Beberapa hari ini ga enak badan. Rasanya ga karuan.
Jantung gedabigan berpacu dalam melodi geje, tekanan darah ngedrop. Mengangkat barang ringan saja bisa bikin wajah ‘freeze’ kayak mati rasa.
Puncaknya hari Kamis pagi; habis buka warung pas baca Kompas; tiba-tiba pandangan menyempit, daerah penglihatan tinggal 60 derajat. Diluar wilayah itu jadi blur.
Untung siangnya penglihatan sudah normal lagi tinggal badan yang rasanya kayak meriang.
Tapi malam ini rasanya sudah full okeh. Rasanya segar malah.
Habis tutup warung langsung mandi, browsing sambil makan. Hehe…
Seperti biasa winamp kalau malam minggu isinya lagu-lagu oldies koleksi Iko.
Di luar jalanan masih basah habis hujan.
Aku ngetweet dan sms beberapa teman : malam minggu, habis hujan, lagu2 oldies. Waw!!
Seorang teman: si XXA alias Beny menjawab: old times good times… :)
Kenapa banyak orang berpikir masa lalu lebih indah dibanding saat ini.
Tiap Natal dan Lebaran; banyak teman-teman yang merayakan berkata Natal atau Lebaran jaman dulu lebih menyenangkan.
Dalam situasi nasional, juga banyak orang yang berkata jaman orba lebih nyaman dibanding jaman sekarang.
Bahkan pacar pun sering kali lebih okeh pacar yang dulu; mangkanya sindrom ‘gak bisa move on’ dinyatakan sebagai pandemi dunia.
Apakah ini karena manusia cenderung mengingat kenangan-kenangan indah untuk masa lalu, namun untuk masa kini hanya melihat hal-hal buruknya saja.
Karena kebiasaan manusia yang tidak bisa mensyukuri hidupnya saat ini; sehingga selalu mencari pembanding.
Secara masa depan masih tidak terbayangkan, maka yang paling mudah membandingkan keburukan-keburukan masa kini dengan kenangan indah di masa lalu.
Ketika aku sampaikan pemikiran aku ke Beny; dia jawab :..hehe, masa kini akan menjadi indah ketika sudah jadi masa lalu, saat kita melihatnya melalui kacamata yang lain.
Kayaknya memang demikian bukan ?
Setiap hal buruk yang kita hadapi saat ini akan menjadi kenangan dan hal indah ketika semua sudah berlalu. Terutama apabila dapat dijadikan pengalaman untuk kehidupan selanjutnya.
Dan jika demikian, bukankah itu berarti hal-hal yang tidak mengenakkan pada kehidupan saat ini; dengan menggunakan kacamata yang berbeda, dapat dilihat sebagai anugerah kehidupan yang kudu disyukuri ?
Kita yang memutuskan.
Btw, si Beny ini orangnya persis banget sama si Ridho yang dulu suka aku ledekin ‘bau matahari’ itu :D
Fisik, wajah, cara berpikir, watak, dan ketajaman lidahnya -__-!
Pedenya juga.
Waktu aku bilang Beny tentang kemiripan dia dengan Ridho; dia jawab ‘oh, ternyata masih ada celeron cakep + smart selain aku’
Tekanan darah aku mendadak nge-drop.