Pages

Saturday, November 30, 2013

Papa Angkat



Tulisan terakhir sebelum ini; aku bercerita tentang keluarga yang mengangkat ku sebagai anak secara tradisi.

Sehari setelah itu, aku ditelpon Utami, seorang sepupu yang mengabarkan ayah angkat aku di rawat di rumah sakit.
Sudah seminggu diopname. Nanti malam bezuk yok? Aku jemput jam 7. Kata Utami
Di rumah sakit aku rada kaget melihat kondisi papa angkat yang meski dalam kondisi sadar namun kelihatan sangat kurus.
Dokter hanya menyebutkan masalah prostat namun tidak cukup menjelaskan penyakitnya.
Papa angkat merasa perutnya sakit, tidak bisa kencing sehingga reumnya tinggi sekali dan harus di cuci darah.

 4 hari setelah itu, aku ditelpon Utami lagi: Papa angkat meninggal.

Setelah aku sekolah dan bekerja di kota lain;seta setelah ibu angkat meninggal beberapa tahun yang lalu; aku tidak cukup dekat dengan keluarga angkat ini.
Bahkan selama beberapa tahun, hanya bertemu pas ada acara keluarga besar.
Aku tiap kali janji dolan ke rumahnya.

Ada sedikit rasa penyesalan: kenapa tidak lebih sering memberi perhatian. Sepertinya pada masa-masa akhir hidupnya, papa angkat akan merasa lebih bahagia kalau dia bisa bertemu banyak orang.

Rasa bersalah juga muncul karena di surat lelayu dan ritual pemakaman, nama aku juga disebut ditulis sebagai anak angkatnya.

Tapi waktu tidak bisa diputer kembali.

Aku hanya berharap selanjutnya bisa berkomunikasi lebih baik dengan 3 adik angkat aku: Yen, En, Fang serta keluarga mereka.


No comments: