Pages

Friday, November 27, 2009

RuKo - 11 November 2009

Tanggal 12 November dini hari kemarin harus tidur sambil meringis nahan rasa sakit di kaki.
Sehari sebelumnya jalan kaki entah seberapa jauh dengan rasa excitement luar biasa - nyaris ecstasy- yang meluap motret facade ruko-ruko berasitektur Neo-Klasik, Gothic, Modern, Romantic, Peranakan; di daerah Somerset, Chinatown, dan Clarke Quay.

Bagi orang lain, ini cuma ruko-ruko biasa, tapi di mata aku kayak sebaskom Sprite dingin setelah puasa minum 2 hari. haha.

Beberapa diantaranya:























WAW!!!!

Wednesday, November 25, 2009

So You Think You Can Dance

Beberapa hari ini betah banget nonton So You Think You Can Dance : reality show nge-dance yang sedang di tayang serempak di chanel SET, serta AXN. Kadang sampai jam 2 pagi. Meski kalau liat jurinya yg suka teriak-teriak; si Mary Murphy, pengen aku jebret bibirnya. Persis kayak kucing kawin!

Tapi aku bukan mau nulis tentang acara itu, posting kali ini didedikasikan untuk seorang teman berinisal R. Tinggal di Malang, bau matahari, yang ga mau punya teve apalagi Indovison. Huhu…

Aku hanya pengen berbagi cerita saja sama dia. Kalau pake sms bikin hape konslet.

Posting ini bukan nyindir, bukan nguueeeece!...... Suueerrrrr!!

So, here it is.

Akhir september kemarin di Servis24, dibentuk divisi baru: Mobile Support.
Fungsinya lebih pada operasional antar-jemput, kunjungan dealer harian, dsbnya; yang tidak membutuhkan kualifikasi skill teknik; ibarat mantan loper koran juga oke!

Aku mendapat beberapa rekomendasi personil, salah satunya bernama Edi.

Edi lahir tahun 1986 di Wonogiri. Sekolah hanya sampai SMP karena ga punya biaya. Sempat jadi buruh bangunan selama 2 tahun di Wonogiri kemudian mendapat pekerjaan di sebuah pabrik di Bekasi.
3 tahun kemudian diterima di sebuah café di bekasi juga; sebagai tukang bersih-bersih, dilatih dan akhirnya menjadi barista dan koki untuk bagian desert.

(Dari Edi ini saya tahu ekstraksi kopi espresso yang optimal seharusnya sekitar 22 detik!)

Gaji terakhirnya 1,5 juta belum termasuk bonus dan tips. Catet!: lulusan smp loh! Bukan Sarjana!

Namun setelah lebaran kemarin dia dan isterinya memutuskan keluar dari pekerjaan mereka masing-masing dan kembali ke Solo, bahkan sebelum ada pekerjaan pengganti.
Bagi aku ini situasi yang aneh.
Ketika aku tanyakan tentang hal ini, dia menjawab:

Saya harus lebih dekat dengan ibu saya yang sudah sepuh. Belum lama ini ibu saya menjalani operasi (*aku lupa penyakit apa). Kalau saya tinggal di Solo, saya bisa lebih sering mengunjungi ibu saya.
Sementara belum mendapat pekerjaan, saya akan membantu di bengkel sepeda motor saudara ipar saya.


Trus aku coba tanyakan rencana hidupnya. Dia menjawab,

Ketika saya mulai bekerja, saya pengen bisa memiliki motor sendiri dan menikahi pacar saya sejak SMP. Itu sudah berhasil saya capai.
Nantinya saya pengen punya usaha warung di kampung saya. Bukan warung besar, cukup yang kecil tapi komplit. Namun saya belum punya modalnya.
Saat ini rencana saya berikutnya adalah punya rumah sendiri.


Saya mangut-mangut, lumayan juga orang ini. Kebanyakan orang seusia dia masih mikir "bagaimana caranya beli blekberi", tapi dia sudah sampai tahap punya rumah.

Mas Edi punya rencana hidup yang terskenario rapi. Bagus itu! Kerja yang tekun agar bisa menabung untuk beli rumah, dan modal warung, respon aku

Jawab dia lagi:

Selama ini sebagian uang gaji saya kirim ke kampung dan alhamdulillah saya sudah punya tanah ‘sedikit’ di kampung.

Kalau demikian, tinggal nabung untuk ngumpulin bahan bangunannya…kata saya lagi.

Tapi jawaban dia menggebrak perhatian aku:

Alhamdulillah, saya selama ini juga sudah nabung kayu, pasir, besi dan bahkan batu bata. Saya hanya belum punya semen.
Kalau untuk pembangunannya, saya dan saudara kandung serta ipar sudah sepakat untuk gotong royong tenaga bergiliran membangun rumah. Kebetulan kami semua pernah bekerja sebagai tenaga di proyek.


Orang buta pun dapat melihat sinar bangga dari matanya, ketika dia mengatakan hal ini.

Waw!

Aku jadi mikir, berapa banyak orang seusia dia yang saat ini punya motor, isteri yang dipacarinya sejak smp, sebidang tanah, batu, pasir, kayu, batu bata……

Kemarin di Cikeas, eh maksud saya di Cikarang; interview beberapa orang lagi untuk posisi yang sama. Salah satunya bernama Joko. (*sumpah! namanya asli Joko); Orang Mlati-Sleman. Usianya lebih muda lagi. Lulusan D1 teknik mesin di Yogya. Belum menikah dan belum punya ‘batu bata and the gang”. Tapi aku menangkap semangat dan determinasi yang sama.

Seneng banget liat orang-orang muda yang tahu pasti apa yang harus dituju dalam hidupnya, konsisten dan fokus mencapainya.
Punya gambaran yang realistik tentang kehidupan yang dibangunnya, bukan sekedar: ‘jadi orang, hidup mapan, berguna bagi bangsa dan negara...'
Yang tidak mobat-mabit terbawa arus emosional.
Yang tidak ditekuk nasib, tapi MEMILIH membentuk hidup yang jauh lebih baik daripada orang kebanyakan.

Apakah mungkin karena mereka berpendidikan rendah sehingga justru cara pikirnya pun praktis?

Beberapa hari yang lalu status pesbuk si “R” teman saya ini, tertulis sebuah quote dari Rick Warren. Semoga itu karena dia sudah baca bukunya “Purpose Driven Life”, bukan karena nemu di status orang lain. Hehe. ….

Ehm, tapi aku jadi mikir: ibarat reality show nge-dance, pada akhirnya kehidupan juga menilai dari bagaimana saya menari; apakah saya menari diiringi sebuah lagu, atau sebaliknya saya menari untuk menjadi ilustrasi sebuah lagu.


So, you think you can dance?

Tuesday, November 17, 2009

gila 2012...atau 2010 ?

Aku pikir selain gigi, kewarasan juga kudu diperiksa secara berkala.
Aku baru saja melakukan test kewarasan.
Impulsif saja, habis tutup warung tiba-tiba terpikir ke toko Metta untuk nyari bajakan film 2012 yang sedang heboh itu.
Aku susuri deretan film yang dipajang; ga nemu.
Sengaja aku dekati mbak penjaga yang keliatan paling lugu.

Berikutnya adalah percakapan kami yang sengaja aku lakukan dengan suara rada keras

mbak, film duaribu duabelas sudah ada?

belum ada mas

wah kok belum ada... (dengan muka polos) kalau yang 2011 ada?

(*muka mbaknya jadi aneh)...ya gak ada!

(*sebagian orang di toko Metta mulai melihat ke kami)

ooo.... kalau 2010..ada?
(*saat ini semua pengunjung toko takjub liat aku)

(*muka mbaknya berkerut aneh)
yaaa...gak adaaaa....maaaasss!


Semua ngakak.

aku tampilkan mimik muka tanpa dosa ngloyor pulang.

sampai rumah aku ngakak sendiri. HAHAHAHAHA........


(*ga tahu apa artinya aku masih waras atau mulai gila)

Sunday, November 15, 2009

Bu Prapto

Di dekat toko ada seorang penjual nasi liwet, namanya Bu Prapto.
Aku lumayan sering beli. Selain aku suka nasi liwetnya si ibu juga lumayan ‘gaul’; bisa diajak ngomong ringan soal wacana-wacana sosio-politik dan hal-hal aktual lainnya. Kalau sudah ngomongin pemerintah, gayanya bisa ngalahin pengacara batak yang jadi artis itu. haha


Ibu Prapto ini pasti sudah 70-an, hampir setiap hari jualan nasi liwet di emperan toko bersama suaminya yang lebih tua lagi. Jadi, mustinya mereka lebih patut dipangggil "simbah".

Setiap jam 4 sore, sang suami datang lebih dahulu untuk menyiapkan meja, tikar, mengatur gelas+piring, memasang layar, dan menyiapkan panci berisi perlengkapan nasi liwet.
Pak Prapto ini sudah tua, giginya ompong semua. Sepintas seperti orang gagu.
Selama menemani istrinya berjualan, tugasnya hanya membuat minum dengan tertatih-tatih. Kadang diomelin istrinya kalau salah bikin pesanan. Tapi si suami dieeeem…saja.
Setiap kali aku ajak bicara cuma mangut-mangut, paling berkata, “nggih mas”.

Kira-kira 4 bulan yang lalu, tiba-tiba bu Prapto ga pernah jualan lagi. Bolak-balik aku ke tempat dia berjualan tapi selalu kecele. Hingga 1 minggu sebelum puasa kemarin, iseng aku lewat tempat bu Prapto yang ternyata malam itu jualan. Sendirian.

Aku langsung duduk di hadapannya dan protes. Percakapan kami selanjutnya tetap dalam bahasa jawa halus, kira2 begini : Waduh bu, njenengan niku wonten menopo kok sampun dangu mboten mande (ibu, ada apa gerangan kok lama ga jualan)

Sambil meracik nasi untuk saya, Ibu Prapto bercerita, Iya mas! Saya baru mulai jualan hari ini. 1 bulan yang lalu bapak meninggal. Saya sangat terpukul dan sebenarnya belum merasa sanggup jualan lagi. Tapi saya memaksakan diri agar tidak semakin larut dalam kesedihan.

Ibu Prapto kemudian menceritakan peristiwa meninggalnya suaminya. Sambil beberapa kali mengusap matanya yang memerah. Kalau pas banyak pembeli, saya bisa mengalihkan perhatian, tapi kalau pas tidak ada pembeli, dada saya terasa sakit sekali ingat bapak. Lanjutnya lagi.
Waktu aku datang memang si ibu sendirian tidak ada pembeli atau orang lain. Sepi.

Aku diam saja menyuap nasi. Aku ga pernah suka dan selalu berusaha menghindar situasi kayak gini.

Si ibu sesekali mengusap mata dengan sapu tangan. Untung ga ada pembeli lain. Bisa-bisa dikirain aku makan nasi liwet telur dan paha ayam trus ga mau bayar. Huhuhu…

Seketika selesai suapan terakhir, aku langsung berlari kembali ke toko, mengambil radio yang paling bagus, melengkapi dengan batu baterai baru, dan kembali ke tempat Bu Prapto.

Aku menunggu bu Prapto selesai melayani beberapa pembeli. Setelah itu aku berkata, (pake bahasa jawa lagi) Ibu, Ini cuma radio biasa, tentu saja ga bisa menggantikan bapak, tapi semoga bisa jadi hiburan kalau ibu sedang merasa sedih.

Aku nyalakan radio itu dan menunjukkan cara pengoperasiannya.

Sontak ibunya malah menangis tersedu-sedu.
Mas, anda ga tahu bagaimana sedih dan sakitnya hati ketika kita kehilangan pasangan hidup. Meskipun suami saya sudah tua dan tidak bisa memberi saya apa-apa, tapi saya sangat mengasihinya. Bagi saya cukup punya dia yang bisa menjadi tempat saya berbagi keluh, teman berbicara ketika anak dan cucu sibuk sendiri2, setiap malam membicarakan hari yang baru saja kami lalui……...

Sekarang saya sendiri. Menjalani hidup sendiri.
Terima kasih mas. Pasti mas ga tahu rasa syukur saya diberi radio ini. Sebelum bapak meninggal, sebenarnya kami sudah punya rencana beli radio untuk mendengar siaran wayang malam hari. Jadi, terima kasih ya mas.


Si ibu berusaha menahan tangis, tapi air mata dan sedannya tidak tersembunyikan.

Saya hanya tersenyum dan ngomong beberapa kalimat penguatan.
Berusaha mengajaknya bercanda; Ya sudah, kalau gitu radio ini jangan diberikan orang lain ya, jangan dijual, pokok-nya ini hanya untuk hiburan ibu pas jualan atau di rumah.

Sambil masih menangis, si ibu berkata! Tidak akan mas! Saya sungguh menghargai pemberian mas! Radio ini akan menjadi barang kesayangan saya. Terima kasih sudah memberikan simpati dan berusaha meringankan kesedihan saya.

Sekali lagi, aku ga suka situasi kayak gini, mangkanya setelah meletakkan uang nasi liwet, aku pamit pulang.

Ah, Aku memang ga tahu apakah radio itu bisa menghiburnya, tapi aku tahu rasa sedih dan nyeri ketika kehilangan bojo, belahan jiwa, seseorang yang kita kasihi.

It was so sad and painfull, and trust me: it is now still sad and painfull.

Saturday, November 07, 2009

5 Tahun Yang Lalu

Hari jumat kemarin, aku ditelpon seorang pembesar sebuah produsen elektronik, “Melihat pencapaian penjualan bapak, kami memberikan bonus wisata keliling China selama 8 hari biaya ditanggung penuh”


Kalau tawaran ini diberikan 5 tahun yang lalu, aku pasti langsung histeris, jingkrak-jingkrak bahagia luar biasa, lari ke jalan raya sambil nyanyi, “Tuhan, aku pengen jadi artisss….Tuhan aku pengen jadi artissss….”
Sampai-sampai hulubalang kerajaan harus tergopoh-gopoh beli sesajen kembang 12 rupa dan coklat toblerone 3 batang untuk membuat aku waras kembali. haha

Tapi kemarin, aku cuma bergumam, “huh? Gitu ya. Saya kok ga minat. Tapi coba nanti saya tanya adik atau papa saya barangkali mereka mau pergi.”

Aku jelas emoh kalau ikut wisata rombongan gitu, pasti kayak bebek di giring-kesana-kesini…

Dengan perjalanan swa-kelola (tidak memakai biro jasa) excitement perjalanan bahkan sudah dimulai sejak menentukan tujuan, berburu tiket, penginapan, mencari informasi tujuan, dan seterusnya.

Selain itu perjalanan swa-kelola juga jauh lebih bebas dan murah. Bayangkan saja November ini aku punya tiket promo AirAsia JOG-CGK cuma IDR 12 ribu pulang-pergi. Seandainya dulu aku juga beli tiket promo CGK-Singapore, harganya cuma IDR 220 ribu pulang-pergi.

Berarti punya duit 500 ribu udah bisa backpacking ke Singapore.

Kalau papa atau adik juga ga mau pergi, mending aku minta bonusnya duit saja. Lumayan! Aku lihat di koran, paket tour serupa harganya IDR 12-15 jutaan!!!
Tahun depan bisa ke NEPAL!!. Huhu…

Atau….

Untuk modal buka cabang di Kebumen dan Purwokerto….

Kemarin siang: aku, mbak Ana dan mas Slamet ke Yogya menemui pembesar produsen elektronik yang lain, untuk melakukan follow-up kerjasama dengan Servis24. Hasilnya sangat baik. Bahkan kami diberi kesempatan membuka pelayanan di Purworejo, Gombong, Kebumen dan Purwokerto.

WAW!!!

5 tahun yang lalu: 15 Oktober 2004 Servis24 didirikan: Saat itu tidak pernah terbayangkan perkembangan Servis24 saat ini. Dibandingkan semester pertama, tingkat pemasukan saat ini sudah mencapai hampir 70 kali! Itu sama dengan 7000 persen!

Jadi mikir: ke Nepal atau buka 2 kantor cabang?......

Hidup adalah pilihan tho?

Huhu…..

(blog ini ternyata juga sudah berusia 5 tahun!)