Pages

Wednesday, April 09, 2008

Nostalgia 1

Ternyata mengamati sketsa-sketsa kerjaan jaman dulu bisa jadi obat jenuh+stress.

Bank Victoria

gambar lain proyek ini liat sini

Masjid di Jakarta Barat
gambar lain proyek ini liat sini

Wednesday, April 02, 2008

Pak Oeut

Kejadian-kejadian dikehidupan beberapa hari ini membuat saya ingat Pak Darjono (*ex big boss), suatu hari ngomong demikian, “phoek, liat saja ya! meski Pak Oeut itu kayak gitu, tapi orang seperti dia adalah orang yang tetap berdiri di sisi kita, ketika orang lain sudah terbirit-birit meninggalkan kita”

Aku lupa dengan apa yang membuat pak Dar ngomong gitu. Yang aku ingat waktu itu Pak Oeut baru saja keluar ruangan dan aku sedang bete karena sesuatu (*lupa juga).

Pak Oeut, alias Ir. Ahmad Saefudin Mutaqi M.Arch. adalah atasan saya: direktur di PT Javaland Studio Corporation a.k.a Jawadwipa Selaras Cipta. Lahir di Kebumen, dosen, dan pernah jadi dekan Teknik Arsitektur di Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.
Salah satu karya arsitektur Pak Oeut adalah Gedung Chika Computer yang terletak di depan Mirota Kampus Simanjutak Yogya (*masih ada gak ya?)
Diluar pekerjaan kantor, aku dan pak Oeut juga pernah ‘mroyek’ bareng. Salah satunya Asrama Haji yang terletak di Ring Road Utara Yogyakarta (terakhir kali lewat situ kok sudah alih fungsi menjadi Islamic Center).

Pak Oeut ini Tipikal Koleris: keras, saklek, to the point, tidak suka basa-basi. Hitam dan putih : ga pernah abu-abu.
Dari fisiknya saja sudah keliatan : tinggi, langsing, meski lumayan ganteng tapi item ndedet.

Masalahnya pak Oeut kalau ngomong suka seenaknya ga mikir perasaan orang lain, kesannya kalau bisa bikin orang minimal gegar otak mendengar umpatannya.

Di kantor, suatu hari ada serombongan mahasiswa yang asistensi tugas kuliah dengan Pak Oeut.
Seorang mahasiswa dengan naif bertanya, “pak, enaknya kolom bangunan ini pake apa ya”
Pak Oeut jawab, “pake lempeeerrr!” dengan mimik wajah yang bisa bikin mahasiswa itu nangis garuk2 tembok stadion Kridosono.

Suatu ketika, Office Boy kantor menampilan ekspresi bingung ketika di suruh pak Oeut mengambil sampel conblock. Dengan pelan, pak Oeut ngomong begini, ‘Wis! Metu kono! weruhono watu sing dinggo neng parkiran. Kuwi jenenge conblock! Nek isih durung mudeng, kono di dilat!’
(*udah, sana keluar, lihat batu yang dipakai di tempat parkiran. Itu namanya conblock! Kalau masih belum ngerti, sana dijilat!)
Yang ini aku dengar dari mbak Dyah orang akunting yang bilang, ‘denger aja ikut sakit hati’

Tapi dalam menghadapi masalah-masalah kantor, Pak Oeut selalu berada di depan. Bukan sok tampil, tapi siap menjadi pembela bagi siapapun. Tanpa sikap sok pahlawan.
Dan seperti yang dikatakan Pak Dar, dalam kondisi perusahaan yang cukup buruk saat ini, Pak Oeut masih mendampingi pak Dar.

Dalam kehidupan aku memang belajar bahwa biasanya orang yang suka muja-muji, cengengesan, ingah-ingih dan sok akrab biasanya hanya karena sedang membutuhkan sesuatu, namun ketika kita berada dalam kondisi memerlukan pertolongan orang lain, dapat dipastikan orang itu yang pertama lenyap.

Pak Oeut, bukan orang yang enak jadi teman curhat sehari2, ngobrol ga jelas, dll tapi pak Oeut adalah teman yang ada pada saat orang lain alergi berada disekitar kita.

Ketemu pak Dar dan pak Oeut terakhir 8 tahun yang lalu. Kangen juga :p

Tuesday, April 01, 2008

Dongeng 1 April

Gelisah. Sudah jam 20.05. Di kantor masih ada klien.
Akhirnya jam 20.25 baru selesai, aku cepet2 bubar jalan dan sms, “sori, telat sebentar. Kerjaan baru selesai”.
20 menit kemudian aku liat dia duduk di McDonalds kutak-katik hape ditemani Coca Cola dan sekantong fries. Utuh.

Aku menepuk bahunya, Hei, kataku trus aku mengulurkan jabat tangan, apa kabar?

Dia cuma senyum-senyum.

Kapan nyampe Solo?, tanyaku lagi

Tadi pagi. Mustinya naik airasia tapi kemarin malam dapat sms ditunda jadi penerbangan siang. Gue jadi naik Mandala deh!

Hah! Tiketnya hangus dong! Borju amat. Emang udah kebanyakan duit? Kyaaa…Bagi dong!

Hehehe… dia tertawa, Iya sih, sayang tiketnya angus.

Aku mencebil, trus gimana ke Samarinda kemarin? Orang satu ini paling seneng kalau di tanggap kerjaannya.

Bisa operasi berapa orang?, tanyaku

15 orang. Kebanyakan kasus katarak. Cuma 2 hari kok. Pras, ngobrol di rumah kamu saja ya. Mau bawa makanan pulang gak?

Okay! Aku bangkit berdiri, tapi ga usah beli apa2. aku masih punya makanan di rumah kok..

Jalan kaki 5 menit sampai di rumah.

Dia langsung duduk lantai depan teve. Aku nyalain teve, cari channel AXN

Aarrrgh!… teve ga usah dinyalain bisa gak?! Bete deh gue liat elo diajak ngobrol malah nonton teve, katanya.

Aku matiin teve, duduk di kursi. Manyun.

Kembali dia bercerita tentang pekerjaannya sebagai spesialis mata dan alasan dia pulang ke Solo.

Mulai minggu depan gue ikut pendidikan lanjutan tiap weekend. Gue jadi makin sulit pulang ke solo. Mumpung masih bisa pulang solo nih, secara sejak lebaran kemarin belum pernah pulang.
Tapi alasan utama adalah ketemu elo.

HAH! Plis deh!.......NGAPAIIIIN !! aku berjengkit.

Dia diam sejenak, trus berkata pelan,
Kamu boleh percaya boleh gak. Sejak kita bertemu dulu, setiap ketemu orang lain, gue kok malah ingat elo. Padahal banyak orang yang “lebih” dibanding kamu. Dan kalau gue pikir, ketemu elo cuma sekali, itupun cuma ngobrol beberapa jam. Tapi gue ga pernah merasa senyaman itu. Menurut gue itu yang paling penting. Dan gue pikir elo juga merasa nyaman bersama gue. (*ngarep!!)
Tapi kalau di sms, elo ga pernah balas. Kalau gue telpon, elo malah marah2, sambil geleng2 kepala. Sebenarnya, elo maunya gimana sih?

Aku diem aja. Aduh! Pusing ngadepin kayak gini.

Ngomong dong! sergahnya …gue serius nih!

Aku ga ngerti musti ngomong apa. Jawabku.
Gini,
Seandainya kita bertemu 5 tahun yang lalu, mungkin hal ini bisa jadi sederhana.
Tapi orientasi dan fokus hidup aku sekarang cuma 3 : pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan
(*hetty koes endang mode on) jadi sudah ga ada ‘mata kuliah’ lain dalam hidup aku. Apalagi yang nyangkut any kind of relationship.
Kamu juga pernah dengar cerita aku dan garwa. Ibarat wayang, sang dalang sudah menampilkan gambar gunungan yang artinya : satu aspek kehidupan aku sudah berakhir.

Tentang perasaan ‘nyaman’ itu tergantung kamu sendiri. Cobalah menerima orang lain apa adanya. Pasti rasa ‘nyaman’ itu bisa kamu dapatkan dari siapapun.
Kebetulan saja kamu merasa nyaman ketika kita ketemu pertama kali. Tapi mungkin dalam kesempatan lain belum tentu. Bayangin saja rentang usia kita hampir 12 tahun.

Kamu ga jelek, profesi kamu oke, karakter kamu juga baik. Kamu akan menemukan orang yang lebih sesuai untuk kamu.

Iya, gue sudah menduga kok elo ngomong gitu. Yang penting gue sudah ngomong. Gue ga ngarep banyak. Seandainya tiap gue ke Solo bisa ketemu kamu, atau sebaliknya pas ke jakarta kamu mau ketemu gue.. bagi gue itu sudah cukup.
Kamu juga kudu tahu bahwa gue ga minta apa2 dari kamu.

Hahaha…plis deh! escort kalee!!! Aku ngakak. Mencoba membuat suasana lebih lunak.

Dia diam
Aku juga jadi diam. Jadi nggak enak ati oi!

Ya udah deh…ga usah terlalu dijadikan pikiran. Maaf ya. Katanya. Sambil rebah tiduran.
Aku bangkit dari kursi dan duduk di sampingnya di lantai.

Selanjutnya dia bercerita tentang tradisi kumpul keluarganya, pengalaman operasi mata, tawaran kerja di singapore, operasi mata lagi, kostnya di Jakarta, rencana ke batam operasi mata (*lagiiiii….).

Aku cerita rencana kerja aku, cerita perjalanan ke malaysia, ke Jakarta berburu kain (*yang bikin dia nyolot: ke Jakarta kok ga mampir atau telpon kek!)…..

Kira2 jam 12 malam aku ajak dia ke Pasar Kembang.
Belum lama ini aku menemukan warung makan enak+murah yang bukanya jam 11 malam.

Kami makan soto. Dia yang bayar.

Dari sana aku antar dia pulang naik taksi.
Di taksi dia tanya, besok gue ada acara keluarga. Lusa sebelum gue balik Jakarta, bisa ketemu lagi gak?

Liat saja nanti, tapi kalau ga bisa, ketemu di Jakarta saja. Tgl 25 April rencananya aku mau ajak ibu aku nonton Inacraft di Jakarta. I’ll see you.

Ah, dari dulu juga kamu ngomongnya seperti itu!, tukasnya.

Iya. Maaf!


(if were you ever read this entry, just take it as a tribute for you)