Pages

Tuesday, May 26, 2009

Edwan

Terjadi beberapa hari yang lalu.

Aku sendirian di warung, masih keringatan habis ngangkutin kipas angin satu pickup ke gudang lantai atas.

Masih ngatur antrian nafas.

Uhf… Uhfff….

Tiba-tiba masuk satu laki-laki yg tidak muda lagi, penampilan kumuh, sendal jepit lusuh, topi baseball tua, membawa tas cangklong hitam. Tersenyum.

mas Pau..masih ingat saya khan!.. ngajak salaman dan langsung memeluk aku.

Gubrak!

Melihat aku refleks mundur selangkah dia tanya lagi, masih ingat saya mas Pau?

Aku hanya tersenyum dan menggeleng.

Saya Edwan, tetangga dulu di Dawung. Ingat? Ini Edwaa…n! Ingat khan!!
(*yay! sinetron banget!)

Oh Iya! Seru saya.

Mas Edwan. Apa kabar mas? Lama ga ketemu ya. Kata saya lagi sambil meraih kursi mempersilahkan dia duduk.

Setelah dia menyebut nama, aku jadi ingat. Yups! : Edwan! , tetangga persis sebelah rumah dulu ketika aku masih SD-SMP dan tinggal di Dawung, Solo selatan.
Mukanya memang mengingatkan Edwan yang aku kenal dulu.

Edwan 2-3 tahun lebih tua dari aku, punya satu adik cowo namanya Edwin.
Mereka tinggal bersama bapak ibunya. Sebuah keluarga yang priyayi banget: halus, sopan, sederhana dan teratur. Beda dengan aku dan teman2 lain di kampung itu; Edwan dan Edwin sangat kalem. Penampilan sehari2 mereka sederhana, bersih dan rapi.
Yang aku ingat dari ibu mereka adalah: seorang ibu selalu berjarit batik dan kebaya katun putih.

Sementara kalau siang aku dan teman2 lain ciblon (berenang) di sungai penuh tokai, manjat2 pohon kayak monyet, dikejar2 satpam kebon tebu…..si Edwan dan adiknya dipastikan sedang tidur siang.
Sore hari sekitar maghrib, beberapa kali aku dan teman2 kampung ditegur ortu Edwan karena ngakak2 dan teriak2 ga jelas; karena mengganggu Si Edwan dan adiknya yang sedang belajar.

Mangkanya aku rada kaget ketika melihat penampilan Edwan yang bercerita tentang pekerjaannya saat ini : timbang badan keliling dan istrinya yang sedang sakit.
Sebelumnya dia bekerja jadi kondektur bis, namun akhirnya malah kehabisan banyak duit untuk nombokin setoran.

Tiba2 dia menggeser tempat duduknya kesebelah saya dan merebahkan badan ke pangkuan aku.

Haduh! Opo kie!

Dia nangis dan berkata, sebenarnya saya malu, tapi saya memberanikan diri kesini untuk bertemu mas pau……
dstnya…dstnya…

Aku tegakkan badannya (*risih! Ada cowok rebahan di pangkuan aku!), memberikan penghiburan dan menepuk2 pundaknya.

Tapi setelah aku melakuan hal2 lain yang “perlu dan sepantasnya”, dia malah merangkulkan tangan kanannya di pundak saya. Nangis lagi…

Saya terharu mas Pau masih mau ingat dan menolong saya…huwaaa..!!!
(*loh kok malah nangis tambah kenceng!)

Masuk 2 org sales Comtech yang langsung bengong liat kami berdua.

Gak lama, masuk 2 orang lain lagi yang juga kaget, tapi trus pura2 cuek.

Aku jadi malu! Ketahuan sedang di rangkul cowo. Sambil nangis lagi! Yay!

Aku langsung berdiri, dan berkata,

Mas, silahkan kalau masih pengen disini, tapi saya menemui tamu dulu ya.

Dia ga mau melepas rangkulannya, masih nangis tersedu-sedu, dan malah jongkok memeluk kaki aku…WADOH!!!

matur nuwun mas, matur nuwun, cuma Tuhan yang bisa membalas, saya doakan mas cepat mendapat jodoh…

Membuat aku salah tingkah kebingungan:

JODOH? What? Siapa yang mau nyari jodoh!!

Seharusnya ngedoain aku bisa backpacking ke kawasan mediterania, eropa dan afrika selatan selama setahun, atau apa kek! Hihihi..

Malam sebelum tidur aku berdoa bersyukur pada Tuhan untuk hidup yang sudah diberikan.

Tapi habis itu aku mikir : betapa hidup berjalan dengan liarnya. Seringkali apa yang ada saat ini tidak pernah terbayangkan pada masa lalu.

Trus kira2..Tuhan ngasih aku kesempatan hidup berapa lama ya?
Kalaupun cukup panjang; apa yang akan terjadi 1 tahun lagi? 5 tahun lagi? 20 tahun lagi? 100 tahun lagi?

waw!!!

2 comments:

reallylife said...

menikmati apa yang sudah dimiliki, kadang2 lupa kita lakukan
jangan tanya apa yang akan terjadi nanti, biarkan saja Tuhan menentukan, yang penting hari ini kebaikan apa yang sudah diperbuat
setuju ngga?

Aal said...

Mas pau..tenagn aja..saya yakin 1 atau 5 dan 10 tahun ke depan mas pau pasti nabah sukses..edwan begitu karena tidak mmpersiapkan masa depanya...mungkin ada yg salah dengan didikan priyayi nya itu.sukses mas pau..* sok tau nama pras jadi pau*