Pages

Monday, September 21, 2015

BaPer In Style

Hongkong Trade Development Council (HKTDC) adalah lembaga yang mempromosikan bisnis Hongkong melalui event-event yang mempertemukan produsen barang dan jasa, konsumen, serta elemen2 pendukung : desainer, ahli legal, akuntan, dll.

Tgl 17-19 September kemarin mereka mengadakan promosi dagang di Jakarta berupa pameran produk-produk unggulan UKM dari Hongkong dan produk-produk yang mendapakan penghargaan atas inovasi dan desainnya.
Jenis produknya cukup beragam: fashion, toys, elektronik, furnitur, mobile app, dll.
Khusus tanggal 17 ada beberapa sesi simposium.

Ketika registrasi secara online, aku tidak menduga event ini ternyata sangat keren. Selain barang yang dipamerkan sangat inspiratif, materi simposium juga mencerahkan.

Tema simposium pertama/pembuka: mempromosikan Hongkong sebagai pusat bisnis di Asia: modern, efisien, mudah diakses, dan aspek regulasi yang sangat mendukung; serta sebagai pintu masuk pasar China dan global.


Simposium kedua : “Latest Trend in Digital Marketing and E-Commerce”
Ada 3 pembicara. Pembicara pertama yang paling menarik : Jason Chiu yang menyampaikan transformasi perdagangan “tradisional” ke “E-Commerce”, dan saat ini sudah menjadi “Social-Commerce”
Adalagi fenomena showrooming dan webrooming, pentingnya aspek “experience” bagi konsumen.
Konsep 020 : online to offline; bagaimana online shop membutuhkan keberadaan industri offline.
Masih banyak lagi.


Simposium ketiga, “Creativity in Business: Dialog with Design Experts”
Ada 3 pembicara: brand consultant, perancang busana, dan arsitek.
Pembicara kedua: Elmer Ho yang paling menarik. Dia adalah kepala perancang busana beberapa merk utama. Salah satunya Ceruti.
Elmer Ho menjelaskan bagaimana seorang perancang harus melakukan riset, menentukan trend, dll dan yang terutama menjaga “brand DNA”

Nampak sekali event ini sangat matang dirancang; memiliki kesatuan utuh antara materi simposium dan produk yg dipamerkan.
Juga ada event-event pendukung lain : gala dinner, promo wisata di Grand Indonesia dll.

Bagi setiap peserta yang mendaftar online dan diketahui berasal dari luar kota; disediakan pengganti trasnport.
Aku cukup menunjukkan KTP, kartu nama, email konfirmasi, dan 3 kartu nama peserta pameran; memperoleh amplop berisi Rp 1.500.000.

Selain itu, dengan mengikuti  tiga simposium; mendapatkan souvenir USB dan kesempatan memenangkan tiket PP ke Hongkong.

Baru kali ini aku nonton pameran, ikut simposium, trus dapat duit.



------------------------------

Hari kedua di Jakarta, aku antar mama check kesehatan.
Pulangnya kluyuran sendiri  di Pasarbaru.
Nemu satu toko kain khusus katun dan linen dari Jepang;  persis yang pernah aku Adah, dan Icha beli di Singapur.
Pilihannya jauh lebih banyak: tokonya dua lantai memanjang.
Harganya juga lebih murah.

Aku jadi kayak kuda lumping baper. 


---------------------------------

Hari ketiga, janjian dengan mb. Septi; editor penerbit Puspa Swara.
Rencananya  kami ingin menyusun buku cara pembuatan perlengkapan travelling: bantal leher, tas, sampul paspor, dll.
Judulnya semacam : “handmade traveller”, atau  “crafter traveler” atau sejenisnya.

Kami membicarakan konsep isi, lay out, dll .

Jadi terbayang dengan editor pertama: mas Fachmy. Huhu...

Aku bercerita tentang teman-teman crafting di Solo. Pas nyebut “IloveCha”. Mb. Septi langsung ingat Icha.

Sebenarnya kami sudah lama ingin mb. Icha nulis buku; sejak produknya masih tas, boneka, dll. Sampai ketika produknya beralih ke sepatu. Tapi tidak ada kelanjutannya.

Aku jawab : Icha memang masih belum stabil dan fokus ngurusin aspek bisnis IloveCha.

Aslinya dia bukan orang yang kurang inisiatif, bahkan cenderung keras kepala, kataku lagi.

Iya, dari interaksi kami dulu, kayaknya mb. Icha orangnya cukup aktif kok.
Kalau sampai sekarang belum beres, semoga bukan karena mb. Icha tidak enak hati karena ada bagian  naskah yang waktu itu saya minta diperbaiki. Kata mb. Septi.

Kayaknya bukan. Tapi menurut saya karena Icha masih belum fokus saja. Jawab saya.

Titip salam saja utk Mb. Icha. Semoga dia masih berkenan meneruskan proyek buku yang dulu. Karena kami belum pernah menerbitkan buku tentang sepatu handmade. Kata mb. Septi lagi.

Trus aku menunjukkan foto kami berlima;

Kalau ini Adah, adik Icha yang suka masak.

Ini Mas Fahmi, editor buku PLUSH saya. Dia editor dan penulis keren juga; yang memprakarsai komunitas Tangan Grathil, , sekaligus tukang potret rombongan travelling kami.

 Aku cerita soal Tangan Grathil yang saat ini masih mati suri.


Trus ini mas B. Yang akan mendorong Icha serius menangani IloveCha.
Hahaha...

Mb. Septi pengen produk yang difoto dengan peraga.
Jadi misalnya, bantal leher difoto ketika  dipakai, dll.

Aku langsung membayangkan komunitas Solovely Traveller jalan ke Bangkok untuk foto-foto peragaan produk.


Sedetik kemudian aku langsung baper. hahaha...

.