Setuju banget dengan batfirman : ke dokter gigi itu mengerikan.
Tapi ada satu tempat lagi yang juga membuat was-was : barber shop alias tukang cukur rambut.
Bukan karena kursi dokter gigi dan tukang cukur yang sama-sama kayak kursi mesin pembunuh, tapi efek dari cukur rambut bisa membuatmu jadi lebih muda, segar dan rapi, atau sebaliknya menuai badai olok-olok karena disangka habis ditangkep BUSER….
Kebanyakan orang pasti punya preferensi tukang cukur rambut yang dipercayai sudah paham bentuk batok kepala dan lokasi pitak pelanggannya. Jarang ada orang yang mau membiarkan rambutnya dicukur oleh tukang cukur yg gak jelas.
Sewaktu masih tinggal di Jakarta, selama hampir 8 tahun aku cuma mempercayai Pak Udin di Wijaya Grand Center Jak Sel yg boleh megang clipper dan gunting dekat2 kepala aku. Aku tinggal datang, duduk, ditutupi pake kain, dicukur; hasilnya pasti okay.
Di Solo aku juga memilih tukang cukur ala barber shop yang biasanya di sebut tukang cukur Madura (mungkin karena dikelola oleh orang yang berasal dari Madura).
Sebenarnya ada 3 orang tukang cukur, tapi selama beberapa tahun ini aku hanya mau dicukur oleh Pak Ahmad yang kayaknya paling senior.
Tapi ada satu tempat lagi yang juga membuat was-was : barber shop alias tukang cukur rambut.
Bukan karena kursi dokter gigi dan tukang cukur yang sama-sama kayak kursi mesin pembunuh, tapi efek dari cukur rambut bisa membuatmu jadi lebih muda, segar dan rapi, atau sebaliknya menuai badai olok-olok karena disangka habis ditangkep BUSER….
Kebanyakan orang pasti punya preferensi tukang cukur rambut yang dipercayai sudah paham bentuk batok kepala dan lokasi pitak pelanggannya. Jarang ada orang yang mau membiarkan rambutnya dicukur oleh tukang cukur yg gak jelas.
Sewaktu masih tinggal di Jakarta, selama hampir 8 tahun aku cuma mempercayai Pak Udin di Wijaya Grand Center Jak Sel yg boleh megang clipper dan gunting dekat2 kepala aku. Aku tinggal datang, duduk, ditutupi pake kain, dicukur; hasilnya pasti okay.
Di Solo aku juga memilih tukang cukur ala barber shop yang biasanya di sebut tukang cukur Madura (mungkin karena dikelola oleh orang yang berasal dari Madura).
Sebenarnya ada 3 orang tukang cukur, tapi selama beberapa tahun ini aku hanya mau dicukur oleh Pak Ahmad yang kayaknya paling senior.
Kemarin waktu aku datang, ndilalah Pak Ahmad sedang mudik ke Madura.
Cuma tinggal 2 tukang cukur : yang satu sibuk dan sudah ditungguin 2 pelanggan lain, sementara tukang cukur yang satu cuma nganggur.
Ada satu anak yang sedang dibujuk ibunya supaya mau dicukur sama tukang cukur yang nganggur, tetapi sia anak ngeyel minta tukang cukur lainnya.
Aku yang tadinya pengen pulang saja menunggu Pak Ahmad balik, jadi iba dengan tukang cukur itu, jadi aku memutuskan untuk jajal ilmu cukurnya.
Agak deg-degan juga sih: sebab kayaknya dia juga masih kagok-kagok megang clipper; gak lucu kalau sampai kena kuping khan.
Syukur, hasilnya okay! Gak kalah sama cukuran Pak Ahmad.
Seperti juga ke tukang cukur; seseorang merasa lebih nyaman dan aman bersandar pada kebiasaan dan kesamaan dalam menilai/melakukan sesuatu. Misalnya dalam berteman, bekerja, dll.
Padahal di luar kebiasaan dan kesamaan yang dipertahankan, ada peluang-peluang baru yang patut dijajal dan memperkaya kehidupan.
Tentu saja itu tidak berlaku untuk “kebiasaan” baru kayak : nge-drug, berhenti nge-blog, ngembat dompet teman, ke kantor tanpa sikat gigi, dll
Kata kuncinya adalah : berani membuka diri dan percaya kepada orang lain serta kesempatan yang ada. it’s a matter of trust.
So, mau coba tampil beda ?
(Tetep setuju dengan