Pages

Sunday, April 24, 2005

SKS - The Last Minute Things

Beberapa hari ini aku sedang sibuk (panik ding!) menyiapkan bahan, agenda serta materi lain bagi sebuah persidangan klasis di Solo. Sebenarnya jadwal persidangan ini sudah ditentukan beberapa bulan yang lalu, tapi sepertinya aku memang hobi berpanik ria seperti ini.

SKS mustinya kependekan dari Satuan Kredit Semester.
Tapi SKS aku plesetkan jadi Sistem Kebut Semalam, kebiasaan jelek dalam mengerjakan sesuatu at the last minute.

Selama sekolah, aku selalu belajar hanya pada malam menjelang ulangan umum atau ujian akhir.
Tentu saja ini konyol, apalagi untuk pelajaran yang bersifat hafalan; kalau malam ini aku bisa menghafal valensi dan golongan unsur-unsur O, S, Se, T dan Po, belum tentu minggu depan aku masih ingat.
Persis kayak temporary tatto, ditoreh cepat, ilangnya juga cepat.
Tapi waktu itu, juara umum hampir pasti kepegang, dan ini membuat aku ga pernah bertobat.

Satu pengalaman buruk akibat Sistem Kebut Semalam adalah ketika menjalani test masuk universitas.
Masih ingat banget: ngantuk karena semalam ga tidur sama sekali, aku berangkat test. Di perempatan jalan dekat Gedung Pusat UGM, aku tabrakan dengan sepeda motor, yang berakibat roda depan sepeda balap aku jadi angka 8!
Setelah dimaki sama yang nabrak (begonya aku! Udah ditabrak, masih mau dimaki!), musti memanggul sepeda tersebut sampai ke parkiran Gedung Pusat UGM sambil ditonton ribuan calon mahasiswa lain. God!……. malunya !!!
Saking kagetnya waktu tabrakan, sampai waktu ngerjain test-nya, aku masih pucat+ngewel!

Tapi toh aku berhasil lolos masuk UGM juga :-p

Hobi Sistem Kebut Semalam, alias doing something at the last minute kebawa sampai waktu gawe. Karena ngerjain sesuatu at the last minute memang lebih menantang dan sepertinya membuat ketagihan. (well, sebenarnya sih, kalau bukan “malas” apa lagi coba?)
Salah satu hasil dari SKS ini adalah struktur kanopi dan tangga podium Gedung Sarinah di Jl MH Thamrin Jakarta.
Boss pernah minta aku ngerjain hal ini, tapi aku lupa; sampai suatu malam si Boss nagih desainnya utk di presentasi besoknya kepengelola Sarinah dan tenants-nya
Yo wis! Malam itu dengan dopping 1 teko kopi aku buat 3 desain yang salah satunya disetujui Hard Rock Café (waktu masih di Podium Sarinah) utk langsung dilaksanakan.

Sebenarnya sih aku sudah mudeng: hidup mustinya gak dijalankan dengan cara SKS. Hidup kudu dijalani hari demi hari: dihadapi detik demi detik. Apa yang menjadi kewajiban kita hari ini kudu kita selesaikan hari ini.
Kita tidak bisa terlena malas dan ceroboh, menumpuk kewajiban kita pada masa akhir hidup yang tidak kita ketahui masih akan berjalan berapa lama.

Terakhir ketika aku YM dengan Tio, aku tanya, “Tio, kalau besok kiamat sudah siap belum?”
“belum! masih ada beberapa hal yang belum diselesaikan…”, jawab Tio.
(hehehe…sama deh! Bukan takut mati sih, tapi kalau ditanya Tuhan, ‘Pras, apa yang sudah kau kerjakan dalam hidupmu ?’..mosok aku jawab. ‘chatting, Tuhan’……wah bisa2 aku langsung dijadiin bahan bakar di neraka.)
Mikir juga sih, kalau aku mau disiplin, mungkin banyak hal dalam hidup bisa lebih baik dan berhasil.

Kalau gawean aku sekarang, susah untuk menerapkan sistem kebut semalam; cash-flow, inventory, penjualan, strategi operasional tentunya gak mungkin dilaksanakan dalam waktu semalam.

Ngomong2, SKS juga bisa dipanjangkan jadi Sistem Kelon Semalam. Satu jenis kehebohan lain lagi. Hehehe…
Tapi eits!! Mosok aku kudu cerita yang ini juga! Kesannya kok centil banget.
Bisa-bisa seperti kata Tio : Bobor Nasional!!

Thursday, April 14, 2005

Kemana berlari?

ketika air laut datang menerjang, kita lari ke gunung

tapi sekarang gunung juga memuntahkan api…..

dan langit juga memuntahkan banjir….

kemana kita akan berlari….

ke angkasa ?
ke gua yang paling dalam ?

Atau berlari kepada Tuhan ?.........

Sunday, April 10, 2005

Ande Ande Lumut

Seorang concierge berjas biru tua segera membuka pintu mobil dan dengan sigap menyilahkan aku memasuki lobby The Diamond International Resto dan menaiki grand stair menuju lantai atas.

Di ujung tangga, aku langsung disambut Ibu Bob yang tersenyum dengan ramah dan mengucapkan selamat datang.
Selesai berjabat tangan dan berbasa-basi sejenak dengan Bapak dan Ibu Bob, aku melangkah ke arah 10 cewe-cewe cantik bergaun malam elegan. Mereka berdiri dengan anggun dan masing-masing membawa seikat mawar berwarna salem.
Cewe-cewe tersebut serempak tersenyum manis, dan salah satunya langsung menghampiri aku dan mengulurkan tangannya………..

Eittsss!!
Bukan, Bukan!! aku bukan mimpi, atau sedang mengikuti acara “the Bachelore” apalagi menggantikan si Joe dalam acara “Joe The Millionaire” yang akan menyortir cewe-cewe itu untuk dijadikan isteri….

Aku cuma menghadiri pernikahan Debi dan Daniel.
Dan aku bukan mau nulis soal nama cewe paling cantik diantara 10 cewe tadi…atau malah soal menu makanan pestanya…

Ceritanya gini;
Aku paling sebal kalau diundang pesta atau acara keluarga…karena biasanya akan muncul pertanyaan ;

"Datang sama siapa ? "
"Kok sendiri…temannya mana ? "
"Kapan nih nyusul…? Sudah ada calon khan? Jangan pilih2 dong! "

Aku biasanya cuma merespon dengan senyum. Jangan coba-coba menjawab :
“iya, belum laku nih, cariin dong!…”
“wah….belum kepikiran nih!”

Efeknya pasti seperti menebar angin menuai tsunami :
“ah! Kamu tuh ya!! Jangan suka pilih-pilih!!….”
“Gimana sih! Musti dipikirin dong! Mosok mau bujangan terusssss….”
Diikuti kuliah tentang falsafah keluarga, agama dan masyarakat dengan nilai kredit 3 SKS!
Seorang ibu sempat ngomel, “ Kamu dong! Cepetan nyusul! Mumpung aku masih kuat berdiri, masih kuat jadi panitya…”

Kebanyakan orang (terutama ibu-ibu) paling peduli dengan status marital. mungkin karena mereka gregetan lihat cowo ganteng, pinter, kayak aku belum punya isteri… (*huek! Cuih!)
Seorang ibu duduk disebelah aku dengan semangat bilang, “Maaf loh sebelumnya, tapi tante punya kenalan, suami isteri yang baik. Mereka punya adik yang pengen Tante kenalin sama kamu. Tinggal di Blora, tapi dia mau kok ke Solo. Bla…bla…bla…”
Selanjutnya, selama hampir 1 jam dengan seriusnya, si ibu tadi becerita tentang silsilah, pendidikan, pekerjaan,watak, serta fisik si Cewek Blora….
Tidak mau kalah, suami yang duduk disebelahnya menceritakan cewek yang lain lagi….

Sampai aku curiga; jangan2 mereka akan mendapatkan komisi+pahala kalau berhasil ngenalin cewek unggulannya. (jadi ingat tokoh Emak di Bajaj Bajuri…)

Aku cuma senyum-senyum dan menyerahkan pada mereka untuk mengatur pertemuannya…. (dasar laki-laki ga punya pendirian !)

“…nanti tante ajak ke rumah kamu ya…..”
“ kamu biasanya ke gereja jam berapa? Supaya bisa aku temuin?”

Ketika aku pamit ke toilet, di depan toilet ketemu ibu lain lagi yang juga punya “kenalan” yang lain lagi.

Besok malamnya, aku bertemu ibu lain lagi yg semalam duduk tidak jauh dari kami.
Langsung menghampiri dan bilang, “Sebenarnya aku juga punya saudara jauh yg pengen aku kenalin. Namanya…. Tinggal di…..”
Dalam setengah jam berikutnya aku dibuat merasa berdosa for being single, dan sebagai pertobatan kudu dikenalkan dengan saudara jauhnya….…..

Dalam waktu kurang dari 24 jam, aku mendapat 4 “kandidat” utk dikenali (istilah mereka!)

Terus terang urusan kayak gini bikin bete, karena mustinya seseorang tidak cuma dinilai hanya dari aspek; marital, tapi juga aspek-aspek lain; karakter, kesuksesan, pekerjaan, kesehatan …..

Dan lagi aku bukan Ande Ande Lumut yang sedang mencari belahan jiwanya…….
(keterlaluan banget kalau ga tahu siapa itu Ande Ande Lumut!!)
Siapa bilang menikah itu keharusan?
Siapa bilang being married lebih bahagia?
Siapa bilang kalau single itu pasti kesepian?

Kenapa ya semua ibu-ibu itu cuma nawarin ngenalin cewek…bukannya nawarin duit, rumah atau mobil gitu…….
Pasti akan segera aku jawab, “ YES!! I Do! “