Baru saja baca di
yahoo:
Borders, jaringan toko buku yang berpusat di Michigan - Amerika mengajukan ke-bangkrutan-nya dan akan menutup ratusan toko bukunya di seluruh dunia.
Beritanya di
sini.Hari Sabtu yang lalu, aku kudu menemui editor untuk membicarakan
out-line dan
development naskah, serta
time-frame penulisan hingga penerbitan.
Selain aku ada 3 penulis lain yang juga hadir untuk membahas buku mereka.
Sama-sama pertama kali diminta nulis. Sama-sama masih belum percaya diri untuk dunia ini.
Tapi kami guyon dan berandai-andai buku kami selain nanti tersedia di
Gramedia dan sejenisnya, juga dijual di toko buku sekelas
Periplus dan
Kinokuniya.
hahaha...Kalau Borders ditutup, berarti hilang sudah satu jaringan toko buku internasional yang akan menjual buku saya nanti (*mengkhayal kebablasan)
hohoho.....
Di kawasan Asia,
Borders hanya ada di Malaysia dan Singapore.
Aku pernah ke
Borders yang di Bukit Bintang - Kuala Lumpur, dan Marina Trade di Singapore.
Terus terang bukan toko buku favorit. Kalah kolosal dengan
Kinokuniya yang selalu sukses bikin endorphin membludak di otak. Karena aku bisa menemukan buku tentang semua yang aku sukai: desain, travelling, dan
chocolate cookies.
Tapi tetap saja penutupan
Borders bikin prihatin, karena beberapa orang mulai menganalogikan toko buku dengan toko-toko kaset dan CD yang bangkrut satu persatu.
Saat ini orang-orang tidak lagi 'beli' kaset atau CD karena bisa mengunduhnya dari internet.
Demikian juga keberadaan buku konvensional yang mulai digantikan e-book yang bisa diunduh dari sembarang tempat.
Padahal sensasi nongkrong di toko buku, beli buku, hingga baca buku tebal, dstnya tidak tergantikan dengan e-book.
Sama seperti kuaci: kerepotan memakannya merupakan keindahannya.
Semoga saja toko-toko buku besar dapat menemukan strategi bertahan menghadapi zaman.
Toko buku selalu berhasil menjadi oase ketika aku risau.
Mangkanya ke mall manapun, kota manapun, negara manapun, aku selalu berusaha mengunjungi toko bukunya atau pasar bukunya.
Menurutku lagi, sebuah mall baru lengkap bila ada toko bukunya.
Baru bisa disebut 'kota' kalau ada Gramedia-nya. hehehe....
Kios-kios buku di Chatuchak Weekend Market - Bangkok.
Terakhir kesana cuma sempat motret,
lain kali kesana pengen bisa pergi sendiri agar bisa puas nongkrongin buku.
Oh ya, tentang nulis bukunya:
Ini sudah tanggal 19 Juli. Masih coret-coret ga jelas di sembarang kertas.
Padahal minggu pertama Agustus kudu masukin draft naskah. Busyeeeeet!
Kayaknya aku kudu menyepi ke Mauritania untuk nulis.
(*gubrak)