Bulan ini rasanya berat sekali. Ada 2 hal penting yang membuat rasanya kayak di smack-down rata!. Puncaknya seminggu kemarin. Sampai2 aku membayangkan seandainya kehidupan adalah komputer, pengen rasanya ‘log off’ dulu saja.
Yang pertama adalah situasi di perusahaan yang selama ini aku kelola. Berkaitan situasi ekonomi yang diprediksi makin tidak menentu, keluarga sepakat untuk melakukan konsolidasi dan beberapa pembenahan manajemen sehingga perusahaan lebih “tahan gempa”. Meskipun semua aspek hal ini dilakukan dengan baik dan hati-hati, tetap saja secara emosional jadi tekanan luar biasa berat.
Yang kedua adalah pembunuhan mutilasi dengan korban Heri Santoso.
Sulit sekali mencerna berita ini. Aku pernah satu kantor dengan Heri pada tahun 1995 s/d 2000 di Jakarta. Kami relatif berteman dekat. Memang setelah tahun 2000 hanya beberapa kali berkomunikasi via telpon, tapi aku tetap cukup mengenal Heri lebih dalam dibanding banyak orang lain. Mangkanya sepintas mengikuti berita di media rasanya muak banget. Sampai saat ini tiap ada beritanya di teve rasanya masih kayak menonton mimpi.
Biasanya aku individualis, tapi 2 situasi ini membuat luar biasa sedih dan sendiriiiii.... Hati seperti direndam cuka pahit. I was in the middle of no-where; bingung kudu bagaimana. Hanya bisa cerita sedikit sama ibu dan menumpahkan semuanya ketika bercakap dengan Tuhan.
Pekerjaan dan kopi menjadi sasaran untuk melawan perasaan. Sebenarnya berharap sekali ada yang bisa diajak mengurai rasa, tapi ternyata justru dari 5 orang teman ini yang sering mengirim sms2 casual: Pau apa kabar? Jangan kerja terus, jaga kesehatan ya. Kak Pau…lagi ngapain?, Pras, kapan bisa ketemu lagi?, Selamat hari minggu…… Sms2 “ga penting” tapi berhasil memberi kekuatan hingga tidak jatuh nelangsa.
Rinda-di Jakarta, yang sedang terkena ‘batuk 100 hari’ potong tahanan. Hihi…
Didid-di Sukoharjo, miskin pulsa tapi suka forward sms2 motivational
Ika-di Jakarta, yang sedang sibuk menyiapkan pernikahannya
Ridho-Purwokerto, yang suka sms malem2 tapi membuat aku bisa nyengir sejenak.
Darma- di Jakarta yang sedang pontang-panting membagi waktu praktek dan kuliah malam.
Mereka sebenarnya tidak tahu situasi yang kudu hadapi, smsnya sering ga aku balas, mereka bukan teman2 yang pernah diperlakuan secara istimewa, mereka juga tidak saling mengenal, tapi seolah mereka mengerti dan menyediakan their shoulder to cry on.
Ini pasti juga salah satu cara Tuhan menjawab doa, dan mengajarkan bagaimana Tuhan bekerja melalui orang-orang yang tidak terduga.
So melalui entry ini, I’d like to say to you guys: Terima kasih teman! Mari bersama menjaga semangat!
(by the way, krisis sudah berlalu kok. I’m sooo much better!. Thank’s sekali lagi!)
Yang pertama adalah situasi di perusahaan yang selama ini aku kelola. Berkaitan situasi ekonomi yang diprediksi makin tidak menentu, keluarga sepakat untuk melakukan konsolidasi dan beberapa pembenahan manajemen sehingga perusahaan lebih “tahan gempa”. Meskipun semua aspek hal ini dilakukan dengan baik dan hati-hati, tetap saja secara emosional jadi tekanan luar biasa berat.
Yang kedua adalah pembunuhan mutilasi dengan korban Heri Santoso.
Sulit sekali mencerna berita ini. Aku pernah satu kantor dengan Heri pada tahun 1995 s/d 2000 di Jakarta. Kami relatif berteman dekat. Memang setelah tahun 2000 hanya beberapa kali berkomunikasi via telpon, tapi aku tetap cukup mengenal Heri lebih dalam dibanding banyak orang lain. Mangkanya sepintas mengikuti berita di media rasanya muak banget. Sampai saat ini tiap ada beritanya di teve rasanya masih kayak menonton mimpi.
Biasanya aku individualis, tapi 2 situasi ini membuat luar biasa sedih dan sendiriiiii.... Hati seperti direndam cuka pahit. I was in the middle of no-where; bingung kudu bagaimana. Hanya bisa cerita sedikit sama ibu dan menumpahkan semuanya ketika bercakap dengan Tuhan.
Pekerjaan dan kopi menjadi sasaran untuk melawan perasaan. Sebenarnya berharap sekali ada yang bisa diajak mengurai rasa, tapi ternyata justru dari 5 orang teman ini yang sering mengirim sms2 casual: Pau apa kabar? Jangan kerja terus, jaga kesehatan ya. Kak Pau…lagi ngapain?, Pras, kapan bisa ketemu lagi?, Selamat hari minggu…… Sms2 “ga penting” tapi berhasil memberi kekuatan hingga tidak jatuh nelangsa.
Rinda-di Jakarta, yang sedang terkena ‘batuk 100 hari’ potong tahanan. Hihi…
Didid-di Sukoharjo, miskin pulsa tapi suka forward sms2 motivational
Ika-di Jakarta, yang sedang sibuk menyiapkan pernikahannya
Ridho-Purwokerto, yang suka sms malem2 tapi membuat aku bisa nyengir sejenak.
Darma- di Jakarta yang sedang pontang-panting membagi waktu praktek dan kuliah malam.
Mereka sebenarnya tidak tahu situasi yang kudu hadapi, smsnya sering ga aku balas, mereka bukan teman2 yang pernah diperlakuan secara istimewa, mereka juga tidak saling mengenal, tapi seolah mereka mengerti dan menyediakan their shoulder to cry on.
Ini pasti juga salah satu cara Tuhan menjawab doa, dan mengajarkan bagaimana Tuhan bekerja melalui orang-orang yang tidak terduga.
So melalui entry ini, I’d like to say to you guys: Terima kasih teman! Mari bersama menjaga semangat!
(by the way, krisis sudah berlalu kok. I’m sooo much better!. Thank’s sekali lagi!)