Jumat seminggu yang lalu, bangun pagi langsung panik melihat
debu dan pasir akibat letusan gunung Kelud dimana-mana: ruang kerja, toko, dan yang paling tebal di dak
beton lantai paling atas.
Miley, kucing tersayang juga berdebu :(
Miley, kucing tersayang juga berdebu :(
Hari itu aku meliburkan semua teman kerja.
Dari pagi sampai malam bersih-bersih rumah. Hanya berhasil beresin lantai
paling atas.
Sempat terpikir besoknya libur kembali; tapi akhir-akhir ini pesanan MicaWork
semakin banyak dan semakin tidak tertangani.
Siap tidak siap, kudu balik kerja; mengejar deadline pesanan.
Sebisa mungkin menggunakan tempat kerja meski masih penuh debu.
Beberapa hari sebelumnya Riza ngomel di
tuiter (seperti biasa). Kali ini tentang BPJS. Menurutnya sistem belum siap, dsbnya.
Sementara aku punya sudut pandang lain: semua perlu proses; bukan saja
penyusunan sistem BPJS, tapi juga bagi setiap pihat yang terkait. Percuma
sistemnya sempurna kalau pelaksana di lapangan masih belum punya niat melakukan
tugasnya.
Bagi masyarakat; ini juga menjadi suatu proses yang mengajarkan pentingnya kemandirian
dan survavilitas.
Mungkin ada 1.000 orang yang tidak mendapatkan layanan
kesehatan karena RS atau puskesmas ditempatnya belum siap. Tapi pasti ada 1000
orang lain yang berkat adanya bpjs ini mendapatkan layanan yang mereka butuhkan
Jadi, siap tidak siap; jalankan saja dulu. Perbaikan dan penyempurnaan sistem
should be on the way.
Frank Llyod Wright, arsitek terkenal Amerika, menuliskan:
ketika dia mendesain suatu bangunan, dia merencanakannya sedemikian rinci,
menggambarkannya sangat detail sehingga dia bisa membayangkan membawa sebuah
rangkaian bunga dan bisa membayangkan dimana dia akan meletakkan karangan bunga
itu.
Aku melihatnya bukan sebuah sebagai perencanaan proses pembangunan yang matang:
semua rencana sudah matang dan detail. Tapi lebih pada kemampuan si Frank
memiliki visi tentang bagaimana hasil akhir bangunan itu.
Bulan Januari kemarin, MicaWork diliput di dua media; satunya media online: terasolo.com dan tabloid Kontan.
Aku pernah iseng google: paulus bantal.
Ternyata banyak website yang memuat artikel tentang jualan MicaWork.
Pasti banyak orang yang mengira MicaWork adalah sebuah perusahaan dengan sistem dan manajemen yang matang, alur kas yang terencana, dll.
Padahal masih acak adul.
MicaWork diawali dari sebuah minat yang lama-lama menjadi passion. Gak terbayang
akan dianugerahi Tuhan kesempatan dan tanggapan sebaik ini.
Diawali dengan 1 buah mesin jahit ibu yang sekarang sudah jadi belasan. Pernah
ikut pameran di lapangan Banjarsari - Solo. Sewa stand Rp 100ribu untuk 3 hari,
namun selama pameran hanya dapat duit Rp 75ribu.
Melalui proses dan waktu, Tuhan memberi kesempatan menjadi peserta Inacraft
tiap tahun; pameran handicraft terbesar di Indonesia bahkan mungkin di asia
tenggara.
Habis pulang dari Hongkong kemarin, aku ngobrol dengan mas
Fachmy dan Icha.
Icha, masih 19-20 tahun. Ketika lulus SMA 3 tahun yang lalu, alih-alih kuliah;
bapak-ibu nya mengarahkan Icha untuk berwiraswasta. Saat ini Icha punya usaha
bikin tas dan sepatu handmade. Produknya keren lihat saja di fb Icha.
Mas Fachmy, 29 tahun, editor aku. Sedang merintis usaha clothing juga.
Aku berhasil “meracuni” mereka untuk bikin paspor dan besok Maret ke Singapur. Gak
sekedar ber backpacking, tapi juga ikut pameran di sana; membawa brand kami
masing-masing “go global”
Kalau ditanya: apakah kapasitas produksi kami sudah siap? Pasti belum! lha wong pesanan domestik saja masih glagepan.
Kalau ditanya: apakah kapasitas produksi kami sudah siap? Pasti belum! lha wong pesanan domestik saja masih glagepan.
Di Singapore, ada sebuah museum desain kelas dunia: Red Dot Design Museum.
Ada kriteria tertentu untuk menjadi peserta. Dan kami berhasil lolos
seleksi. Hore!
HORE!!!
HORE!!!
“siap tidak siap; mari langkahkan kaki. satu langkah demi satu langkah. pasti ada sesuatu yang bisa di capai”