Pages

Tuesday, September 30, 2008

Dermaga 1 Oktober 2008

aku berdiri di dermaga 26
di sini kita bersama di 4 tahun yang lalu
di teluk kita pernah berjanji berbagi sauh

aku berdiri di dermaga 26
melihat sebuah titik biru diarah timur
biru layar perahumu yang semakin jauh

aku berdiri di dermaga 26
pada ufuk 1 Oktober 2008
pada jarak dan waktu yang tidak akan menyampaikan sapaku
sambut tahunmu yang baru
kejar angin dan cintamu bersama asa
hati dan doa menyertaimu selalu

Friday, September 26, 2008

Akhirnya…..saya (terpaksa) menikah!

Rasanya seperti mimpi ketika akhirnya menyetujui pernikahan yang diatur keluarga.
Pernikahan politis? Pernikahan profesional? ….whatever you call it!
But the fact is I had agree to marrying a girl.

Yang aku tahu aku tinggal menjalaninya, semua sudah diatur beres.
Pernikahan ini persis seperti beli Kid’s Meal di resto cepat saji: makanannya menyebalkan! Yang penting hadiah mainannya lucu.
Semua persiapan dilakukan dalam waktu singkat dan hanya diketahui 2 pihak keluarga. Tidak seorangpun teman atau rekan kerja yang tahu. Aku sendiri ga ngerti kenapa pernikahan ini kudu kayak intrik rahasia kudeta sebuah kerajaan. Aku juga ga terlalu mudeng dengan transaksinya. Pasti mirip klausul2 kontrak asuransi yang licin berminyak bikin orang mudah tergelincir.

Yang aku ngerti adalah aku sama sekali ga mencintai Wini; si bakal istri.
Cantik, pendidikan + karier bagus, pinter itu jelas, kaya itu pasti. She has everyting but not my soul.
And Wini exactly just like other clever-but-not-that-smart girl yang percaya apa yang dimilikinya menjamin semua laki2 bersedia ngesot mempersembahkan nyawanya.

Malu rasanya mengakui pernikahan ini, secara aku ini Laskar Anti Nikah dengan ideologi Young, Free and Single!!
Yups! Aku sungguh malu karena batin berkata: aku pengkhianat. Setidaknya berkhianat pada kata hati.

Stres ? banget!!
Tertekan? Uh! Kayak diduduki kuda nil overweight, hamil kembar 7, sakit beri-beri!
It’s a ugly night-mare!
Tapi nasib kerajaan tergantung pada pernikahan ini dan aku sudah berkata BERSEDIA!, tanggal sudah ditentukan, semua persiapan sudah beres, bahkan gereja sudah siap.

And the D Day is yesterday.
Cuma acara pemberkatan di gereja trus disambung makan malam 2 keluarga. Just keluarga. Ga ada teman atau kenalan yang tahu. Bahkan para rekan kerja sampai terkaget-kaget karena paginya aku masih kerja seperti biasa. Rencana resepsi di selenggarakan akhir tahun ini.

Tentu aku sadar setelah acara gereja ga ada lagi kata mundur. Tidak ada istilah perceraian bagi pernikahan gerejawi.
MY LIFE IS DOOMED!!

Acara makan selesai jam 9-an malam. Disambung acara foto2 di kamar pengantin yang bikin stress luar biasa. Wini trus cekikikan digoda tukang fotonya: Mas Tikno: teman adik aku.
Mas Tikno terus2an menyebut kata malam pertama. Pasti Wini membayangkan nanti malam kami akan berolah sukma, sementara aku membayangkan memeluk Wini mirip rasanya memeluk host acara ‘4 mata’….sama-sama bukan selera saya! Membayangkannya saja membuat maag perih.
Rasanya sungguh pengen mati! Di dalam hati saya menangis.
Mas Tikno juga terus-terusan berkata, mas Pau senyum dong! Senyumnya kurang lebar! ...... Astagaaaaa!!!! Apa ga tahu batin saya pahit banget!

Nah, sekarang coba mas Pau dan mbak Wini duduk di tempat tidur, mas Pau peluk mbak Wini…
Ayo dong mas Pau, senyumnya mana….. arah mas Tikno

Pas ketika mas Tikno ngomong gitu, hape aku berbunyi, refleks aku raih hape yg tergeletak di samping tempat tidur sambil ngomong sama mas Tikno dan Wini, ‘ bentar!...’
Detik itu aku tersadar,

Dan tersentak bangun………..Ya Tuhan! Astaga!! Ternyata aku sedang bermimpi!!!!!!

Hape berbunyi karena aku set alarm berbunyi pada pukul 8 tiap pagi! Dan kali ini menyelamatkan saya dari mimpi horror! Hah! Ternyata!!!!

Leganya….!!!

Astagaaaaaa untung ini hanya hanya pernikahan CUMI alias Cuma Mimpi!!! Ya Tuhan terima kasihhhhhh!!!….. Astaga! Aduh leganya!!!! Aku hanya bermimpi.

Wednesday, September 24, 2008

AirAsia Blog

Seneng banget waktu tahu AirAsia (*my beloved airline) bikin blog. Apalagi tahu kita juga boleh ikut nulis. Coooool!
So, 2 hari yang lalu iseng posting tulisan...dan ternyata di-approve untuk dimuat :D


Wow! berarti kudu melakukan penyesuaian cita-cita.....aku ga jadi artis, jadi backpacker journalist saja. hehe...


klik disini untuk baca tulisan aku.

Tuesday, September 16, 2008

Ketika Hidup Harus Memilih...

Sebentar ya, sabar ya….aku pikir-pikir dulu mana yang jadi prioritas untuk realisasi :


Printer Laser (cape juga kalau tiap ngeprint kudu colok2 flashdisk)
Scanner (tapi kenapa juga kok pengen beli kayak ginian..)
HP mama (hp mama 3 biji sudah autis kabeh!)
Kamera digital SLR (supaya punya alasan ke Hongkong tahun depan)
Tiket AirAsia Solo-KL-Bangkok-KL-Solo Desember 2008 (kunjungan rutin!)
Mesin jahit Singer (jelas untuk nambah kapasitas produksi)
Sepatu (beberapa kali gagal kondangan krn ga punya sepatu nggenah)
Kamus bahasa Inggris yg kompliiit! (supaya bisa ngeblog pake bhs inggris)
Buku peta dunia yang detail dan valid (nyicil mimpi backpacking)
Celana panjang (sekarang bagian lutut sudah bolong semua)
Kursus bahasa perancis (sapa tau bisa dapat bea siswa ke sobborne perancis)

….
….

EH IYA! Besok kudu bayar THR !!!!

Kwang!...kwang! kwang!...........

Yaelah!!!
Wislah! Semua dipikir lagi bulan depan!!!….*sigh!

Monday, September 15, 2008

Bangkrut era Globalisasi

Hari ini: Senin 15 September 2008, pelaku ekonomi di New York dan juga di seluruh dunia ditampar dengan kebangkrutan perusahaan berusia 158 tahun : Lehman Brothers dengan hutang US$60 milyar kira2 IDR 600.000.000.000.000 ….jumlah nol nya saja ga muat di kalkulator saya.
Juga berita Merrill Lynch & Co. Inc yang sahamnya dibeli murah oleh Bank of America Corp. Kalau pada tahun 2007 saham si Merril mencapai US $98 saat ini tinggal US $29, bahkan sempat jatuh pada $17,05
Padahal dua perusahaan ini termasuk ‘komoditi’ utama di Wall Street.

Tidak ketinggalan, American International Group Inc. sebuah perusahaan asuransi terbesar di dunia juga terpaksa melakukan restruktrisasi agar terhindar dari kebangkrutan. (lihat tabel sebelah)

Saat ini telah dibentuk sebuah konsorsium terdiri dari 10 bank besar di Amerika yang patungan duit untuk menyediakan dana talangan ala BLBI bagi perusahaan2 bisnis investasi dan asuransi.
(source : http://biz.yahoo.com/ap/080915/financial_meltdown.html)

Meskipun Lehman Brothers adalah perusahaan properti, struktur ekonominya berada dalam sistem ekonomi global yang bersifat kapitalis berupa saham, ‘financial exchanges’, dll.

Bisnis investasi yang didasarkan pada pasar saham, bursa efek, komoditi, ‘financial exchanges’ atau sejenisnya adalah gelembung sabun yang bisa kempes sewaktu2, secara pola hidupnya sangat rentan terhadap perubahan situasi dunia: ekonomi, politik, dan kondisi alam. Apalagi dalam era globalisasi dimana kekuatan pemilik modal yang sangat diuntungkan oleh teknologi informasi.

Investasi konservatif (bikin pabrik, nanem jagung, jualan daster, dstnya) adalah kegiatan ekonomi primer yang seringkali dinilai tidak fleksibel dan kaku, tapi jauh lebih stabil dan realistis. Sejarah ekonomi di negara manapun menunjukkan kegiatan ekonomi primer baik mikro, industri kecil/menengah,dll merupakan motor utama. Sebaliknya perdagangan saham, komoditi, index, dsbnya hanya merupakan produk turunan dari kegiatan ekonomi primer yang sangat riskan dan hanya menguntungkan pemilik modal.
Ibarat tubuh manusia, apabila aktifitas industri dan usaha mikro adalah jantung, maka bisnis investasi yang didasarkan pada saham dll adalah lemak yang ada disekitar perut dan paha, bahkan bila salah urus bisa menjadi tumor yang mematikan.
Bagi saya bahkan bisnis investasi saham, dll adalah wajah lain dari ekonomi rente yang terbentuk dalam struktur ekonomi kapitalis modern.

Hari Senin ini juga, berita di teve menyiarkan 21 orang meninggal terinjak-injak dalam pembagian zakat di Indonesia.

Ada hubunganya dengan situasi ekonomi dunia?

HEH!!!…Belum nyadar juga?!! hihi…mungkin emang belum ‘kelas’ kita kok.


Tapi siap2 saja, seandainya resesi jadi menghantam Amerika akhir tahun ini atau awal tahun depan, masih mau investasi saham?

Monday, September 08, 2008

Duh Gusti....

Duh Gusti, paringana barang kaya ngene :

Harganya berapa ya...

seratus ribu rupiah boleh gak ya....

(*stress!!)

Friday, September 05, 2008

Tabrakan!!

Chhhiiiiyyiiii…ttt!
JUGRAAACCCK!

Aku langsung berlari keluar
Tabarakan! Seru Fajar.
Sebuah APV warna silver metalik berhenti di tengah perempatan Coyudan. Didepannya ada sebuah motor tergeletak. Pengendara sepede motor terduduk di jalan.
Beberapa orang sigap berlari menolong sipengendara dan sebagian lagi mengarahkan mobil untuk minggir dan tidak kabur.
Seketika jalanan macet, orang mulai berkumpul dan celotehan2 ga penting mulai bersahutan.

Si pengendara berjalan tertatih2 ke arah aku yang berdiri di tepi trotoar. Ga jelas cowok apa cewek: mukanya masih tertutup helm, tinggi 150-an cm, agak ndut, bercelana ¾, berjaket merah dan membawa sebuah ransel.
Aku langsung terpikir untuk segera mengambil minum, tapi langsung ingat, eh! Ini khan puasa! Salah ga ya!
Berhenti kira2 2 meter dari aku dan membuka helmnya. Aku langsung berteriak. HAH!!!. Bukan karena ternyata cowok abg masih 16-an tahun, tapi aku lihat dari telapak kakinya mengucur deras darah. Merah dan menggenang di aspal.

Aku langsung memegang pundaknya dan berteriak, Dik, lungguh sik! Sikilmu sowek! Aku menyuruhnya duduk.
Seorang bapak langsung mengangkat kaki anak itu agar pendarahan berkurang, sementara penonton berteriak…kain! Kain! Maksudnya untuk membebat luka.
Aku langsung berlari masuk toko. Karena aku lihat hanya ada kain lap yang kotor, aku langsung berlari ke lantai 3 untuk mengambil tissue dan kain bersih.
Waktu aku turun, seseorang telah membungkus telapak kaki bocah itu dengan lap kotor itu tadi.

Dijalan masih nampak genangan kental berwarna merah.

Pengemudi mobil yang menabrak tadi, seorang bapak, istri dan anaknya sudah turun. Si Istri dengan cekatan membuka bebatan. Nampak sobekan dalam sepanjang 8 cm ditelapak kaki. Si istri segera mbersihkan luka dengan air mineral dan menyuruh anaknya mengambil tali di dalam mobil untuk mengikat telapak kaki bocah sehingga pendarahan terhenti.
Si bocah diem saja, sama sekali ga keliatan kesakitan.

Fajar bilang, Pak ada Telpon. Aku lari masuk ke toko lagi. Ngobrol di telpon agak lama.

Ketika aku keluar lagi, si bocah masih duduk di trotoar. Di tangan kanannya ada botol Aqua yang sudah diminum separo, di sebelah kiri ada roti yg tinggal secuil. Tapi loh kok yang nabrak sudah ga ada, udah gitu penonton juga sudah bubar! LHO PIYE THO!!!


Aku tanya sama pak Bagong, kok belum dibawa ke rumah sakit, yang nabrak tadi mana..
Lah si bocah ga mau, katanya mau sama keluarganya saja. Si bocah bilang keluarganya mampu kok. Tapi yang nabrak tadi sudah ngasih duit dan ninggal no telpon
, Jawab pa bagong.

LOH kok ngono! Mustinya yang nabrak tetap nungguin sampe keluarganya datang, khan iki cah cilik!

Aku hampiri si bocah, dik sudah telpon rumah?

Sudah sms mas…

Hah!? Kok cuma sms, Sudah dibalas? Saya telponin ya! Nomernya berapa…

Belum. Gak usah telpon, orangtua saya hanya dekat sini kok, di pasar Klewer. nanti pasti langsung kesini

Cool banget bocah ki!, batin aku. Jadi senewen!
Kok iso tho! Para penonton tadi kok ya diem saja, ga ada yang mau ngurusi bocah itu.

½ jam kemudian, datang sepasang suami istri, usia 40-an, penampilan rapi, pake mobil

Alih2 segera membawa ke rumah sakit, 2 orang itu malah memarahi si bocah

GIMANA SIH KAMU! KOK BISA DITABRAK! KAMU PASTI SALAH!..BLA..BLA…

Sibapak ikut clamitan
Mana orang yang nabrak ? kok ga tanggung jawab! Kamu kok mau ditinggal gitu saja!

Huh! Rasanya jadi gemes banget liat 2 orang itu. Pengen aku tampar sungguh! Ga segera nolongin anaknya malah bikin drama!

Si bocah menjawab dengan ga kalah emosinya,
Yang nabrak sudah aku suruh pergi, khan aku sudah di beliin minum + roti dan dikasih duit…mau apa lagi! Sudah cukup itu, sambil mengulurkan duit 150 ribu pemberian penabrak

Si ibu tambah emosi,
DUIT CUMA SEGINI?!! EMANG NJAHIT LUKA KAMU ITU CUKUP SEGINI? MAHAL TAHU!!!

Duit itu langsung diremas dan dibuang ke jalan.

Penonton mulai berkumpul lagi, nonton drama berjudul “Keluarga Aneh”

Setelah debat gak mutu antara ortu-anak selama 20 menitan, akhirnya sibapak berkata, Yo wis terserah! Ayo pulang! Seraya menyuruh salah satu tukang beca mengantar si bocah ke mobil yang parkir rada jauh.

Penonton pun bubar, tapi pasti semua kecewa. Duit yang dibuang si ibu, diambil lagi. Hihihi… ngarep!

Monday, September 01, 2008

Maaf

Sudah menjadi kebiasaan sebelum menginjak bulan puasa saya mengucapkan ‘selamat menyambut Ramadhan, selamat berpuasa’ baik lisan maupun sms kepada beberapa teman dan saudara yang beragama Islam.
Saya selalu mendapat respon, ‘terima kasih, mohon maaf lahir dan batin’ (*Padahal kalau boleh saya pengennya direspon duit satu juta rupiah saja. Hehehe…just kidding!)
Beberapa teman bahkan sebelum saya sms sudah mengucapkan ‘mohon maaf’nya.
Yang saya pahami dari ucapan itu adalah bahwa mereka ingin memasuki masa ibadah puasa dengan terlebih dahulu menyelesaikan konflik –apabila ada- sehingga dapat beribadah lebih baik.

Tentu saja maaf-memaafkan tidak melulu berkaitan dengan ibadah umat Islam, dalam kehidupan sehari2pun situasi ini sering kudu dihadapi.
Ga masalah apabila memang ga ada ganjelan atau konflik terpendam. Tapi jelas jadi dilema apabila seseorang berkata I’m sorry, ketika disatu sisi saya merasa wajib memberi maaf padahal disisi lain suara hati saya berkata “kunyuk! Enak wae minta maaf! Emang bodrex satu strip bisa nyembuhin sakit hati gue! Emang komik satu dos bisa bikin reda rasa kecewa?!!
Orang bilang butuh hati seluas samudra untuk memaafkan, sementara airmata saya sudah melimpahi 7 samudra!
Sekarang enak saja minta maaf!”

Hari ini saya dihadapkan dilema seperti itu. Dan saya jadi merenung…….

Saya terilhami oleh AA Gym yang mengajarkan bagaimana kita bisa lebih damai dalam menjalani hidup dengan berusaha memahami tindakan atau kata2 orang lain yang menyakitkan hati. Bahwa bisa saja ada suatu situasi yang menjadikan orang lain ‘terpaksa’ membuat kita kecewa, sakit hati, sedih.
Dengan berusaha memahami juga membuat kita lebih mudah dalam memberi maaf.

Saya juga teringat bagian dari Doa Bapa Kami yang saya ucapkan hampir tiap malam serta tiap ke gereja, “….dan ampuni kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami…”
Bahwa saya berujar kepada Tuhan akan memaafkan teman, keluarga, dosen, atasan, karyawan, …… or anybody else sebagai rasa syukur atas pengampunan yang selalu diberikan Tuhan.

Renungan saya hinggap pada kata ikhlas.
Seandainya kita bisa memberi, menerima serta melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, mungkin kita lebih kebal menghadapi perkataan dan perbuatan yang mengecewakan. Karena dari awal kita tidak mengharapkan suatu yang lebih.

Minta maaf memang jauh lebih gampang daripada memberi maaf. Mungkin itu sebabnya dlm bahasa inggrispun kata “I’m sorry” lebih populer daripada kata “I forgive”, tapi hidup sudah memberi saya banyak pelajaran dan contoh dalam memaafkan. Kini saatnya saya belajar melakukannya. Lahir dan batin!
Sudah tua oy!