selain nasi pecel ada menu-menu lain.
Total 'kerusakan' nasi pecel cumi dan teh panas : IDR 12ribu. waw!!! murah thenan!!!

Habis makan, jalan lagi dekat warung tegal tadi nemu pasar Surya. kayaknya semacam pasar induk.


Jalan lagi.... nemu tugu Bambu Runcing...(mustinya itu namanya)
Di sekitarnya banyak warung-warung lesehan. Kayaknya jual makanan aneh...semacam ular, dll. yikes!!

Iki jeneng-e opo? air mancur panca warna? hehe
warna lampu sorotnya berubah-ubah: merah, hijau, biru...
Ga tahu ini bangunan apa...asal motret saja.
Jalan terussssss.... sampai juga di jembatan dekat Sta Gubeng da Delta Plaza. Ada beberapa orang sedang mancing. *mancing apaan ya?

Sampai di Delta Plaza...mari njajal Tony-Jack!

Mungkin karena sebenarnya ga lapar. Hasil jajalan saya: kok masih lebih enak McDonald's.
Lagipula, kenapa ya paket makanan dinamai 'Marah1', 'Marah2'...... menurut aku bukan nama yang membawa energi positif.

Jam 11 malam lebih.
Perut penuh, ngantuk, mari kita pulang.
Di luar hujan gerimis. Taksi berderet-deret, tapi pilih jalan kaki saja lewat Delta Plaza, Gedung Mandiri.....

Cape juga jalan sampai hotel.
Dan hotelnya bikin kapok; mulai dari sprei yang aneh, kamar mandi yang kuncinya macet (*untung bukan aku yang terkunci di dalam), suasana creepy...

.........

23 Desember 2009, sehari sebelum malam natal.

Jam 0700 sudah terbangun. nonton teve trus mandi dan check-out.
Ada sarapan paginya, tapi sudah ill-feel dengan hotel ini.

Jam 0900-an nyebrang jalan ke apotik Kimia Farma yang kemarin janji nyariin obat.

hasilnya:

"ga ada pak! itu obat ex luar negeri...di Surabaya ga ada yang jual.....beli saja di tempat biasa bapak beli..."

YAY!!!! apotik Indonesia, sistem2-nya, PLUS apoteker2-nya emang sudah kadaluarsa kabeh!!!!!!!

Sambil manggul ransel, jalan lurussss.... (*feeling aku: bakal nemu Tunjungan Plaza)

Beberapa kali liat gedung Intiland, selalu mikir: "arsitek gedung ini mimpi apa sih!"
sebagai pengagum Frank Llyod Wright, penganut arsitektur organik; aku selalu berprinsip sebuah bangunan harus seolah-olah 'tumbuh' dari bumi dengan mudah dan bahagia...

Jelas gedung Intiland adalah gedung yang lebay!
Sampai di TP masih jam 1000 kurang. Langsung cari makan di foodcourtnya (*kalau ga salah lantai 5)...jatuh pilihan: yakiniku set di konter "Isakaya".... hehe nama yang maksa!
rasanya lumayan, porsinya generous.

Trus nyari travel agent, siapa tahu masih ada tiket pesawat ke yogya sore hari ini. Tapi ternyata sudah FULL!!

Ke ACE Hardware, dapet dua kotak perkakas. Tapi ternyata toko sebesar itu ga punya plastik atau kardus untuk bungkus barang yang aku beli. Aneh!

skip, skip, skip......

Dari TP naik taksi ke Gubeng. Kali ini terpaksa naik taksi karena bawa barang banyak: hasil beli di ACE Hardware yang ga pake bungkus! :D

Udah siap mental beli tiket KA tanpa no kursi. Tapi mbaknya yang di loket bilang, "mas nanti beli jam 1400 saja, ada KA tambahan Sancaka..."

Cihui! aku langsung berdiri ga jauh2 dari loket, melototin antrian....
Sebelum jam 1400, mbaknya ngasih kode tiket sudah ada. Leganya!

Masih sempat jalan2 sekitaran stasiun Gubeng.
Foto 'man-hole' di depan stasiun Gubeng sisi lama. Ngikut2 cover buku traveling karya Matatita.

Suasana peron sore itu.
Ada ransel+barang2 saya, trus ada cowok sok imut bawa guling guffy... yey!

Dapat tiket kelas eksekutif, IDR 80ribu. senangnya!
Tapi kereta beberapa kali berhenti ga jelas.
Sekali berhenti di depan pohon trembesi yang menurutku bagus banget!!

Yang ini berhenti wajib di stasiun Madiun.

Entah kapan lagi akan ke Surabaya dan Gresik.
Kayaknya tidak akan dalam waktu dekat. Bahkan dalam 4-5 tahun lagi.
Ironisnya: justru aku mulai suka dengan 2 kota ini.

well, that's life!

Friday, January 08, 2010

I'm not worry...cuma kuatir saja kok!

Desember 2009 lalu, 2 teman lagi menyusul jadi PNS:

Darma (teman jalan ke Bangkok Maret’09) diterima di Depertemen Perhubungan. Dia akan bertugas di unit kesehatan bagi pilot, pramugari, dll
Ridho, oom2 pelit itu di Dept. Kesehatan dengan pangkat pertama langsung IIId.

Sebelumnya juga si Jerry ‘elegan’ di terima di Dept. PU Jateng, Yuda di BPPT, dan ada beberapa lagi.

Aku merasa berbagi kebanggaan mereka.
Semoga kelak salah satu ada yg jadi menteri trus ngasih konsesi bisnis besar. Hahaha…:D
(*kalau satu persatu teman aku jadi PNS bukankah itu pertanda yang jelas aku kelak bakal jadi pengusaha yang 'dekat' pejabat)

Tapi ditengah ungkapan rasa syukur, kebahagiaan, dan jaminan penghidupan; ternyata beberapa dari mereka juga berbagi kekuatiran.
Darma kuatir ga bisa lagi sering2 naik pesawat pribadi keliling Indonesia seperti selama ini. Dia juga kuatir dengan gaji PNS yang lebih kecil padahal dia sedang menyelesaikan program studinya.
Ridho kuatir dengan kerepotan pindah kost dan makin sering dipaksa menikah.

Tapi ngomongin soal kuatir, ga ada yang ngalahin sahabat saya: Nurni (*nama samaran)

Kenal Nurni di milis IndoBacpacker, nyambung di Multiply.com, lanjut di Facebook.
Nurni adalah sekertaris rektorat UGM; bossnya rektor + konco2nya.
Bisa ditebak kualitas otak Nurni seperti apa untuk bisa melayani orang2 pinter itu.
Nurni diminta bossnya mengikuti program sit-in di MM UGM, tapi trus malah lanjut jadi mahasiswa penuh bahkan kabarnya bakal lanjut ke University of New South Wales di Australia.

Kalau Nurni ga pintar, ga bakal dia memperoleh kesempatan seperti itu. Tapi Nurni seringkali mengutarakan kekuatirannya :

Pau, aku kuatir besok mau presentasi nih.

Pau, besok mau diner sama profesor dari UNSW dan istrinya, aku ga pede.

Pau, besok mau ujian…doain ya

Pau, besok diundang rafting oleh Garuda Airline…I’m nervous…

Pau, boss sedang di eropa trus pulangnya minta mampir Rusia…musti gimana ya…

Padahal cewe ini nilai GPA semester kemarin 3,82!

Padahal sementara mbak2 tetangga sebelah cuma pergi ke toserba depan gang pas punya waktu luang; Nurni ke Bangkok atau Singapore untuk ngabisin weekend nya. Huhuhu…

Tadi barusan Nurni sms: besok pagi kuliah dimulai dan she had start to worry.

Huhuhu… satu anak ini memang kudu dijitak!

Tapi, ….apakah aku sendiri ga pernah kuatir?

Kakaka…. sering juga ding!

Malah mungkin lebih parah dari Nurni.

Kayaknya salah satu sindrom anak sulung adalah mudah sekali kuatir.
Bahkan mungkin ga ada yang tahu aku jadi pengidap OCD yang rada parah kalau pas sedang stress. *Ridho seneng banget aku punya OCD!

Aku belajar bahwa semakin kita kuatir, semakin besar kemungkinan apa yang kita kuatirkan kita menjadi kenyataan.
Lebih sering seseorang hancur karena kekuatirannya; bukan karena pokok permasalahan yang dihadapi.
Kuatir is pisau bermata dua; bisa membunuh dengan sadis; tapi bila dikelola dengan baik bisa memancing adrenalin sebagai bahan bakar mengalahkan permasalahan hidup.

Rasa kuatir juga membuat seseorang untuk selalu ingat pada Tuhan. (*ini penting!!)

Para pecinta alam: pemanjat tebing dan penyelam laut dalam, dan juga backpacker adalah orang yang mustinya lebih terlatih dalam menghadapi rasa kuatir.

So, aku bilang sama Nurni: bahwa kuatir itu tidak dosa, tapi juga ga ada untungnya. Kemarin aku juga coba mengalihkan perhatiannya dengan rencana jalan2 dengan beberapa anak IBP ke Sempu. Aku sudah bilang ke Sigit anak IBP yang di Gresik agar mau jadi organizernya.
(* eh, eh, eh…hari ini di fb malah dia mau ke pulau Sabesi di Lampung)

Aku terus berusaha belajar menghadapi rasa kuatir dengan lebih baik.
“Ikhlas” adalah salah satu cara menaklukkan rasa kuatir. Di tahun 2009 ada beberapa kejadian yang tidak sesuai harapan.
Dan aku belajar ketika aku ikhlas, perasaan aku jadi jauh lebih baik.

did I mention 'bersyukur setiap hari' already?

Oh ya, sahabat yang baik juga merupakan salah satu penakluk rasa kuatir.

Suatu saat saya pernah berkata kepada Nurni, Aku sedang pengen menata hati Dia jawab: Time will heals. Trust me! been there and done that.
Nurni is right! Even the scar remain but I’m quite fine now. Thank’s.

Kemarin sempat search di google tentang rasa kuatir, nemu beberapa tulisan dan diagram menarik.

"The problem of life is to change worry into thinking and anxiety into creative action."
Harold B. Walker, from Think or Worry?

Diagram yang menunjukkan korelasi antara tantangan dan kemampuan seseorang.



















diagram di ambil dari sini


Ada juga tips mengendalikan rasa kuatir yang menarik di sini.

dan ini lagu yang saya suka...


Monday, January 04, 2010

1 Januari 2010

Aktifitas pertama aku dan mama setiap pagi tanggal 1 Januari adalah ke gereja. Kami pikir adalah penting untuk mendengar Firman Tuhan di gereja first thing first.

Pendeta diawal kotbah berkata hanya pengen memberi semangat menjalani tahun 2010; tidak akan kotbah panjang2 (*aku langsung lega. Hehe)

Tapi thema kotbahnya kok serem: let’s make our history!

Waduh!

Penekanan kotbah adalah tanggung jawab seseorang sesuai konteks tempat, waktu dan keberadaan diri. Pak Budi; pendeta kami mengilustrasikan lomba lari estafet; dan aku menangkap pesannya sebagai berikut:

  1. Pelari musti tetap membawa tongkat estafet (misi kehidupan) ketika berlari. (*lagi2 rick warren)
  2. Pelari memiliki tanggung jawab dan peranan dalam kemenangan tim
  3. Pelari harus memperhatikan pelari yang berlari sebelum dan sesudahnya.
  4. Keberadaan pelari dipengaruhi pelari sebelumnya, dan pelari akan menentukan situasi pelari sesudahnya.

Kotbah yang sama sekali ga ringan dan dalam tingkat tertentu malah bikin aku depresi.

Ga ada yang bisa menebak situasi tahun 2010.

Yang jelas perdagangan bebas akan diterapkan; kalau pemerintah Indonesia ga bisa melindungi sektor produksi; Indonesia hanya akan jadi sasaran pasar negara2 industri besar spt China, India bahkan mungkin negara sekelas Vietnam.
Agung Laksono – Menko Kesra saja mengaku kuatir dengan penerapan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) ASEAN-China; bahkan berharap bisa menundanya. Penerapan FTA bisa jadi berakibat pada kalahnya sektor produksi yang berakibat pada PHK dan berakhir pada peningkatan jumlah orang miskin. (Kompas tgl 3 Januari)

Pulang gereja jam 0830 ngobrol dulu bentar dengan keponakan: Micha trus langsung buka warung.
Diluar dugaan warung hari itu rame banget. Serasa lebaran.

Seharian sambil kerja mencerna kotbah paginya.

Bisa jadi mungkin kotbah pagi itu yang aku perlukan untuk menjalani tahun 2010. Karena seringkali aku jadi lebih punya semangat ketika menghadapi suatu masalah yang menantang untuk ditaklukkan.
Dengan disadarkan tanggung jawab, aku jadi makin semangat (pinjam istilah Nug): to conquer the 2010.

--------

Tanggal 1 Januari juga dihujani ucapan-ucapan selamat tahun baru.

Beberapa sangat menginspirasi, tapi ucapan Caroline yang paling menyentuh.
Dia sms begini:
Seorang teman pernah berkata: waktu berlalu spt terbang..
4 me meskipun demikian adanya I am so blessed to know you..
happy new year Pau.

Aku ga peduli itu sebuah pesan personal atau mass-message.
Tapi pasti Car sungguh2 berpikir demikian.
Ini memberi tambahan kekuatan, semangat serta optimisme menjalani tahun 2010.

Sepanjang tahun 2009, sebaliknya aku merasa terberkati dengan keberadaan

  • Keluarga: mama, papa, adik2, keponakan, ie-ie
  • sahabat2 terdekat : Pak Anthon, Ibu Esther, Ridho, Caroline, Nug, Jerry, Yudha
  • Teman2 kerja loyal : Mas Suyar, Mb. Anna, Pak Gun.
  • Kenalan2 yang semoga bisa jadi sahabat: Nurma, dan Jee
Kesimpulannya:
Aku punya tim estafet yang diberkati Tuhan: keluarga, sahabat, teman2 kerja yang loyal, serta awal tahun yang baik (unit2 usaha berjalan dengan bagus)
Dengan perkenan Tuhan, aku pasti bisa membuat sejarah di tahun 2010 ini.

Dan apapun itu, semoga menjadi Kemuliaan bagi Allah.


Friday, January 01, 2010

Footprints Hostel & Habitat Hostel

November 2009 kemarin iseng jalan sendirian ke Singapore. Maunya jadi liburan singkat (3hari-2malam), murah (tiket pesawat cuma IDR 232 ribu Yogya-Jkt-Singp PP), dan ga ribet (gak ketahuan habis liburan).

Catatan perjalanan berangkatnya ada dua bagian, sudah di unggah di sini dan sini.

Perjalanan kali ini maunya ngirit, dan pengen merasakan nginep di backpacker hostel. Tapi secara ga pernah nginep di tempat kayak gitu, aku nyari yang paling 'aman': cukup murah tapi kenyamanan masih diperhatikan.

Berikut ini catatan tentang penginapan yang akhirnya terpilih (uh nyaris kayak milih pasangan hidup. hehe) : Footprints Backpacker Hostel dan Habitat Flashpacker Hostel (yang ini keren!)

Footprints Backpacker Hostel
Hostel ini dinobatkan sebagai "the most-reviewed" di Hostelworld dengan rating yang lumayan tinggi. Ada berbagai macam tipe dormitory; penginapan model sekamar dipake rame-rame. Dari yang sekamar isi 2 tempat tidur (SGD 40) sampai yang sekamar 12 tempat tidur (SGD 12).
Aku milih yang sekamar 6 tempat tidur : SGD 25 (appox IDR 170ribu)Lokasinya di Little India. Keluar dari stasiun MRT Little India, belok kiri jalan kaki 5 menit sampai. Waktu itu sudah jam 22.30 jalanan rada sepi tapi rasanya aman-aman saja. Disekitar banyak terdapat hostel serupa, resto dan seven-eleven.

Ketika check-in, dikasih sprei, sarung bantal dan kunci kartu untuk pintu depan dan kamar. Ohya kudu deposit SGD 5 (approx 34ribu) untuk kuncinya. Front officenya ramah dan sangat perhatian.

Meski sudah paham betul bakal sekamar sama orang ga dikenal, pas masuk kamar kaget juga, 'loh kok ada cowo bule di dalam' huhuhu...

Meski si cowo bule ramah dan ngajak ngobrol, aku bertekad ga mau diem di kamar; aku trus mandi dan jalan kaki ke Mustafa Center yang buka 24 jam. Jalan kaki paling 8 menit sampai. Buat yang gak tahu Mustafa Center; bayangin saja toko serba ada: dari parfum, bayam, perhiasan emas, pakaian, komputer, sepeda motor, terasi, henpon, dll

Balik Footprints jam 3 pagi! ngantuk dan cape banget!
Kamar aku sudah gelap, AC nya dingin, kamar ga bau, dan penghuni lainnya sudah tidur. Sukurlah nggak ada yg mendengkur!

Jam 7 pagi terbangun alarm hp. Ternyata kamar kami cuma terisi 4 orang dan isinya campur: laki-laki dan perempuan. idih!
Kamar mandinya di luar kamar, dipakai rame-rame namun dipisah antara ladies dan gents. Kamar mandinya bersih.
Ada fasilitas mesin cuci dan pengeringnya.


Ada fasilitas makan pagi standar: roti, selai, serta kopi. Kalau mau nambah duit bisa dapet menu lainnya.

Pas check-out, selain kunci kita juga kudu mengembalikan sprei dan sarung bantal.


Ini pengalaman pertama 'tidur dengan orang lain' alias menginap di dormitory, tapi kebersihan dan suasana Footprints membuat aku ga kapok. Next time will be back to this hostel.



Habitat Flashpacker Hostel

Langsung jatuh cinta ketika liat foto bangunan hostel ini di Internet.

Tapi yang paling membuat saya langsung memutuskan nginep adalah konsep 'kapsul' yang diterapkan di dormitory-nya. Masing-masing tempat tidur berupa 'kapsul' alias ruang mikro yang memberi privasi pada masing-masing orang.



Lokasinya juga keren! dari stasiun MRT Sommerset jalan kaki 3 menit, ke Orchard tinggal nyebrang.Tarifnya SGD 40 approx IDR 272rb; lebih mahal dari hotel2 jaringan 81 dan Fragrance, tapi dormitory secantik ini harus dicoba!
Aku booking lewat hostelworld.com

Check-in jam 10 siang, habis naruh barang trus langsung kelayapan sampai jam 8 malam, pulang mandi bentar trus kelayapan lagi sampai jam 2 pagi baru balik. Tamunya ga penuh; cuma terisi 3 dari 10 kapsul.
Fasiltasnya okeh; ada ruang home-theater, perpustakaan, dapur, mesin cuci, dan komputer berkoneksi.
Ada makan paginya juga, dengan menu yang sama dengan Footprints.




Area lavatorynya keren! tapi kayaknya perawatannya kurang; kesannya kurang bersih.


Anyhow, desain serta konsep hostel ini keren.



Taman di depan Habitat Hostel.


So I will be back to this hostel again. Consider it as my home in Singapore! :D