Senasib dengan Manohara dan Cici Paramida, minggu malam kemarin aku mengalami KDRT sampai berdarah-darah dan kudu pergi ke rumah sakit.
Press Release eksklusif untuk wartawan Insert dan Silet:
Dua hari yang lalu, seekor anak kucing masuk toko, sembunyi dan miaw2 terus.
Secara kasihan, aku beri makanan dan air minum.
Doyan dan malah kerasan!
Ya iyalah! Aku kasih makanannya Lulu merk Royal Canin yang harga sekilonya lebih mahal dari tiket promo AirAsia Solo-KL.
Tapi dasar kucing kampung; ga punya toilet-training, buang air dimana-mana bikin pesing, trus kalau malam nyanyi seriosa bikin senewen.
Hari minggu malam sekitar jam 2200, aku masih di toko ngerjain paper work sambil browse nyari tiket CGK-JOG tanggal 4 Juli besok.
Si kucing miaw2 dan sliwar-sliwer, padahal udah dikasih makan. Mungkin mau dugem. Namanya juga kucing kampung! Beda sama si Lulu kucing ningrat yang elegan dan rumahan banget.
Karena merasa terganggu, mau aku tangkap saja. Kebetulan sore harinya, ibu juga sudah bilang mau dibawa ke keprabon, biar dipelihara Iwan. Ibu juga sudah nyiapin keranjang yang biasa dipakai untuk transportasi Lulu.
Pelan2 aku cari, tunggu dan akhirnya ketika si kucing ada dipojokan tumpukan dos, segera aku tangkap.
Ga tahunya, begitu aku pegang si kucing langsung mencakar-cakar dan menggigit pangkal jempol tangan kiri yang langsung ngucurin darah.
Ketika aku coba lepas, dia malah menggigit telunjuk tangan kanan. Terasa sekali dua pasang taring dan gigi depannya menembus daging. Clep!
Refleks aku kibaskan, tapi saking kuatnya gigitan si kucing, ketika tangan aku kibaskan kuat2, si kucing masih menggantung di ujung jari dengan gigitannya. Ga mau lepas! Bikin luka gigitan membesar. sakit banget!
Darah langsung nyiprat kemana-mana.
Akhirnya aku paksa buka rahangnya pake tangan kiri, barulah gigitannya lepas.
Masih ga puas, si kucing masih nyakar2 dan berusaha menggigit lagi. Dengan moncong penuh darah. Darah aku!
Langsung aku masukkan ke dalam keranjang yang sudah disiapin ibu sorenya. Di dalam keranjang si kucing meraung-raung histeris.
Dua telapak tangan aku penuh darah yang netes ke lantai.
Setelah aku yakin si kucing ga bisa keluar dari keranjang, cepet2 ke kamar mandi dan nyuci luka pake sabun. Perihnya!!
Aku telpon si Ridho: Dho, kalau aku digigit kucing, musti gimana?
Ridho malah terkekeh2 tanya, kucing apaan?...
Ya kucing beneranlah! Mosok kucing siluman!
Hehe…kok iso?
*plis deh satu anak ini!
Dibersihkan dulu pake alkohol trus kasih betadine, tapi besok pagi kudu ke dokter. Secara kucing kampung ga pernah sikat gigi, kuatirnya kena infeksi. Katanya lagi.
Masalahnya di rumah ga ada P3K dan jari mulai bengkak, jadi aku putuskan ke dokter malam itu juga. Meski rada kuatir kalau2 sampai kudu disuntik anti rabies.
Akhirnya jalan kaki dari Coyudan ke Mangkunegaran, hampir 1 km baru nemu beca ke RS PKU Muhamadiyah Solo, sambil nahan nyeri.
Oleh perawat luka dibersihkan. Masih sempat berdarah, tapi ga kudu dijahit. Di sangoni juga amoxicillin, cortidex, dan mefinal.
Ternyata kalau tergigit kucing juga ga perlu suntikan anti rabies atau tetanus. Leganya!
Malam itu aku bersihkan percikan darah dilantai, namun besoknya mas Suyar masih nemu cipratan darah di tumpukan barang2.
Sampai siang ini, lukanya masih senut2, telunjuk kaku, terasa kesemutan dan ga bisa ditekuk. Kalau luka yang di tangan kiri ga gitu parah, meski daerah bekas gigitan sekarang berwarna ungu lebam.
Oh ya, si kucing aku lepas di dekat toko malam itu.
Biar dia nemu jalan hidupnya sendiri.
Namanya juga kucing, ga punya nurani.
Mau dipelihara baik2 malah bikin ulah. Udah dikasih makan, tega2-nya bikin berdarah-darah!
Hanya saja aku kuatir, gara2 digigit kucing trus aku bermutasi: jadi Cat Man. …miawww!
(*nyari2 no telp lawyer Manohara yang di teve teriak2 sama orang malaysia “ pengecut kamu…coward! Datang kau ke sini ke jakarta!...”)
Press Release eksklusif untuk wartawan Insert dan Silet:
Dua hari yang lalu, seekor anak kucing masuk toko, sembunyi dan miaw2 terus.
Secara kasihan, aku beri makanan dan air minum.
Doyan dan malah kerasan!
Ya iyalah! Aku kasih makanannya Lulu merk Royal Canin yang harga sekilonya lebih mahal dari tiket promo AirAsia Solo-KL.
Tapi dasar kucing kampung; ga punya toilet-training, buang air dimana-mana bikin pesing, trus kalau malam nyanyi seriosa bikin senewen.
Hari minggu malam sekitar jam 2200, aku masih di toko ngerjain paper work sambil browse nyari tiket CGK-JOG tanggal 4 Juli besok.
Si kucing miaw2 dan sliwar-sliwer, padahal udah dikasih makan. Mungkin mau dugem. Namanya juga kucing kampung! Beda sama si Lulu kucing ningrat yang elegan dan rumahan banget.
Karena merasa terganggu, mau aku tangkap saja. Kebetulan sore harinya, ibu juga sudah bilang mau dibawa ke keprabon, biar dipelihara Iwan. Ibu juga sudah nyiapin keranjang yang biasa dipakai untuk transportasi Lulu.
Pelan2 aku cari, tunggu dan akhirnya ketika si kucing ada dipojokan tumpukan dos, segera aku tangkap.
Ga tahunya, begitu aku pegang si kucing langsung mencakar-cakar dan menggigit pangkal jempol tangan kiri yang langsung ngucurin darah.
Ketika aku coba lepas, dia malah menggigit telunjuk tangan kanan. Terasa sekali dua pasang taring dan gigi depannya menembus daging. Clep!
Refleks aku kibaskan, tapi saking kuatnya gigitan si kucing, ketika tangan aku kibaskan kuat2, si kucing masih menggantung di ujung jari dengan gigitannya. Ga mau lepas! Bikin luka gigitan membesar. sakit banget!
Darah langsung nyiprat kemana-mana.
Akhirnya aku paksa buka rahangnya pake tangan kiri, barulah gigitannya lepas.
Masih ga puas, si kucing masih nyakar2 dan berusaha menggigit lagi. Dengan moncong penuh darah. Darah aku!
Langsung aku masukkan ke dalam keranjang yang sudah disiapin ibu sorenya. Di dalam keranjang si kucing meraung-raung histeris.
Dua telapak tangan aku penuh darah yang netes ke lantai.
Setelah aku yakin si kucing ga bisa keluar dari keranjang, cepet2 ke kamar mandi dan nyuci luka pake sabun. Perihnya!!
Aku telpon si Ridho: Dho, kalau aku digigit kucing, musti gimana?
Ridho malah terkekeh2 tanya, kucing apaan?...
Ya kucing beneranlah! Mosok kucing siluman!
Hehe…kok iso?
*plis deh satu anak ini!
Dibersihkan dulu pake alkohol trus kasih betadine, tapi besok pagi kudu ke dokter. Secara kucing kampung ga pernah sikat gigi, kuatirnya kena infeksi. Katanya lagi.
Masalahnya di rumah ga ada P3K dan jari mulai bengkak, jadi aku putuskan ke dokter malam itu juga. Meski rada kuatir kalau2 sampai kudu disuntik anti rabies.
Akhirnya jalan kaki dari Coyudan ke Mangkunegaran, hampir 1 km baru nemu beca ke RS PKU Muhamadiyah Solo, sambil nahan nyeri.
Oleh perawat luka dibersihkan. Masih sempat berdarah, tapi ga kudu dijahit. Di sangoni juga amoxicillin, cortidex, dan mefinal.
Ternyata kalau tergigit kucing juga ga perlu suntikan anti rabies atau tetanus. Leganya!
Malam itu aku bersihkan percikan darah dilantai, namun besoknya mas Suyar masih nemu cipratan darah di tumpukan barang2.
Sampai siang ini, lukanya masih senut2, telunjuk kaku, terasa kesemutan dan ga bisa ditekuk. Kalau luka yang di tangan kiri ga gitu parah, meski daerah bekas gigitan sekarang berwarna ungu lebam.
Oh ya, si kucing aku lepas di dekat toko malam itu.
Biar dia nemu jalan hidupnya sendiri.
Namanya juga kucing, ga punya nurani.
Mau dipelihara baik2 malah bikin ulah. Udah dikasih makan, tega2-nya bikin berdarah-darah!
Hanya saja aku kuatir, gara2 digigit kucing trus aku bermutasi: jadi Cat Man. …miawww!
(*nyari2 no telp lawyer Manohara yang di teve teriak2 sama orang malaysia “ pengecut kamu…coward! Datang kau ke sini ke jakarta!...”)