Pages

Sunday, February 28, 2010

Sampai maut memisahkan.....

Aku memanggilnya mas Sujar; teman kerja ketika masih jadi arsitek di kantor pertama di Yogyakarta belasan tahun yang lalu.

Setahun kemudian, kami dan beberapa teman membentuk tim kerja baru di Jakarta. Waktu itu mas Sujar sudah menikah.
Mas Sujar sempat bekerja di Jakarta selama hampir 10 tahun (*kalau ga salah), selama itu pula istri dan anaknya tetap di Wates - Yogya.
Setiap hari Jumat jam 3 sore, mas Sujar pasti sudah kabur ke Gambir pulang ke Wates dengan kereta api.

Kami teman-temannya suka menggoda mas Sujar yang setia dan sangat mencintai keluarganya, meski sebenarnya kami salut dengan ketekunannya hidup hemat di jakarta agar bisa naik kereta api pulang menemui istri dan anaknya tercinta tiap Jumat.

Beberapa tahun yang lalu akhirnya mas Sujar pindah kerja ke Yogya, sempat ketemu sekali di kantornya yang baru.

Sekitar setengah tahun yang lalu mbak Dyah sms memberi tahu istri mas Sujar terkena Leukimia : kanker darah dan dirawat di rumah sakit.
Mbak Dyah juga cerita, mas Sujar tidak pernah tidur di rumah, setiap malam menemani istrinya di rumah sakit. Padahal perawatannya sudah berjalan beberapa bulan dan masih belum tahu sampai kapan.

Sebenarnya sudah pengen banget ke Yogya menengok mereka, tapi selalu saja tertunda.

Tapi hari Sabtu yang lalu dapat sms dari mbak Dyah, yang isinya mengabarkan istri mas Sujar dipanggil Tuhan.

Rasanya menyesal banget ga kesampaian menengok istri mas Sujar.
Beberapa hari ini gawean juga padat sekali dan gak mungkin melayat ke Wates. Jadi aku cuma nulis salam dan doa di wall fesbuk mas Sujar. Ga sampai hati ngomong langsung.

Tapi tadi sore sempat chat sebentar sama mas Sujar, aku ga sampai hati ngobrol banyak. Aku tahu pasti mas Sujar merasa sangat kehilangan.

Tapi yang paling sedih baca status mas Sujar di fesbuk :

Ya Allah, trimakasih telah Engkau pilihkan istri yang baik, apa yang di lakukan keseharian ke saya dan anak-anak hanya karena kewajiban IBADAH, meski dengan tertatih menahan sakit..... Maaf belum bisa membahagiakan mu... mengusahakanmu maksimal untuk sembuh,,, Allah berkehendak lain "INNALILLAHI WA INAILLAHI ROJIUN" semoga Allah membahagyakan mu di alam yang lebih baik.


pengen nangis!

aku pengen nangis!!!

dan jadi berpikir, apakah aku selama ini sudah membahagiakan mereka yang selalu aku sebut "yang kukasihi" : keluarga dan beberapa orang lagi....

Semoga Tuhan menguatkan mas Sujar dan anak-anaknya, membahagyakan istri mas Sujar di sisi-NYA.

Friday, February 26, 2010

betul, betul, betul......

Suatu hari ketika aku masih SMA, Pak Karsono: guru matematika aljabar menyuruh Yanto: teman sebangku untuk maju ke depan dan mengerjakan sebuah soal di papan tulis.
Setelah selesai, Pak Karsono memanggil nama aku dan bertanya, 'phoek, gimana jawaban Yanto?'

aku jawab, 'sudah betul pak'

'betul atau benar ?' tanya pak Karsono lagi

'loh, sama saja khan pak!' tukasku.

'Beda Phoek! coba tambah awalan dan akhiran 'ke-an' pada dua kata itu, kamu jadi tahu bedanya. Barusan jam pelajaran bahasa Indonesia, kamu ngapain aja!' smesh pak Karsono.

hahaha...

iya, ternyata 'betul' dan 'benar' itu tidak sama.
Jika di tambah 'ke-an', menjadi 'kebetulan' dan 'kebenaran'

'kebetulan' masih memiliki probabilitas kekeliruan, tapi 'kebenaran' lebih bersifat absolut.

Tapi apa itu 'kebenaran', aku sampai sekarang belum bisa merumuskannya. Aku juga ga mau mikir sekarang.

pusing banyak gawean!

Monday, February 15, 2010

Seorang Nenek dan Se-pot Mawar

Minggu, 7 Februari 2010

Hari itu warung rame sejak awal buka sampai siang.
Jam 2-an siang ketika konsumen terakhir pergi, aku langsung mengambil lemper dan berjalan ke luar warung. Lapar.

Kebetulan paginya aku mendapat kiriman satu kantong jajan pasar. Isinya banyak dan sebagian langsung aku berikan ke tukang-tukang beca yang ada di depan warung. Tersisa kue lapis dan lemper.

Baru saja membuka satu lidi semat bungkus lemper, aku melihat ada seorang nenek di depan warung, lemper aku masukin ke kantong lagi trus aku berikan ke nenek itu.

Si nenek ini beberapa kali terlihat di depan warung untuk menunggu bis kota. Usianya pasti lebih dari 75 tahun, pakaiannya sederhana dan bersih. Biasanya mengendong buntalan di punggungnya.
Kali ini di buntalan punggungnya ada se-pot bibit mawar dengan satu kuntum mawar merah mekar.
Bibit mawar merah ini yang sangat menarik pemikiran.

Ketika plastik berisi lemper dan kue lapis aku ulurkan, si nenek kaget tapi trus tertawa menerimanya. “matur nuwun…lumayan, entuk berkat”

Ngentosi bis mbah? Dalem-e pundi? (*nunggu bis nek? Rumahnya dimana)

Nampaknya si nenek jadi merasa akrab dan malah bercerita macam-macam, mulai dari pengalaman dia bekerja sejak usia 12 tahun dengan gaji 3 ‘ketip’, tentang kegiatannya sekarang, tentang anak-anaknya yang katanya sudah sukses semua.

Beberapa hari sekali dia membeli kain batik di Pasar Klewer, kemudian menjualnya di kampung-kampung. Usianya sudah 82 tahun.
Waktu aku tanya mengapa tidak tinggal bersama salah satu anaknya, dia menjawab:

Lha ngopo? Wong aku nduwe omah dewe! (*Lha kenapa? Khan saya punya rumah sendiri)

Bak pembawa acara di acara infotainment simbah ini bercerita tentang hidupnya.

Aku cuma tertawa-tawa mendengar cerita-ceritanya.

Ketika aku minta ijin memotretnya, ‘Mbak, kulo foto kersa nggih mbah..’

Si nenek langsung membenahi kerudungnya.

mengko yen wis dadi, aku di kei yo! Ojo lali!
(*Nanti kalau sudah dicetak, saya diberi ya! Jangan lupa!)

Rupanya si nenek mudeng soal kamera digital, karena dia juga minta aku menunjukkan hasil foto melalui monitor kamera.

Obrolan kami terputus karena aku kudu melayani konsumen lagi.

Dari dalam warung aku melihat si nenek dengan sigap meloncat ke dalam bis.

Aku tertawa. Rasa lelah langsung hilang.

Nenek ini sehat, mandiri, bahagia, percaya diri dan punya semangat hidup yang tinggi; dia pasti juga yakin bisa memelihara bibit bunga yang dibawanya, hingga menjadi semak yang penuh bunga mawar.

*aku tulis cerita ini karena tadi siang ketemu beliau dan langsung ditagih, “fotoku ngendi?!

Kakakaka…..