Ujug-ujug pengen baca buku2 cer-sil karya Kho Ping Hoo (KPH) lagi.
Gara-garanya 2 malam yang lalu beli dvd Curse of The Golden Flower. Sebuah film karya Zhang Yimou.
Plot ceritanya sederhana, agak mirip Othelo nya Shakespeare. Tapi sinematografinya KEREN BANGET!!!
Film ini menunjukkan kekayaan dan kemegahan budaya serta kekompleksan sistem kerajaan China.
Salah satunya terlihat ketika terjadi perang kolosal ala “Lord Of The Ring” yang dimenangkan sang kaisar. Segera saja tumpukan mayat dibersihkan, bunga2 chrysantemum digelar lagi…dan festival dilanjutkan! Seolah tidak terjadi sesuatu peristiwa penting.
Wardrobe para pemain rada terlalu komtemporer, namun masih mencerminkan ke flamboyanan dinasty Tang. Dinasti ini memang dikenal sangat artistik dan menjunjung keindahan. (termasuk payudara yang ndlewer disepanjang film)
Diantara para pemeran, cuma akting Gong Li yang keren, lainnya (termasuk Chow Yun Fat) biasa2 saja, apalagi Jay Chou yang jadi pangeran Jai…huh!
Trus kemarin malam beli dvd lagi (bajakan for sure) : House of Flying Daggers.
Karya sutradara yang sama.
Pada awalnya cerita berkisar masalah politik di masa2 akhir dinasti Tang (again!), namun trus semakin kental kearah kisah roman segitiga. Another love-tragedy story.
Settingnya kalah jauh dibanding Curse of The Golden Flower, namun tragedinya lebih dramatis.
Film terakhir inilah yang mengilik keinginan baca cersil lagi.
Jaman ‘doyan’ cersil terjadi pas masih SMP hingga kelas 1 SMA di Yogya.
Setiap sore ke persewaan buku di batas kota – Jl Solo di Yogya. (sekarang sudah ga ada)
Ga sampai maniak sih (i.e. lupa makan/mandi) tapi lumayan ngabisin waktu.
Instead of Kho Ping Hoo (KPH) sebenarnya lebih suka Gan KL; ceritanya lebih straigh-forward. Gak terlalu banyak diselingi petuah2 kayak di cersil KPH.
Secara ga terlalu maniak (it is a loooonnnng time ago also), jadi aku sudah lupa judul2 utama dan cerita2nya.
Dulu waktu bacapun, aku ga pernah ngapalin nama2 orang dan jurus yang panjang2 banget pake bahasa china hokian.
Beberapa istilah yang diingat : kiam (pedang), kaypang (perguruan kungfu yang anggotanya pengemis), piaw, kati, kang aw, lo cianpwe…apalagi ya..
oh ya juga Bukek Siansu dan Jay Hoa Coat.
Bukek Siansu = nama tokoh utama. Kalau Jay Hoa Coat artinya : “penjahat pemetik bunga” alias penjahat yang juga suka memperkosa korbannya yg perempuan.
Hehe…ga tahu kenapa paling nyantel jay hoa coat . Mungkin karena terdengar ‘lucu’. Yang pasti bukan karena mengidolakan jay hoa coat.
Begitu ada waktu luang, pengen cari persewaan buku cersil.
Zhang Yimou, sutradara 2 film diatas masih punya karya lain yg pengen aku tonton malam ini : Hero.
Gara-garanya 2 malam yang lalu beli dvd Curse of The Golden Flower. Sebuah film karya Zhang Yimou.
Plot ceritanya sederhana, agak mirip Othelo nya Shakespeare. Tapi sinematografinya KEREN BANGET!!!
Film ini menunjukkan kekayaan dan kemegahan budaya serta kekompleksan sistem kerajaan China.
Salah satunya terlihat ketika terjadi perang kolosal ala “Lord Of The Ring” yang dimenangkan sang kaisar. Segera saja tumpukan mayat dibersihkan, bunga2 chrysantemum digelar lagi…dan festival dilanjutkan! Seolah tidak terjadi sesuatu peristiwa penting.
Wardrobe para pemain rada terlalu komtemporer, namun masih mencerminkan ke flamboyanan dinasty Tang. Dinasti ini memang dikenal sangat artistik dan menjunjung keindahan. (termasuk payudara yang ndlewer disepanjang film)
Diantara para pemeran, cuma akting Gong Li yang keren, lainnya (termasuk Chow Yun Fat) biasa2 saja, apalagi Jay Chou yang jadi pangeran Jai…huh!
Trus kemarin malam beli dvd lagi (bajakan for sure) : House of Flying Daggers.
Karya sutradara yang sama.
Pada awalnya cerita berkisar masalah politik di masa2 akhir dinasti Tang (again!), namun trus semakin kental kearah kisah roman segitiga. Another love-tragedy story.
Settingnya kalah jauh dibanding Curse of The Golden Flower, namun tragedinya lebih dramatis.
Film terakhir inilah yang mengilik keinginan baca cersil lagi.
Jaman ‘doyan’ cersil terjadi pas masih SMP hingga kelas 1 SMA di Yogya.
Setiap sore ke persewaan buku di batas kota – Jl Solo di Yogya. (sekarang sudah ga ada)
Ga sampai maniak sih (i.e. lupa makan/mandi) tapi lumayan ngabisin waktu.
Instead of Kho Ping Hoo (KPH) sebenarnya lebih suka Gan KL; ceritanya lebih straigh-forward. Gak terlalu banyak diselingi petuah2 kayak di cersil KPH.
Secara ga terlalu maniak (it is a loooonnnng time ago also), jadi aku sudah lupa judul2 utama dan cerita2nya.
Dulu waktu bacapun, aku ga pernah ngapalin nama2 orang dan jurus yang panjang2 banget pake bahasa china hokian.
Beberapa istilah yang diingat : kiam (pedang), kaypang (perguruan kungfu yang anggotanya pengemis), piaw, kati, kang aw, lo cianpwe…apalagi ya..
oh ya juga Bukek Siansu dan Jay Hoa Coat.
Bukek Siansu = nama tokoh utama. Kalau Jay Hoa Coat artinya : “penjahat pemetik bunga” alias penjahat yang juga suka memperkosa korbannya yg perempuan.
Hehe…ga tahu kenapa paling nyantel jay hoa coat . Mungkin karena terdengar ‘lucu’. Yang pasti bukan karena mengidolakan jay hoa coat.
Begitu ada waktu luang, pengen cari persewaan buku cersil.
Zhang Yimou, sutradara 2 film diatas masih punya karya lain yg pengen aku tonton malam ini : Hero.