Pages

Tuesday, March 31, 2009

First Thai Part 4 (end) – Broken Strings

klik di sini untuk membaca bagian sebelumnya.

20 Maret 2009

Bangun pagi trus ngurus check-out hotel karena nanti malam sudah balik ke Jakarta. Tas ransel dititipkan di hotel. Bayar oy! 15 bath! (IDR 5 rebu)
Trus nongkrong sebentar di Santichaiprakarn Park. Dalam perjalanan ke sana beli kopi panas di jalan. 10 bath. (IDR 3500)
Nonton kapal lalu lalang dan orang2 yang menghabiskan waktu di taman.

Jam 0930an naik perahu lagi sampai Central Pier. Melewati banyak hotel2 bintang 5 yang masing2 punya dermaga dan perahu sendiri. Pada beberapa bagian, serasa di Venesia. Ahh..

Dari Central Pier naik BTS ke stasiun National Stadium. Tujuannya ke mall Siam Paragon. Sampai mall itu kira2 jam 100- an ternyata belum banyak toko yang buka. Sarapan berat di resto jepang, namanya lupa. Tapi resto ini punya jaringan dimana-mana.

Habis makan, cabut lagi naik tuktuk ke Soi Petchaburi. Tepatnya Soi Petchaburi 7. Menurut peta di sini ada masjid Darul Aman: ada teman yang mau ibadah sholat Jumat. Sambil menunggu, aku muter2 daerah yang sepintas kayak kampung Kauman di Solo. Banyak makanan berlabel halal. Kayaknya enak dan pasti murah Nyesel tadi makan di mall ga makan disini saja. Di depan Masjid ada yang jual roti bakar dan teh. Bosan dan cape muter2 mulu, aku duduk saja disitu nungguin sholat Jumat selesai.

Dari situ jalan kaki ke arah dimana aku tadi melihat Kedutaan Republik Indonesia.

Pas jalan, eh ketemu tukang durian. HORE!!!
Tanpa nawar dan milih, lansung nunjuk satu paket durian yang ga terlalu banyak. 70 bath!
Dan saya salah! Karena saya mikir disini durian pasti enak semua.
Tepatnya salah milih! Durian yang saya beli masih rada mentah! Huek! Serasa makan styrofoam :D

Serasa aneh lewat kedutaan RI. Ada rasa bangga juga.
Di papan pengumuman yang ada di pinggir jalan di tempel pengumuman pemilu. (kok aneh!! emang penduduk Bangkok peduli pemilu Indonesia? kenapa ga ditempel "Visit Indonesia" atau info tentang Indonesia ???)

Ga jauh dari situ ada Platinum Fashion Mall, kayak Tanah Abang gitulah.
Muter2 ga jelas, ga beli apa2 sampai jam 1500 an.

Trus nyari taksi balik ke Khaosan lagi ambil tas, nyari taksi lagi untuk ke bandara Suvarnabhumi. Taksi + tol kira2 400 bath.

Bandara Suvarnabhumi penuh orang. Padahal kata resepsionis hotel dan beberapa orang yang aku tanya, saat ini untuk pariwisata di Bangkok sedang low-season.
Trus kayak apa ya kalau pas peak season? Kenapa ga nular ke Indonesia ya? Kenapa?

Check-in dan imigrasi cepet banget.
Dibandingkan dengan ketika arrival, saat itu lebih bisa menikmati bandara ini; seperti biasa bagian departure/keberangkatan biasanya lebih mewah dan menarik.
Sama dengan bandara Soekarno Hatta, bagian arivval dan departure terpisah. Penumpang kedatangan tidak bisa menikmati fasilitas toko dan resto keberangkatan.

Padahal kalau di KLIA – Malaysia, penumpang kedatangan bisa menikmati area keberangkatan. Check-point untuk security ada di pintu boarding-room.


Tapi sekali lagi aku tetap lebih suka Changi!

Sempat makan sandwich di resto Volare. Ga enak! Mahal lagiii!

Pesawat AirAsia QZ 7717 terbang dan sampai CGK tepat waktu jam 2345, tapi antri imigrasinya lama karena bareng flight yang tiba dari Philipina.
Beberapa orang WN Philipina yang antri di depan aku lama di wawancara oleh petugas imigrasi, bahkan ada yang di bawa ke ruang imigrasi. Ada beberapa yang dicurigai ke Indonesia mau jadi TKP (Tenaga Kerja Philipina).
Giliran aku cepet, begitu gesek langsung di jedok-jedok. :) Clear jam 0030 an.

Karena penerbangan balik Yogya jam 6 pagi, malam itu begadang di bandara CGK.

Pesawat balik Yogyanya juga tepat waktu. AirAsia beregistrasi PK-AWC
Dari Yogya naik Prameks dari stasiun kereta Maguwo yang ada persis berhadapan dengan bandara Adisucipto. Tiketnya IDR 7.000. Sampai rumah jam 1000 an.

Epilog

Aku puas karena perjalanan ke Bangkok ini dari segi biaya dilakukan dengan dana minimal. Pengeluaran hanya untuk kebutuhan primer: hotel, transpor dan makan. Aku ga beli souvenir atau barang lain. Kalau dihitung2 total biaya perjalanan aku tidak lebih dari 1,6 juta rupiah.

Catatan perjalalan ini dibuat seminggu setelah perjalanan. Sekarang sudah mulai ngintip2 lagi route dan promo AirAsia dan airline lain. Sudah mengincar ke Tiruchirapali, India atau Dhaka, Bangladesh. Selangkah demi selangkah suatu saat aku pasti bisa nyampe ke kawasan Mediterania.

Perjalanan kali ini juga memberi pelajaran lain tentang makna integritas. Selain mengenal (sedikit) budaya Thailand, aku belajar mengenal situasi kehidupan yang bisa muncul dalam interaksi perjalanan seperti ini.

Seperti lagu Ariel ‘PeterPan’: “Tak Ada Yang Abadi”
Semua perjalanan, kehidupan, kebersamaan pasti ada akhirnya.
Namun ada pilihan dengan apa kita akan mengakhirinya dengan:

rasa syukur atau kekecewaan.
kejujuran atau kesewenangan.
kedamaian hati atau rasa bersalah yang abadi.

Nug, seorang teman merespon “the un-told story” dalam perjalanan ke Bangkok ini dengan lagu James Morison : Broken Strings.

Anyhow, perjalanan ini menjadi perjalanan yang pasti terkenang tapi juga ingin aku lupakan.



Oops…kayaknya Ho Chi Min - Vietnam menarik juga!

Monday, March 30, 2009

First Thai Part 3 – Train Trip Trick

klik di sini untuk membaca bagian sebelumnya

19 Maret 2009

Sesuai rencana awal, hari ini ke Ayuthaya: sebuah kota kecil berjarak 78 km dari Bangkok. Ayuthaya adalah pusat pemerintahan era kerajaan di masa lalu.
Saat ini di Ayuthaya banyak terdapat reruntuhan ‘keraton’ dan kuil2nya.
Kata Ayuthaya memiliki akar yang sama dengan kata ‘Ayodya’ kerajaan dalam cerita mahabharata dan ‘Yogyakarta’ si kota kenangan :p


Sesuai petunjuk backpacker2 yang sudah merintis jalan, pagi itu aku stasiun kereta api Hua Lamphong. Stasiun kereta api terbesar di Bangkok.
Nyampe sana aku langsung ke loket beli tiket.
Ditanya sama yang jual tiket, "mau tiket berdiri apa duduk?" (dalam bahasa enggres tentunya). Jelas aku jawab yg duduk. Dan itu kesalahan tragis!! Karena dia langsung nyetak tiketnya dan berkata, "245 baht sir"

Jedhenk!!

Padahal seingat aku, baca di milis tiketnya cuma 20-an bath!
Tapi karena sok gengsi dan penasaran, yo wis dibayar…meski dalam hati merutuk!
Ternyata yang dimaksud tiket duduk adalah kelas eksekutif, gerbong pake AC. Sementara tiket tanpa tempat duduk dapet kereta komuter kayak KRL gitu.

Sesampai di stasiun kereta Ayuthaya, langsung merasa kayak artis dirubung tukang tuktuk :) Tapi akhirnya deal dengan satu supir tuktuk 500 bath ( IDR 175rb) untuk muter2 kota selama 3 jam.


Percayalah! Borobudur, Prambanan, Ratu Boko di Indonesia lebih keren. Tapi di Ayuthaya terasa sekali peninggalan yang ada ini di preserved lebih baik, turis juga merasa lebih nyaman dan aman dari terror penjual sovenir.


Kalau di suruh ke Borobudur, rasanya sudah males, tapi rasanya masih pengen balik ke Ayuthaya yang kalau difoto cuma kayak tembok bata belum selesai diplester itu. Oleh sopir Tuktuk sempat diantar ke sebuah resto. Aku makan nasi goreng. Masih enak nasi goreng gerobak dekat rumah :)


Nyampe stasiun Ayuthaya lagi jam 1400 an, nungguin kereta ke BKK jam 1440.
Kali ini beli tiketnya ga salah: Cuma 20 bath (IDR 7 rebu)

Sambil nunggu, beli kopi nescafe seduh 20 bath (IDR 7.000). Masih haus beli minum lagi: es sirop segelas gede 20 bath lagi.
Perjalanan Ayuthaya-Hua Lamphong sekitar 1,5 jam.

Ga tahu kenapa rasanya lega banget sampai stasiun Hua Lamphong.
Di Stasiun ini terdapat tempat sholat yang bersih. Jadi nungguin teman sholat sebentar.

Bingung mau kemana lagi, dari stasiun meluncur ke Siam Discovery Mall pake BTS. Rencananya mau menjelajahi toko2 untuk melihat dan meresapi ide2 desain baru.

Acara malam itu dilanjut ke Suanlum lagi.
Kali ini menyusuri blok yang kemarin belum sempat diliat dan nemu food court yang ada di sisi selatan, dekat stasiun MRT Lumphini.
Ga ada life musicnya, tapi makanan lebih murah dan ada satu stand yang menjual makanan halal.
Makan nasi dan beberapa macam lauk 40 bath (IDR 14.000)

Di Suanlum sampai jam 2100 naik taksi balik Khaosan lagi, mondar-mandir lagi.

Ada group band ngamen.
Jadi terpikir bagaimana kalau lain kali ke Bangkok bawa tape trus nyanyi dangdut di sini :p

Beli khao niao mak muang alias ketan dengan mangga dan saus santan. 20 bath. Biasa2 ajah.

Jalan lagi… beli semangka iris 20 bath. Ga beda dengan semangka tukang buah depan rumah.

Sempat liat tukang duren, aku mikir beli nanti pas mau pulang saja, toh masih cukup kenyang.

Ada yang jual macam2 gorengan serangga. Yikes! Di gerobaknya ada tulisan: 10 bath for photo. Ga jadi motret deh!

Pulangnya nyari gerobak durian tadi sudah lenyap. Mungkin duriannya sudah di kirim ke Indonesia lagiiiiih!

Sebelum masuk kamar, sempat onlen, check pesbuk, multiplai, email dan tentu saja update AirAsia :D

Ini malam terakhir di Bangkok :(

Bersambung ke First Thai Part 4 (end) – Broken Strings

Sunday, March 29, 2009

First Thai Part 2 – What Wat ?

Klik sini untuk membaca bagian sebelumnya.

18Maret 2009

Pilihan makan pagi di hotel Take A Nap cuma ada roti tawar, sosis, telur mata sapi, hash brown, kopi, teh, dan buah jeruk.

Pagi ini memang mau pindah hotel di kawasan Khaosan: the backpacker country. Naik taxi berwarna pink sekitar 70 bath ( IDR 25 rebu)

Dapet penginapan di Rambuttri Vilage Inn yang terletak di Rambuttri Soi. Tarifnya 400 bath semalam (IDR 140 rebu) tanpa makan pagi. Hotelnya bersih.

Sempat salah kamar: dengan cuek masuk kamar yang ada cewek bulenya…hihihi memalukan!

Area Rambuttri Soi dijejali penginapan dan resto kayak Kuta Bali. Jalan kaki sekitar 400 meter sampai ke Phrasumain Fortress, semacam benteng kecil yang terletak di Santichaiprakarn Park: taman yang tenang untuk duduk bengong sendiri.

Taman ini terletak persis dipinggir sungai Chao Praya. Disitu terdapat pier (dermaga) no 13 : Phra Athit. Dikenal juga sebagai Banglumpoo Pier.

Selain penduduk lokal, banyak turis bule celingak-celinguk mau naik kapal.

Ga ada loket tiket. Yang ada hanya 2 mbak-mbak yang duduk berhadapan meja kecil, kayak jualan lotre.

Dari dermaga ini naik perahu ke dermaga no 9 Thang Chang Pier yang terletak dibelakang Grand Palace dengan ongkos 13 bath (IDR 4500).

Ga usah kuatir disuruh megang dayung, ini perahu motor.

Disepanjang sungai Chao Praya terlihat beberapa Wat-Wat yang bertebaran yang keliatan dari bentuk dan warna emas pada atapnya.

Suasana Grand Palace dari luar persis suasana benteng keraton Yogya: dikelilingi tembok benteng tinggi warna putih minus poster caleg. Trus perimeternya bersih dari warung tenda a.k.a. penjual pecel lele dan es kelapa muda.

Tiket masuk Grand Palace 350 bath (kalau ga salah ingat).

Suasana di dalamnya juga ga beda masuk Kraton Yogya atau Solo: elegan dan historikal.

Yang berkesan adalah secara tempat ini juga banyak terdapat altar Budha, banyak pengunjung yang berdoa dan menghaturkan sembah.

Sebuah kombinasi yang disajikan simbiosis : tujuan wisata dan tempat ibadah.

Dari wajah para turis kelihatan sekali antusiasme menyelusuri, memotret dan meresapi suasana yang ada.

Bosan ngiderin Grand Palace, penjelajahan dilanjutkan ke Wat Pho: the Reclining Budha, yang terletak disisi tenggara kompleks Grand Palace. Mungkin karena sudah terlalu sering baca trip report, liat foto, dll; liat patung Budha tiduran ini kok rasanya biasa2 saja.

Skala dan suasananya gak berhasil bikin saya nganga :D

Dari situ jalan kaki nyambung ke Museum of Siam: The Discovery Museum.

Wahana ini sebenarnya lebih rewarding: bertutur tentang anthropologi bangsa Thailand: sejak masa mitologis bangsa Thai, tipologi kehidupan modern saat ini, hingga visi bangsa Thailand di masa yang akan datang. Terbagi dalam 17 area-ruang.

Tapi mungkin karena sudah jenuh jadi tidak bisa menikmati presentasi yang ada. Padahal teknik presentasinya matang dan multi format: ng-arsitek banget!! didukung sistem pencahayaan yang detail.

Sayang lay-out nya agak rumit: dari lantai satu, langsung ke lantai tiga baru balik lantai 2. Anyhow, ini museum kelas dunia!

Staff museum juga sangat atentif; waktu liat saya celingukan bingung, mereka langsung menawarkan bantuan. Sempat nyrocos pake bahasa Thai, ketika melihat aku nyengir barulah mereka ngomong pake enggres. Hehe.

Diakhir presentasi, kita bisa menulis pesan+kesan bagi pemerintah Thai yang ditampilan secara multi media.

Aku menulis : work hand in hand with Indonesia for a better world :)

Keluar dari situ, aku liat sudah jam 1400 an, trus naik taksi ke Vimanmek Mansion : istana kayu yang pernah dihuni Sri Rama V : salah satu raja thailand yang paling banyak berkunjung ke keluar negeri dan membawa masuk budaya barat ke Thailand. Masuknya pake tiket masuk Grand Palace yang tadi.

Untuk masuk istana ini, pengunjung harus melepas sepatu, dilarang bawa tas, kamera, senjata tajam, cat..apalagi linggis. Hahahaha.

Istananya sangat amat keren banget. Aku jadi berkhayal tinggal di istana kayu-yang-besar-berasitektur-kolonial-dibangun-dengan-hati -penuh-romansa-masa-lalu-trus-terlibat-asmara-dengan-seorang-bangsawan :D

Keluar dari kompleks istana sekitar jam 1610 an. Lapar Jo!: sejak sarapan belum makan lagi. Naik taksi ke MBK: mall buat emak2 asal Indonesia belanja di Bangkok. Aku sih tujuan utama cuma mau makan.

Jauh2 ke bangkok, milihnya balik2 ke McDonald lagi :) Big Mac lagi! Yang banyak kentang dan coca colanya bisa buat mandi saking banyaknya :)

Di MBK muter2 sampai jam 1900-an. Masuk ke toko buku Kinokuniya yang kebanyakan bukunya beraksara Thai. Aku sempat search “Laskar Pelangi” komputer katalog. Ternyata ada! Waw!

Sebelum pulang nonton thai-boxing yang digelar dipinggir jalan. Cuma sebentar. Ga demen yang kayak gini!

Dari sini naik BTS turun di stasiun Saphan Taksin, trus jalan ke dermaga no 1: Central Pier. Maksud hati naik kapal menyusuri sungai Chao Praya malam hari liat Wat Arun yang katanya keliatan grandious disinari lampu.

Pas naik, kok kapalnya cuma nyebrang sungai trus penumpang di suruh turun semua.

Ternyata ini kapal terakhir, dan hanya nyebrang satu dermaga. Halah! Bikin kagol! Malah merasa kayak terdampar di antah berantah.

Nyerah, akhirnya naik taksi ke Khaosan, menikmati denyut semangat backpaker dari penjuru dunia.

Mondar-mandir di Khaosan dari ujung ke ujung kayak seterikaan.

Makan pad thai (kwetiaw goreng thailand) seharga 25 bath (IDR 7.000) ditambah air mineral 7 bath (IDR 2500). Kenyang!

Pengen beli duren tapi kok ga ada yang jual? Mungkin sudah habis dikirim ke Indonesia kabeh.

Liat orang mabok, anak gajah ngamen, dagangan kaki lima sepanjang jalan…

Blusak-blusuk toko buku bekas. Ada buku Lonely Planet Thailand. Jatuhnya cuma IDR 100 ribuan. Murah. Pengen buanget beli tapi sayang duit. Besoknya sempat balik ke toko itu lagi, megang2 bukunya sambil mikir; tapi tetap akhirnya ga beli juga.

Ehm…kok gak lihat rahib ya? Kok ga nemu orang jual Tom Yam? Ternyata suasana kota persis dengan Jakarta: macet.

Sampai akhirnya malem balik hotel masih ga nemu duren. Aiyoooh!


bersambung ke : First Thai Part 3 – Train Trip Trick

Ya Tuhan.....

Seharian ini aku berpikir:

Betapa malang dan sedihnya Tuhan…..

Dia Maha Tahu apa yang terjadi pada umat ciptaan Nya.

Tapi toh sepertinya Tuhan tidak bisa melakukan apa-apa.
Pun jika Tuhan melakukan sesuatu, umat Nya tidak menghiraukan Nya.

Tuhan Maha Kuasa. Dia tak pernah tertidur.

Benarkah?
Kalau iya, mengapa Dia diam saja ketika umat ciptaan Nya melakukan kesalahan2 bodoh? …….


Ah, degilnya saya berpikir seperti itu!

First Thai Part 1 - Mai Phen Rai

Desember 2008 yang lalu nyaris semaput ketika tahu AirAsia bikin promo tiket gratis Jakarta – Bangkok. Cuma bayar admin dan airport tax di Bangkok jatuhnya hanya 325 rebu pulang pergi!!! Lebih murah dari tiket pesawat ‘singa angop’ Solo-Jakarta sekali jalan.Langsung mengendap-endap nyari paspor di lemari, trus online beli untuk tgl 17-20 Maret 2009. Sekalian beli tiket AirAsia Jogja-Jakarta PP yang jatuhnya lebih mahal : Rp 397.400. Ini bakalan jadi kunjungan per-backpacking-an pertama ke Bangkok – Thailand.

17 Maret 2009
Bangun jam 3 pagi, setelah sebelumnya cuma tidur2 ayam saking suenengnya :)
Langsung mandi, check sekali lagi : paspor, npwp, duit, dan kamera. Semua ditambah baju masuk 1 tas ransel kecil hijau belel.
Dari rumah jalan kaki 1 kilo lebih baru nemu beca untuk ke terminal bis Gilingan. Tiket bis solo-yogya subuh itu Rp 9.000,00 Sampai bandara yogya kira2 jam 6 pagi, ngopi dulu di Olala baru check-in.
Pesawat AirAsia boeing 737-300 ber-registrasi PK-AWU mabur tepat waktu ke Jakarta jam 0725.

oops! maaf croisant terlanjur dimakan. PK-AWU yang pagi itu terbang ke CGK

Aku pamit orang rumah dan teman2 cuma mau ke Jakarta, bukan ke Bangkok. Karena malu hati: Januari yang lalu sudah ke KL dan besok Juli juga akan menemani mama medical check ke luar negeri. Mosok di tengah situasi ekonomi kayak gini jalan2 terooozzz! Ongkosnya sih lebih sedikit daripada nraktir orang satu kompi, tapi tetep malu yay!

Nungguin flight ke Bangkok jam 16.20 aku muterin terminal 2 bandara CGK sampe bosan, liatin rombongan yang mau Umroh dan group-tour berseragam yang mau-maunya digiring persis bebek.
Ada satu rombongan umroh yang menarik perhatian; secara anggota rombongan semua sopan berbaju muslim, eh si pimpinan rombongan ibu2 gendut pake celana panjang putih ketat…sampe kakinya kayak lemper diiket karet erat.
Ada konter internet dengan tarif Rp 60.000,00 per setengah jam. Alamak!
Sempat tukar duit juga. Kursnya sama dengan di Solo. Rp 12.100,00 per 1 US$


Ruang Keberangkatan JOG. Buffer Area CGK

Sebenarnya sudah janji bertemu dengan member milis indobackpacker di ruang keberangkatan; dia dan teman2nya berangkat hari itu juga. Tapi pas aku telpon lagi hapenya sudah ga aktif. Mau aku halo-haloin, tapi kok malu kalau sampai kedengeran satu cengkareng :p

Check-in dan verifikasi NPWP lancar.
Kata petugas check-in, flight ke BKK hari itu full-pax. Jam 1620 tepat QZ 7716 lepas landas ke Bangkok.

Shopping Gallery CGK

Di dalam pesawat sempat ngobrol dengan seseorang warga Indonesia yang bekerja di Thailand. Menurut orang yang-namanya-aku-lupa; dibanding Indonesia, sebenarnya Bangkok miskin budaya. Tapi pemerintah Bangkok lebih piawai mengemas potensi wisatanya.
Trus buntutnya ngomongin pemerintah yg sekarang, dll. Ah lagi2 topik yang sama. Aku jadi tidak terlalu bersemangat mendebat.

Pilotnya nginjek gas terus; nyampai Suvarnabhumi Bangkok jadi kecepetan 18 menit.
Liat airportnya kok under ekspetasi, anti klimaks..…bagus sih, tapi ga sampe bikin aku nganga terkagum-kagum. Tetep Changi lebih keren!

Beres imigrasi langsung nyari taksi ke Suanlum: pasar malam yang buka mulai jam 7 malam. Dasar supir taksi dimana-mana sama ajah! Mosok diturunin di Lumphini Park.
Dengan bodonya aku juga jalan masuk taman Lumphini yang sudah gelap dan sebentar lagi gerbangnya mau di tutup!
Woops! Aku jadi jalan cepat2 keluar lagi dari taman. Ga lucu banget kalau malem itu terkunci ga jelas di taman. Iya kalau cuma hantu…kalau trus bermunculan pasukan nyamuk…wah bisa mati kehabisan darah :D


Interior AirAsia Airbus A320, saya duduk no 27D. Foto 'kabur' Food Center Suanlum dengan life-music.

Suanlum terletak di seberang jalan Lumphini Park. Suanlum Night Bazaar ternyata keren! Banyak barang2 bagus dan murah! Tapi kudu tega nawar dari 30-40% harga awal.

Aku ga beli apa2, secara judul awal perjalanan ini : “Backpacking”, bukan “artis-ke bangkok-pertama-kali-trus-panik-belanja

Ohya sempat makan di di foodcourt yang ada life-musicnya. Di sini pembayaran kudu tukar kupon dulu. Makan nasi ayam 40 baht, es teh 20 baht (total Rp 22.500)

Dari Suanlum, naik MRT turun di stasiun Sam Yan trus jalan ke hotel Take A Nap yang dapat review-nya di Internet.
Tarif untuk satu orang 550 baht : ( IDR 190 rebu) termasuk makan pagi. Ada internet gratis. Hotel ini dekat Patpong, kawasan lampu merah. Jalan paling 200 meter. Mau nyari cewek, cowok atau waria juga ada. Sekali lagi sayang oh sayang nurani sudah di set ini backpacking, bukan ‘sex journey’.



Bersambung ke First Thai Part 2 - What Wat ?

Friday, March 27, 2009

About Me

Awan, seorang teman baru di pesbuk : memberi saya PR untuk bercerita tentang diri saya dalam 100 kata.

Huh! maksa banget! secara kalau aku di suruh memimpin mengucapkan Pancasila pas upacara bendera, alih2 cuma 5 sila, biasanya aku bacain juga sejarah Pancasila termasuk Piagam Jakarta juga....

Lhah kok ini cuma 100 kata......TEGA NIAN!!!

Tapi secara ini tantangan, mari kita jabanin! Awan jual, gue beli! ...hihihi....

It's about me in 10 points.


Point 1
Pemalas, pemarah, religius, mudah iba.

Point 2
Fast learner, independen, self starter, intuitif

Point 3
Anti ketidakadilan; asuransi, mlm, ekonomi liberal are suck!

Point 4
Memandang tinggi integritas (i.e.: loyalitas) dan kejujuran.

Point 5
Give anything and everything stupidly to somone/something I care.

Point 6
Tidak mudah kecewa atau menyerah, tapi sekali merasa dikhianati : You’re nothing!

Point 7
Baca, nulis, travelling dan tidur zzz..z…Zz….zz…..

Point 8
Pecandu kopi, doyan banget permen (waktu kecil gigi aku gigis kabeh), suka dengerin gending jawa.

Point 9
Kurus, jantung abnormal, alergi alkohol, disukai nyamuk, cadel

Point 10
People say I’m clever. Some says I’m funny, some says I’m fierce like fire.

Bonus:
anak pertama, china, kristen, tidak buta warna, golongan darah A, parfum Polo, …..and I love Indonesia :D

Notifikasi: Bila diperlukan spesifikasi saya yang lebih detail, silahkan kirim pertanyaan anda melalui sms disertai pulsa utk sms jawaban secukupnya.

Thursday, March 26, 2009

Broken Strings

Thank's buat Wawan yang sudah dengerin keluh saya.


Biarlah ini yang terakhir........





Let me hold you
For the last time
It's the last chance to feel again
But you broke me
Now I can't feel anything

When I love you,
It's so untrue
I can't even convince myself
When I'm speaking,
It's the voice of someone else

Oh it tears me up
I try to hold on, but it hurts too much
I try to forgive, but it's not enough to make it all okay

You can't play on broken strings
You can't feel anything that your heart don't want to feel
I can't tell you something that ain't real

Oh the truth hurts
And lies worse
How can I give anymore
When I love you a little less than before

Oh what are we doing
We are turning into dust
Playing house in the ruins of us

Running back through the fire
When there's nothing left to save
It's like chasing the very last train when it's too late

Oh it tears me up
I try to hold on, but it hurts too much
I try to forgive, but it's not enough to make it all okay

You can't play on broken strings
You can't feel anything that your heart don't want to feel
I can't tell something that ain't real

Well the truth hurts,
And lies worse
How can I give anymore
When I love you a little less than before

But we're running through the fire
When there's nothing left to save
It's like chasing the very last train
When we both know it's too late (too late)

You can't play on broken strings
You can't feel anything that your heart don't want to feel
I cant tell you something that ain't real

Well truth hurts,
And lies worse
How can I give anymore
When I love you a little less than before

Let me hold you for the last time
It's the last chance to feel again




Wednesday, March 11, 2009

Ideologi Negara dan Kisah 2 Ekor Sapi

SOCIALISM
Kau punya 2 sapi
1 sapi kau berikan untuk tetanggamu


COMMUNISM
kau punya 2 sapi
Negara mengambil alih keduanya dan memberimu 2 kaleng susu.


FASCISM
kau punya 2 sapi
Negara mengambil alih keduanya dan menjual susu padamu.


NAZISM
kau punya 2 sapi
negara mengambil keduanya dan menembakmu


BUREAUCRATISM
kau punya 2 sapi,
negara mengambil keduanya,
yang satu ditembak, yang satu diperah susunya trus dibuang


TRADITIONAL CAPITALISM
kau punya 2 sapi betina
kau jual satu dan beli satu sapi jantan.
ternakmu bertambah, dan ekonomi tumbuh.


SURREALISM
kau punya 2 jerapah
pemerintah memintamu untuk kursus harmonika


AN AMERICAN CORPORATION
kau punya 2 sapi.
kau jual satu, dan satunya kau paksa untuk memproduksi susu sebanyak 4 sapi.
kemudian, kau menyewa konsultan untuk menganalisa mengapa sapinya mati.


THE ANDERSEN MODEL
kau punya 2 sapi.
kau cincang-cincang dua-duanya.


A FRENCH CORPORATION
kau punya 2 sapi
kau turun ke jalan, menyusun massa, memblokade jalanan, karena kau ingin punya 3 sapi.


A JAPANESE CORPORATION
kau punya 2 sapi.
kau medesignnya ulang hingga bisa menghasilkan 20 kali lipat susu.
kemudian kau buat profil kartun sapi pintar "Cowkimon" dan menjualnya ke seluruh dunia.


A GERMAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
kau merekayasanya supaya bisa hidup lebih dari 100 tahun, makan cukup sekali sebulan, dan mereka bisa saling memerah susu sendiri.


AN ITALIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi, tapi kau tak tahu dimana mereka.
kau putuskan untuk makan siang saja.


A RUSSIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
kau menghitungnya dan berandai bagaimana bilamana punya 5 sapi
kau menghitungnya lagi dan berandai bagaimana bilamana punya 42 sapi
kau menghitungnya lagi dan menemukan bahwa sapimu cuma dua.
kau berhenti mengitung, lalu buka sebotol vodka.


A SWISS CORPORATION
kau ada 5000 sapi. tak satupun adalah milikmu.
kau mengenakan biaya adaministratif kepada pemiliknya untuk menyimpannya.


A CHINESE CORPORATION
kau punya 2 sapi.
kau punya 300 orang untuk memerah susunya
kau nyatakan bahwa tak ada pengangguran, dan nilai produksi susu tinggi.
kau menangkap wartawan yang melaporkan kenyataanya.


AN INDIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
kau sembah mereka.


BRITISH CORPORATION
kau punya 2 sapi
dua-duanya sapi gila.


IRAQ CORPORATION
Semua orang berpikir kau punya banyak sapi
kau bilang ke meraka kau cuma punya satu.
tak ada yang percaya, maka mereka mengebom daerahmu dan menginvasi negaramu.
kau masih tak punya sapi satupun, tapi setidaknya sekarang kau bagian dari demokrasi,


NEW ZEALAND CORPORATION
kau punya 2 sapi
sapi yang di kiri kelihatan sangat atraktif.


AUSTRALIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi.
bisnis kelihatanya sedang bagus.
kau tutup kantor dan pergi mencari beer untuk merayakannya.


INDONESIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
dua-duanya curian.
lalu kau jual dua-duanya.
kemudian kau simpan uangnya di acount non budgeter yang tak jelas.
kemudian kau gunakan beberapa untuk mendanai kampanye partaimu
tapi sebagaian besar kau simpan untuk anak cucumu.


MALAYSIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
dua-duanya warga negara indonesia.