Pages

Thursday, March 27, 2008

EKSPRESINYA MANAAAAA…!!

Menghadapi konsumen dan klien dengan bermacam2 karakter, selain kesabaran juga butuh strategi.
Ada konsumen yang kalau ga nawar ga puas, meski dia juga mengakui harga yang kami berikan paling murah. Ada lagi klien yang cuma mau dilayani oleh orang tertentu, even ga mau sama bossnya.

Mangkanya kadang bersama teman2 bikin drama ala good cop – bad cop untuk ‘memuaskan’ para pelanggan.

Yang paling umum adalah skenario ‘naik banding’ : seorang pelanggan menemui aku dan meminta harga yang sudah diberikan dipotong lagi.
Kalau sudah gitu, aku tanya sama sales yang menghandle transaksi.

Di kasih harga berapa sih?

Udah mepet kok pak : 1, 2 juta termasuk ongkos kirim

(*pura2 kaget + nyolot sama si sales) HAH!! Gimana sih! KOK MURAH BANGET! Wah kamu tuh kalau ngasih harga suka NGAWUR!! Harga segitu khan sudah ga dapat apa2! Rugi dong!

(*gomong sama pelanggan) Yah sudah terlanjur harga segitu! Mustinya ga boleh! Jadi saya ga bisa ngasih diskon lagi! Ntar habis ini saya marahin si sales kok!

Biasanya si pelanggan jadi lunak trus ga nawar2 lagi dan close the dealing.

Ga jarang aku dan para sales berganti peran: kalau aku yang ngasih harga duluan, mereka akan bilang, “loh pak! Harganya khan sudah naik! Gak boleh segitu mustinya”

Aku jawab, “oh iya yah! WADUH lupa!!.......ya sudah karena saya terlanjur ngomong segitu. Tapi sudah ga bisa diskon”

Biasanya pelanggan juga nurut saja. Hehe….

Pernah juga pas aku sedang di lantai atas, Dedi nyusul ke atas bilang, ‘pak, itu pembelinya cuma mau dikasih harga sama bapak. Tadi aku buka harga 625 ribu sudah aku diskon 25 ribu jadi 600 ribu, tapi dia ngotot cuma mau sama bapak’

Aku suruh Dedi turun duluan. 10 detik baru aku nyusul. Drama pun dimulai…

Di depan konsumen aku tanya Dedi

Aku : Ded, tadi dikasih harga berapa?

Dedi : 625 ribu pak

Aku : Hah! Wah sudah murah banget tuh! Ya sudah aku potong 10 rebu wis! Tapi sudah menthok -thok!

Ga tahu gimana, si konsumen manggut2, trus bilang, “ yo wis, bungkus!”

Coba saja kalau nurut sama Dedi bisa dapat harga 600 rebu. Tapi gara2 sok pengen dapat harga khusus dari si ‘bos’ jadi malah kudu bayar 615 rebu. Sesudah konsumen itu pergi, kami berdua ngakak. Hahaha….


Tapi kami pernah kena batunya.

Pernah sekali pas sedang ber ‘drama-queen’ Si pembeli langsung teriak ‘CUT…!!’ EKSPRESINYA MANAAAAA…!


Malu deh!

Kemarin Aku Jatuh Cinta.

Sekarang ini kalau hidup dibuat lagu pasti iramanya march : menghentak dan cepat.
Setiap bangun pagi, sudah terbayang sederet pekerjaan yang harus diselesaikan, PR yg belum digarap, dan barometer dead-line yang selalu di titik ‘kritis’

Sejak 2 minggu yang lalu janjian sama mas Slamet mau ke Yogya dan Klaten saja selalu tertunda. Sampai kemarin siang diantar pak Sukadi memaksakan diri ke Klaten.
Setelah muter2 meninjau beberapa lokasi, aku minta Pak Sukadi berhenti di dekat alun2 Klaten. Ada sebuah warung sederhana menjual teh manis dan makan kecil yang ditunggui seorang ibu berdaster batik hijau.
Terdengar adzan Ashar dari masjid Agung, masjid terbesar di Klaten yang berjarak +/- 300 meter dari warung kami berhenti. So aku bilang ke mas Slamet, “mas, sholat saja dulu. Aku dan pak Sukadi nunggu di sini”

Aku dan Pak Sukadi duduk di lincak (*bangku lebar dan panjang).
Suasananya sejuk, mungkin karena agak mendung.
Didepan warung, ada sebuah rumah kuno berdinding bata bercat putih dan kayu. Jendelanya bercat kuning muda, besar2 dan hampir menyentuh langit2 .

Jalanan lumayan ramai dengan motor dan sepeda. Di ujung jalan sebelah timur ada pasar induk. Jarang mobil lewat. Motor dan sepeda berjalan dengan santai
Serombongan kuli panggul lewat, bersenda gurau saling mengejek. Membuat aku tersenyum membayangkan serombongan kuli perkebuan tebu yang beriringan pulang jaman dulu.

Pak Sukadi ngobrol sama ibu berdaster hijua dengan bahasa Jawa krama.
Sesekali si ibu mengeluarkan es batu dari termos es tua yang kusam karena usia, memukulnya dengan pisau dan membuat es teh pesanan para kuli panggul. Saya jadi ingat ibu saya yang tekun menjalani hari-hari kehidupannya.

Dari arah masjid terdengar pembacaan ayat suci. Seorang bapak besepeda lewat memboncengkan anaknya yang ingusnya berleleran.
Serombongan lagi kuli panggul lewat beriringan pulang sambil tersenyum2 memamerkan upah yang mereka peroleh hari ini.

Rasanya damai sekali. Aku jatuh cinta sama kota ini. Hehehe…

Akhirnya mas Slamet selesai sholat, dari jauh berjalan sambil senyum2. hih! Genit!

Monday, March 24, 2008

Make Over - sebuah renungan

Salah satu acara di Asian Food Chanel yg paling aku sukai adalah Restaurant Make Over’. Di acara ini semua aspek di rombak : interior dan eksterior resto, juga menu masakannya di make over total.
Acaranya ga se melo-dramatik acara make over rumah di RCTI (aduh opo kuwi… aku lupa judulnya) yang membuat pemilik rumah (dan penonton) diperah air mata nya. Mungkin karena pada pemilik resto dikenakan biaya make over -meski ga besar- dan berpartisipasi dalam proses make over menu makanannya, sehingga mereka bisa lebih membayangkan hasil akhirnya.

Bangunan yang di make over tidak dibongkar dengan hati-hati; tapi dihancurkan pake godam. Plafon, dinding, meja konter, kaca, dll semua di smack down hancur,cur,cuuuuur…... Kemudian si pemilik resto di ajak melihat kondisi resto lama yang sudah berubah jadi tumpukan puing-puing bongkaran kayak bangunan habis di bom, dan di tanya bagaimana perasaan mereka melihat situasi itu.

Semua pemilik pasti tertohok dan sedih, karena bagaimanapun itu tempat mereka mencari nafkah selama ini. Ada yang berkata bahwa mereka mengerjakan sendiri beberapa bagian yang di hancurkan itu.

“waw! ….dinding yang dihancurkan itu, dulu aku yang membuatnya sendiri”
“kap lampu itu aku yang bikin”
“cermin di dinding itu, dulu aku yang nempel”

Tapi itu bagian acara yang menurutku paling impresif dan bermakna dibanding bagian lain. Karena tadi sore ketika nonton acara ini, pas momen tersebut aku jadi ingat:

ratusan orang karyawan Tyfontex sebuah pabrik tekstil di Sukoharjo yang di PHK (ada yang sdh bekerja 30 tahun, saat ini usianya hampir 50 th)
para pengrajin kompor minyak tanah yang harus ganti profesi.
para penjual dan pengecer minyak tanah keliling
ribuan karyawan Adam Air
ribuan penduduk korban lumpur Lapindo
puluhan ribu karyawan yg kena PHK diseluruh indonesia
puluhan ribu penduduk disepanjang sungai bengawan solo yang terkena banjir
puluhan juta orang yang kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia akibat resesi di US.
Banyak lagi
Banyak lagi….
……

Mungkin saat ini mereka melihat segala sesuatu yang di jaga dan dipelihara selama ini untuk mendapatkan kehidupan tiba2 hancur. Persis seperti sebuah meja penuh hidangan yang dibalikkan : porak poranda. totally a mess. Seolah tidak ada harapan…

Di acara tadi sore, setelah melihat puing-puing restonya sang pemilik berkata, ‘the good side of this situation is anything that will happen after this we believe is a better things than before. That this ruins hapenned for a good reason”

Semoga mereka yang kehidupannya saat ini menjadi reruntuhan, bisa seperti pemilik resto yang melihat reruntuhan restonya sebagai satu babak kehidupan yang bila dilewati dengan Iman : penuh pasrah (tapi juga semangat bangkit kembali), akan ada sebuah babak kehidupan baru yang lebih baik di depan.

sebagaimana sebuah pot tembikar yang buruk harus dihancurkan dulu sebelum dicetak ulang menjadi sebuah vas keramik bernilai tinggi.

Sebagaimana sebulir padi harus dipendam dalam tanah untuk tumbuh manjadi serumpun padi bernas.

Renungan ini juga dilatar belakangi pesan dasar perayaan Paskah yang baru saja berlalu: kematian dan kebangkitan Kristus demi kehidupan baru umat manusia.

Selamat Paskah : Pa, Ma, Ay, Wik, Nyo, Iwan, Irawan, Linda, Paolien, Moses, Lia, Johan, Mikha dan Ie2.

Wednesday, March 12, 2008

The Chinese Heritage Center

Ketika di Singapore Desember kemarin, aku ajak mama ke The Chinese Heritage Center (CHC).
CHC didirikan pada tahun 1995 di Singapore dengan tujuan mendalami komunitas China Perantauan yang tersebar di berbagai bagian dunia. Selain sebagai Pusat Studi, CHC juga melengkapi diri dengan musium serta perpustakaan. Sebagai organisasi non-profit, CHC dipimpin oleh Dewan Gubernur yang anggotanya berasal dari berbagai negara.
CHC terletak di kompleks Nanyang Technological University yang didirikan oleh para China Perantauan, sebagai universitas pertama dan satu2nya universitas berbahasa China yang berada diluar China.
Untuk sampai ke CHC, kami naik kereta dari stasiun Dhoby Ghaut ke stasiun Outram Park, trus pindah kereta ke terminal terakhir : Boon Lay. Total perjalanan cuma sekitar 30 menit. Dari situ kami kudu naik bis lagi. Terminal bis terletak persis didepan stasiun kereta.
Meski baru pertama kali ke sana, hanya dengan mengandalkan papan petunjuk, kami langsung tahu jalur bis yang kudu dinaiki, antri dimana, serta berapa ongkosnya.
Bis kotanya bersih dan nyaman (* mama jadi seneng naik bis kota).
Boon Lay merupakan kawasan sub-urban terletak di bagian barat state-island ini. Terdiri dari kampus dan apartemen mahasiswa. Suasana terasa sangat akademis. Menyusuri kompleks NTU mengingatkan aku daerah Sekip : kompleks kampus dan perumahan UGM di Yogya pada tahun 1980-an. Tenang, bersih, dan rapi.

Dari jauh, bangunan CHC terlihat menonjol dengan detail arsitektural China. Persis seperti gambar yang aku lihat di internet.

Saat itu, di CHC sedang diselenggarakan pameran : CHINESE MORE OR LESS : An Exhibitions on Overseas Chinese Identity.

Pameran dibagi menjadi beberapa bagian thema :
How Chinese Am I
In What Sense Am I Chinese
What Does It Mean To Be Chinese

Jutaan China Perantauan menanyakan 3 hal tersebut pada diri mereka sendiri, sementara jutaan lainnya mungkin menerima ke-China-annya as for granted.
Jawaban pertanyaan2 tersebut pasti berbeda dari satu orang ke orang lain. Karena secara umum dipahami individu China dengan Ke-China-an (Chineseness atau identitas China) berbeda dalam tingkatan (seberapa China, lebih China /kurang China) maupun kualitas (dalam hal apa seseorang disebut China)

Penilaiannya bersandar pada pengenalan tingkat otentisitas yang biasanya menentukan ke-China-an seseorang berdasarkan seberapa jauh keterikatan seseorang China dengan tanah leluhur dan budaya China (What Does It Mean To Be Chinese)

Namun demikian pengertian China Perantauan tidak memiliki kategori atau batasan baku. Namun memiliki berlapis pemahaman sebagaimana hubungan antara satu orang China dengan orang China lainnya.
Pameran ini mengeksplorasi bermacam2 orang China yang merantau dan tinggal di berbagai negara dan keturunan mereka; apa maknanya menjadi orang China bagi dirinya sendiri,bagi orang China lain, dan bagi orang lain yang bukan China

Dan bagaimana definisi ‘orang China’ menjadi sesuatu yang tidak sederhana.

Pada pameran ini banyak dipresentasikan tokoh2 China Perantauan yang masih mempertahankan ikatan yang kuat dengan budaya asal, namun disisi lain mempunyai peranan besar dalam kehidupan negara dan bangsa dimana mereka tinggal. Baik itu dibidang budaya, politik, dan ekonomi. Serta bagaimana –misalnya- paduan budaya China dan budaya Melayu membentuk kaum/budaya Peranakan.
Di salah satu ruang, backsoundnya adalah lagu2 keroncong yang dinyanyikan Mus Mulyadi.

Pameran ini memanfaatkan potensi berbagai jenis media dengan baik: audio, visual, grafis, narasi, artefak, dll. Later I found out: pameran ini digarap oleh oleh Fakultas Arsitektur NTU.
ehm! No doubt jadi ingat ketika sering mengadakan pameran di lingkungan FT Jur Arsitektur UGM jaman dulu.


Untuk mencerna pameran ini memakan waktu 1 jam, tapi dibanding menyimak isi pameran aku lebih memperhatikan teknik presentasi pameran dan sibuk motret2 sampai diingetin mama. Hehe

So, Am I Chinesse ?

I’m a Chinesse, secara aku lahir dari bapa-ibu China.
In other way, bisa jadi aku ‘pribumi’, since I do live thicker Indonesian traditional culture than some other ‘pribumi’.
In other other way, aku juga pantas disebut bule : secara doyan makan cheeseburger dan lebih suka nonton film hollywood daripada film China. Hehe…

foto-foto lain dapat dilihat di sini

Wednesday, March 05, 2008

ngomong sama siapa ya....

Ini lanjutan dari previous entry : Proposing

Akhir Agustus 2004 saya mendapat tawaran dari Pak Hengki; kenalan dari milis hobi ikan hias untuk menangani suatu usaha.
Pak Hengki adalah salah satu petinggi di PT BIT: perusahaan perlengkapan rumah tangga yang produksinya mulai dari magic jar, water dispenser, kompor gas, mesin cuci, kulkas, pompa air, dll.
Sebenarnya bidang reparasi elektronik dan mekanik bukan keahlian saya. Lha wong bedain listrik 2 phase sama 3 phase aja ga bisa.

Selama ini pelayanan purna jual PT BIT di daerah Solo sudah beberapa kali berganti orang dan ga bertahan lama. Ga tahu kenapa, semuanya bermasalah: banyak sekali komplain dari toko, dealer maupun konsumen.

Tapi aku melihat usaha di bidang jasa berprospek bagus, so, aku jawab ‘Siap bos!'
Tanggal 18 Oktober 2004, aku dirikan Servis 24 dengan satu teknisi dan satu staff administrasi.

Tuhan baik banget : usaha ini berjalan lancar. Yang tadinya ada 2 personil, sekarang sudah jadi 5 staff full-timer dan 3 part-timer. Pemasukan juga meningkat luar biasa, yang hasilnya juga dirasakan para staff Servis 24; antara lain : yang tadinya naik sepeda onthel, sekarang udah pada punya motor.
Dan yang paling penting Servis 24 dinilai memuaskan oleh PT BIT dan Pak Hengki : menangani pekerjaan dengan baik, hubungan dengan semua pihak : dealer, konsumen, toko terjaga baik.
Bahkan akhir2 ini Servis 24 sudah di approach beberapa perusahaan elektronik lain untuk menjadi Authorized Service Station produk mereka.
Salah satunya, adalah produk merk Advance Digital yang memproduksi tivi, monitor komputer, mp3 player, dll mulai Februari 2008.
1 tahun ini Servis 24 sudah membuka outlet di Palur: 20 km sebelah timur Solo, dan menjadi langganan tempat PKL murid STM Muhamadiyah di Solo.

Akhir tahun 2007, ketika aku berangan2 buka cabang lagi, aku baru nyadar kalau ternyata di Yogya belum ada Authorized Service Station bagi produk PT BIT, padahal penjualan produk merk mereka di yogya termasuk paling tinggi di Jawa Tengah.

Tapi aku pengennya, sebelum propose ke Pak Hengki, kami sudah membuka Servis 24 di Yogya, untuk menunjukkan bahwa kami punya kapasitas dan keseriusan di Yogya.

Masalahnya: belum nemu lokasi yang pas. Bahkan aku masih belum bisa menentukan didaerah mana : utara, tengah kota atau bagian selatan Yogya. Ini berkaitan juga dengan kepastian bisa/tidaknya kami menangani produk PT BIT: seandainya disetujui, kami bisa menyewa di lokasi yang strategis yang tentunya lebih mahal.

Mid februari sebenarnya udah telp pak Hengki minta waktu ketemu di jakarta untuk propose hal ini. Tapi waktunya masih tentative.
Ndilalah
, senin kemarin beliau telp dan ngasih tau sedang di Yogya.
So aku tembak saja, “acara pak Hengki padat ga? Bisa ngobrol di Yogya ga?”
Dia jawab, “okay, kita ngobrol sambil makan saja di yogya nanti malam”

HUUUUU!!!! Aku jadi senewen!
I do really don’t know how to propose this matter elegantly + casually, so jika ditolak, masing2 kami ga jadi salah tingkah.
Hehehe…emang kayak mo ngomong apa aja.

Shortly, kami makan malam berenam di RM Tiong San dekat Malioboro. Dari PT BIT ada 4 orang, aku ajak Ay adik aku di Yogya.
Aku bingung banget musti ngomong dari mana. Well, I’m not mastering diplomatic bussines conversation yet. Hehe..

Tapi akhirnya dengan halus, aku bisa sampaikan ‘lamaran’ Servis 24

Tuhan memang sayang aku banget, pak Hengki menyambut baik. Dia bilang, “Saya rasa ga ada masalah, silahkan saja! Sebenarnya di Yogya PT BIT sudah menempatkan staff teknik untuk menangani after sales. Tapi kalau servis 24 mau handel juga, silahkan saja”
Dari Pak Peter yang mendampingi Pak Yudi, aku juga mendapat informasi: di Klaten juga belum ada Service Station untuk produk mereka.

HUUUU!!! Aku sampai ga bisa makan saking senewennya.
Ya seneng ya bingung! Secara tempatnya belum ada.

Besok malamnya aku ketemu Pak Yudi di Solo. Pak Yudi ini kepala divisi di PT BIT di Jawa Tengah, aku ceritain pertemuan aku dengan Pak Hengki. Ternyata Pak Yudi juga menyambut positif ‘lamaran’ Servis 24.

Tapi aku kok masih gamang.

Rasanya pengen punya seseorang yang bisa diajak ngobrol membahas semua aspek, memikirkan ini-itu.

Ngomong sama siapa ya…..

Monday, March 03, 2008

Proposing

Oh God…!

Rasanya deg-degan banget
Feels a tennis ball gaging my throat
Keringatan terus
Pengen minum terus
Ga bisa konsen
Rasanya ada marmut imut lari2 dalam perut
Senewen!!!!!!!

I’ve just call and ask someone to meet
He said, ‘okay! let’s have dinner tonight in Yogya’

I do wish he will say “YES” upon my proposal.

Dooooh!
Makan dimana ya……
Pake baju apa ya….
Ngomongnya gimana ya…..

ARGHHHHHH!!!!