Pages

Monday, January 31, 2011

either berserah or menyerah...

Catatan:
Entry kali ini nulisnya penuh perjuangan. Sudah dimulai pertengahan September tahun lalu, beberapa kali ditulis ulang dan diedit, konsep diubah, pernah dihapus total, ditulis lagi dengan plot berbeda....
Mikir berhari-hari sebelum memutuskan mem-publish tulisan ini.
Sampai saat ini pun aku masih bergumul dengan masalah pokok dan urusan ‘berserah’ ini.


Menghadapi pergumulan hidup akhir-akhir ini, Tuhan mengingatkan aku untuk berserah pada Nya.

Mengagumkan sekali cara Tuhan menyampaikan hal ini.

Mulai dari status teman di FB, thema kotbah di gereja, hiasan dinding yang selama ini tertutup tumpukan nota, thema renungan harian, obrolan dengan adik dan beberapa teman, nguping pembicaraan orang lain, pengepul kardus bekas yang tiba2 ngasih ‘kotbah’, bahkan dari dialog masalah politik di tv, aku juga mendengar kata ini : berserah pada Tuhan ter high-lite mencolok indera.

Aku bisa kok bikin esai ratusan halaman tentang berserah pada Tuhan; bagaimana aku gak perlu ‘ngotot’ mempertahankan sesuatu yang menurut aku baik, tapi tetap kudu melakukan yang terbaik, tetap tekun, tetap semangat bla, bla, bla….

Tapi itu teori. Prakteknya?

Aku ga mudeng apa itu ‘berserah’ dan gak tahu bagaimana melakukannya. Karena ini urusan hati, urusan iman. Untuk seorang ‘control freak’ seperti aku, kadang Tuhan hanya berfungsi sebagai legislator.

Ada beberapa peristiwa di masa lalu yang sangat melukai hati dan meremukkan harapan, saat itu terjadi. Namun saat ini aku bisa melihat dan mensyukuri, ternyata kepahitan yang aku alami waktu itu adalah anugerah terbaik.

Tapi tetap saja aku terus bertanya di dalam otak dan hati: Berserah pada Tuhan itu seperti apa ya?.........
Bagaimana mengenali kehendak Tuhan atas pergumulan dan pilihan hidup?

Apakah itu seperti menyerahkan sebuah perhelatan ke Event Organizer?
Kita membayar Tuhan melalui amal ibadah, penyembahan, hidup kudus; untuk dapat menuntut Tuhan membereskan semua urusan, kegalauan, permasalahan hidup?

Ataukah seperti seorang pencopet yang mengangkat dua tangannya ketika diteriakin polisi: Menyerah!!!

Seorang teman: Lastri pernah bercerita tentang bagaimana seseorang menyertakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya.

Sebut saja namanya Joko

Setiap (misalnya) naik bis kota, Joko selalu berusaha ada satu bangku kosong disebelahnya. Bila perlu dia bersedia membayar untuk bangku yang ‘kosong’ itu.
Suatu kali kondektur hanya menarik karcis satu orang.
Ketika turun dari bis, dia berdoa, ‘Tuhan, kondekturnya baik hati ya! Kita naik berdua hanya disuruh bayar satu’

Suatu hari lagi, Joko pergi ke supermarket dekat rumah. Ketika tengah mengisi keranjang belanjaanya, tiba-tiba dia tersentak, meninggalkan keranjang belanja begitu saja lalu dengan penuh rasa bersalah berlari pulang secepat mungkin, segera membuka pintu rumah dan berseru, ‘Tuhan, maaf tadi saya lupa mengajakMu, mari ikut saya ke supermarket! Tuhan saja yang menentukan belanjaan saya…’

Huhuhu….….
Aku gak tahu apakah si Joko itu lebay menghayati iman-nya atau sebenarnya gila.

Berserah kepada Tuhan… seperti apa sih? Bagaimana sih?
Apakah dalam penyerahan diri kepada Tuhan, masih ada pilihan-pilihan yang bisa kita ambil? (*mlipir mode on)

Bagaimana meyakinkan diri bahwa yang kita lakukan saat ini adalah seturut kehendak Tuhan?

Aku menyaksikan banyak orang melakukan sesuatu yang dipikirnya benar dan baik. Namun ketika terjadi kekacauan, enteng saja lempar tanggung jawab: ini kehendak Tuhan.

Apa ya bedanya berserah dan menyerah ?

Pada titik ini rasanya aku sudah mulai putus asa.
Putus asa dengan pergumulan permasalahan, juga putus asa dengan urusan ‘berserah’ ini.

Aku merasa luar biasa bebal, bodoh dan kepala batu.

Juga sendirian.

Secara iman aku tahu persis Tuhan akan menyelesaikan setiap pergumulanku, jika bisa berserah pada Nya.
Tapi aku masih belum tahu bagaimana caranya berserah. Rasanya seperti disuruh berjalan di atas air.

Rasanya seperti nabi Yunus yang ditelan ikan besar karena mengikuti kata hatinya sendiri.

So Lord, please help me…….

Ku berserah kepada Allahku
Di darat pun di laut menderu
Tiap detik, tak berhenti
Bapa Surgawi t’rus menjagaku

Ku tahu benar,
Ku dipegang erat
Di gunung tinggi dan samudera
Di taufan g’lap, ku di dekap
Bapa Surgawi t’rus menjagaku

gambar diambil dari sini

Sunday, January 23, 2011

Malaikat Penyamar

Tiba-tiba sebuah gagasan muncul di benak: …… bisa jadi selama ini Tuhan mengirimkan malaikat menyamar sebagai orang-orang yang aku temui di kehidupan sehari-hari.


Malaikat itu hadir sebagai pengemis, pembeli yang menurutku rewel+bodo, penjual makanan yang ngeyel, dll; untuk menguji kesabaran dan kerendahan hati, mengajarkan pemahaman hidup, menunjukkan cara hidup yang lebih baik, bahkan personally menyampaikan pesan Tuhan.

Aku jadi tergetar.



Jangan-jangan bapak yang tadi nawar teve separo harga trus hanya aku jawab dengan mengangkat alis. Alis sebelah kiri.

Jangan-jangan pengemis yang tidak aku beri receh karena dia pemuda yang tegap itu...

Jangan-jangan cewek abege pemesan bantal kemarin yang bawel, bikin aku jengkel, trus bantalnya yang belum jadi aku tusuk-tusuk jarum pentul. Sayangnya aku lupa mantra voodoo.

Jangan-jangan pengepul kardus bekas yang cerewet ngomong panjang-lebar-luas-dalam tentang hidup berserah pada Tuhan…..

Jangan-jangan pengatur lalulintas yang tiap hari kepanasan + kehujanan di perempatan depan warung…

Jangan-jangan pemuda yang 3 malam lalu dikeroyok di depan warung….

Jangan-jangan cewek genit, pengamen reog bersuara bising, petugas ronda yang berisik ngobrol depan rumah, 2 anak kecil yang berlarian di warung sampai pengen aku toyorrr…

Jangan-jangaaaannn…

Kalau itu benar; sehari ini berapa kali aku sudah didatangi malaikat dan tidak lolos ujian?
Tidak menerima pesan yang disampaikan?
Mencemooh seorang malaikat?
Menolak anugerah yang Tuhan akan berikan?

Melewatkan kesempatan menjadi manusia yang lebih baik ?

Sigh!

Tuesday, January 18, 2011

Mandala dan Adam

Penghentian operasional penerbangan Mandala seharusnya sudah dapat diduga.
Aku sudah menduga something not right ketika CEO-nya yg orang bule itu (*sapa tuh namanya…) mengundurkan diri tahun lalu, dan ketika jadwal penerbanganya acak-adul padahal sebelumnya selalu on schedule.
Belum lagi ketika Mandala malah ekspansi rute internasional padahal jumlah armadanya makin sedikit.

Di teve dan koran intens diberitakan situasi ini, juga tentang antrian calon penumpang yang ngamuk di kantor Mandala ngurus refund.

Jadi ingat pas Adam Air dulu.

Tapi situasi Mandala dan Adam Air beda.

Ketika Adam Air dinyatakan tidak beroperasi, banyak orang yang ‘nyukurin’ dan ‘nyorakin’. Mulai dari calon penumpang, travel agent, pengamat aviasi sampai ibu-ibu rumpi yang sebenarnya ga mudeng soal penerbangan.
Sampai hari ini pun kalau baca forum penerbangan, misal di Indoflyer.net, masih banyak yang ‘nimpukin’ Adam Air; dari sistem operasinya, pemiliknya yang gak profesional, kecelakaan2-nya….
Udah gitu, nimpuknya pake komentar2 judes, tiket2 hangus… (*kok gak ada yg nimpuk pake iPad ya…)

Tapi dalam kasus Mandala, hanya calon penumpang yang batal terbang saja yang nyolot, sementara kalangan umum dan pengamat aviasi banyak yang menyampaikan simpatinya dan komen2 yang mengharapkan Mandala bisa segera beroperasi kembali.

Gak ikut2 menjustifikasi sih…

Bagi aku Adam Air mempunyai kenangan sendiri.
Demikian pula Mandala yang saat ini no-ops. Dari pengalaman selama ini, terbang pake Mandala sangat okeh. Mulai dari sistem reservasi, skedul, pesawatnya, dll.
Mandala juga konsisten menerapkan prosedur dan ketentuan penerbangan. Selain AirAsia, di Indonesia baru Mandala yang berani menegur bahkan menurunkan penumpang yang masih menggunakan hp-nya dalam pesawat.
Sayang sekali bila perusahaan yang memilki kultur-perusahaan seperti itu tidak tertolong bangkit kembali.

Situasi Mandala juga bikin terminal 3 Cengkareng (salah satu terminal favorit aku) makin sepi, karena sekarang isinya hanya rute domestik AirAsia ke Yogya dan Denpasar saja.

Dari perbandingan dua kasus itu, sekali lagi aku diingatkan pentingnya kondite, reputasi, nama baik….

Setiap orang atau institusi bisa saja melakukan kesalahan. Sesuatu yang tak terelakan selama masih jadi manusia di atas bumi.
Tapi yang penting adalah bagaimana sikap setelah melakuan kesalahan itu: tetep ndableg atau berusaha memperbaiki kesalahan itu.

Mikirnya begini :
Kalau kehidupan memungkinkan aku melakukan kesalahan; maka kehidupan yang sama juga akan memungkinkan aku mengalami kegagalan, ketidak berdayaan, saat-saat dimana aku pathetically melolong: help me please!

Kalau selama ini aku ‘ndableg’ melakukan kesalahan yang sama, tentunya orang lain akan mikir panjang untuk memberikan pertolongan.
Sebaliknya kalau aku selama ini menunjukkan: disamping kesalahan yang aku lakukan aku juga (berusaha) memperbaikinya, tidak mengulanginya… (tidak sekedar minta maaf), pasti orang lain akan mengapresiasi itu.

Bukan tentang itung-itungan sebab-akibat, hukum karma, amal-dosa, dll…karena itu teritorinya Tuhan.
Tapi menunjukkan tanggung jawab melakoni hidup yang diberikan Tuhan.

Simpati saya untuk Mandala Airline. Semoga bisa terbang kembali.
Masih pengen nyobain rute Mandala CGK-SIN. Ahak….:D

(masih utang janji backpacking sama Yuda. Cuma masalahnya kira2 dia apa bisa diajak nginep di low-budget hostel. Kalau maunya kelas Hilton...wedew...!!!)

Masih ada di folder :

Flight Attendant Adam Air

Mama dan Adam Air

FA Mandala. Aku suka seragamnya :D

ini ceritanya motret Mandala dari dalam Mandala :D

Saturday, January 15, 2011

Kamar Toko

Baru saja nemu di internet sebuah toko bernama Kamar.
Kereeen!!
Toko ini ditata mirip sebuah kamar tidur. Ibarat ‘dolan’ ke kamar seorang teman, pengunjung bisa mendapatkan koleksi baju, barang-barang unik, kaset, sepatu, mainan, dll. Juga bantal-bantal awesome!.

websitenya : www.kamarkarma.multiply.com

Saat ini pastinya banyak toko dengan konsep kayak gitu; ditata kayak dapur, ruang kerja, taman, bahkan toilet. Tapi toko kamar ini sangat menggugah perhatian.

Jadi ingat lagi…..

Desember 2005.
Aku survey toko-toko buku spesifik di Bandung: Tobucil, Rumah Buku, dll. Semua toko buku itu memiliki strategi yang sama yakni membentuk komunitas juga ngadain usaha serta kegiatan lain: distro, pemutaran film, klub hobi, dll.

Rumah Buku

Rumah Buku

kalau gak salah, ini Tobucil

Aku jadi sangat terinspirasi dan mengangankan bikin sebuah ‘toko’ yang unik di Yogya.
Bukan toko konvensional di ruko, tapi menyewa kamar kost, atau tempat lain yang bisa diubah menjadi suasana kamar kost.

Malah waktu itu sudah nggagas namanya: Kost Tee.

Selain tersedia clothing, sepatu, barang/gift unik and unyu-unyu, di kost Tee pengunjung akan bisa nonton dvd, pake komputer, nge-print, bikin mie instant, laundry baju, bikin juice jambu, bungkus kado, isi pulsa, nobar Liga Primer….. (*waktu itu belum ada Liga Primer ding!)

Oh ya, jangan lupa booking tiket pesawat juga bisa.
Mau dianterin backpacking ke Ayuthaya Thailand? capcus!!

Pokoknya persis seperti kayak dolan ke kost teman. Hanya bedanya ini bisnis. Huhu..
Bisnis yang serius. Karena buktinya toko Kamar bisa berkembang dan buka konter di mall Kelapa Gading di Jakarta.
Artinya bisnis ini logis dan bisa make money.

As always pesannya sama : paradigma bisnis sudah berubah, sudah gak jamannya lagi buka warung model simbah aku dulu. Bahkan kini tempat praktek dokter gigi, kantor konsultan pajak atau apotik pun sudah makin persis dengan butik tas Hermes. Hehe.

Yay!!……… aku jadi senyum-senyum sendiri melamunkan impian masa lalu itu.

Oops! Impian masa lalu? Gak sepenuhnya ‘impian’ ding, karena setidaknya aku pernah berusaha mewujudkan bagian mimpi itu di Gresik, meski akhirnya kudu getun menelan rasio.

Not really ‘masa lalu’ juga.
Karena kalau Tuhan berkenan; somehow, someplace, someday, angan-angan itu bisa diwujudkan utuh..

Yang jelas nanti namanya bukan lagi Kost Tee.

Ehmm… dikasih nama apa ya?

Monday, January 10, 2011

Miley mau ikut IMB

Setiap bangun pagi, begitu buka pintu kamar, Miley langsung lari menghampiri.
Kadang malah sudah duduk manis di depan pintu kamar. Waktu terluang untuk ngurus Miley memang pagi setelah bangun tidur dan bikin kopi. Aku bisa ngajak Miley main sebentar dan sisirin bulunya.

Kucing satu ini memang caper+manja banget. Kalau makan gak ditungguin, makanannya sengaja ditumpahin kemana-mana. Bikin repot bersihinnya.
Siang, Miley duduk ditangga menunggu aku ke atas ambil minum sekaligus nungguin dia makan.

Selama warung masih buka, Miley ga pernah turun ke lantai bawah. Ga tahu kenapa.
Tapi begitu warung sudah tutup, sambil miaw-miaw Miley selalu turun ke bawah nemenin beresin nota dan pembukuan.
Kalau bosan nungguin aku kerja, dia lalu manjat-manjat ke atas rak. Berpikir dirinya spider-cat.

Setelah puas ngacak-acak dan jatuhin barang toko bikin aku senewen + teriak-teriak; barulah dia duduk diem dekat meja aku.


Kalau gak juga mau berhenti ngacak-acak, aku masukin Miley saja ke kulkas. Hehe…


Miley tahu kalau sedang dimarahin. Kadang dia bisa bete juga kalau di marahin.
Pernah sekali dia ngacak-acak kain yang baru saja aku bentangkan.


Waktu disuruh minggir, dia malah gantian ngacak-acak tumpukan kain di dalam dos.
Saking jengkelnya, aku bentak “MILEY!!!” wajahnya langsung dilipet! Huhuhu…


Sampai jam berapapun, Miley sabar menemani kerja. Baik di warung lantai 1 maupun di workshop lantai 4. Malam tahun baru kemarin dia nemenin di workshop sampai jam 3 pagi. Padahal keliatan sudah ngantuk banget dan ketakutan dengar raungan motor orang2 yang pawai tahun baru.

Kalau gawean aku sudah beres, mandi dan nonton teve barulah Miley ikut naik ke lantai 5 tempat aku, mama dan Miley tinggal setiap malam,
Biasanya Miley masih main sebentar. Mainan favoritnya adalah miniatur gendang. Miley memang sok kepedean jadi artis : pengen ikut acara Indonesia Mencari Bakat di Transtv.


Kalau sudah ngantuk barulah dia gliyat-gliyut di atas kursi plastik. sok imut!


Ah, akhirnya tidur juga.
Aku musti nunggu sebentar sampai Miley benar-benar tidur. Kalau langsung aku tinggal masuk kamar pasti bangun lagi, miaw-miaw, dan garuk-garuk pintu kamar minta ikut masuk. Wew…

Aku belajar bahwa kucingpun bisa mengerti kalau diberi per-HATI-an.
Bisa menjadi teman yang setia tanpa syarat.

Selama ini aku beri Miley makanan merk Royal Canin(RC), makanan kucing paling baik yang bisa aku temukan di Solo. Tapi aku baca di internet, kandungan gula dan beras RC hanya sedikit, jadi tidak membuat gemuk.
Padahal aku pengen Miley rada ndut kayak Garfield. Jadi sebulanan ini aku coba oplos RC dengan IAMS.
Ternyata Miley doyan IAMS banget, malah RC nya gak dimakan.
Miley gak suka ikan, malah suka roti coklat. Kucing aneh!
Kadang saja aku beri secuil. Mustinya khan kucing gak boleh makan coklat.

Akhir-akhir ini rasanya Miley emang keliatan rada gendut.
Tiap liat aku ngasih makan, mama sering bilang, “jangan banyak2, Miley ntar kegendutan!”


Kayaknya memang Miley mulai gendut....

TV Anak vs Burung Suami

tulisan lama, baru sempat di posting.

Lebaran kemarin, hari kedua.

Seorang ibu bersama dua anaknya sekitar usia 4 dan 7 tahun diantar beca.

Mas, tv 14 inch yang paling murah, katanya.
Uang saya sedikit, ini saja ngumpulin duit fitrah anak-anak.
menunjukkan segenggam uang.

Karena kasihan liat penampilannya yang sederhana, aku tawarkan tv rekondisi merk Mytron 14 inch.

400 ribu, saya diskon jadi 385 ribu. kataku

365 saja. saya hanya punya duit segitu. Ujarnya memelas.

Belum bisa bu, harganya sudah mepet. Kataku lagi.

TV tersebut harga pokoknya 380 rb, aku hanya mengambil laba 5 ribu rupiah. Segitu juga sudah bakal habis untuk biaya baterai remote, faktur penjualan, tali, dan overhead. Practically gak laba sama sekali.

Tapi saya hanya punya duit 365 ribu, ujarnya sambil menunjukkan duitnya, menunjukkan dompetnya yang kosong.
Bagaimana caranya duit ini harus jadi tv, karena kalau sampai duitnya saya bawa pulang lagi pasti dirampas suami saya untuk beli burung.

HAH? Burung????? Seru aku. Heran……

Iya, mas, suami saya hoby burung aduan. Kalau dia tahu saya megang duit pasti diambilnya untuk beli burung aduan yang belum tentu menang tanding. Kalau sudah gitu burung itu dijual murah duitnya dihabisin sendiri…
Kasihan anak-anak dari dulu pengen punya tv..duit ini hasil ngumpulin fitrah lebaran… katanya. Matanya memerah mulai menangis.

Bapak beca yang nemenin juga akhirnya ikut ngomong,
Iya mas, kasihan mas, suaminya gak tangung jawab, tiap hari hanya ngurus hobinya burung aduan. Saya ini tetangganya, hanya nganterin ibu ini dan anak-anaknya.

Ah… kalau sudah demikian, aku langsung luluh.

Gak bicara apa-apa lagi, langsung aku siapan tv-nya: program channelnya, masukin dos, ikat pake tali, buatin fakturnya.

Bu, fakturnya tetap saya tulis 385 ribu, terserah mau dibayar berapa.

Si ibu berkali-kali bilang terima kasih. Duitnya gak aku hitung. Anaknya yang besar langsung jejingkrakan.

Saat itu sudah hampir jam 8 malam, aku sudah cape banget jaga warung dari pagi. Tapi rasanya damai sekali.

Bawa duit 365 ribu ke Senayan City…bisa dapet apa ya?