Bagian 1 dari 4 tulisan.
6 Maret 2014
Hari ini aku, mas Fachmy, Icha dan Adah akan get around alias jalan-jalan ke Singapur; yang di tahun 2014 dinobatkan sebagai kota paling mahal di dunia, bahkan mengalahkan Tokyo.
6 Maret 2014
Hari ini aku, mas Fachmy, Icha dan Adah akan get around alias jalan-jalan ke Singapur; yang di tahun 2014 dinobatkan sebagai kota paling mahal di dunia, bahkan mengalahkan Tokyo.
Tiket Tigerair dibeli sejak Januari kemarin, dapat harga promo IDR 568.100, sudah pulang pergi. Lebih murah dari tiket SOC-CGK vv.
Rasanya semangat + girang banget.
Seminggu sebelumnya malah aku sudah terjangkit pre-holiday syndrome.
Seperti biasa mas Fachmy setiap kali mau jalan keluar kota, mbingungi: belum nyuci baju, belum seterika, belum packing… pokok-e rempong banget!
Padahal ujungnya bawaan dia paling baju selembar dan 3 lembar tissue basah.
Kali ini dia juga ribut mau bawa kacamata.
Yang menurutku sudah ga jaman banget!
So eighties! Itu jaman ‘catatan si boy’.
Untuk teman-teman, ini pengalaman pertama keluar negeri.
Paspor mereka saja baru jadi 2 minggu sebelum keberangkatan. Sempat bikin aku senewen karena nama Icha di paspor beda dengan nama di tiket. Jadi aku kudu ngurus koreksi nama via telpon ke Jakarta.
Penerbangan kami dari Yogya jam 1600.
Dari Solo naik Prameks jam 14.30, turun di stasiun Maguwo sejam kemudian.
Tiket IDR 6ribu per pax.
Dibandara langsung masuk dan check-in, trus keluar dan menunggu di Solaria.
Aku sejak pagi belum makan, sementara bocah-bocah itu sudah mulai jeprat-jepret pake fish eye trus di upload di media sosial.
Kira-kira jam 1715 kami bayar airport tax IDR 100ribu, dan masuk ke ruang boarding yang persis ruang tunggu pembayaran listrik itu.
Imigrasi lancar. Jedok jedok! And officialy we’re out of Indonesia.
Pesawat kami ber-registrasi 9V-TAY berangkat tepat waktu, penumpang hanya sekitar 35%.
Pasti orang-orang menghindari kami: rombongan heboh. Ngalahin Olga CS pas ke Singapura kemarin. Haha.
Penerbangan kami : TR 2215 dijadwalkan mendarat di terminal 2 Changi, pukul 2115; tapi pilot nginjek gas pol; sehingga tiba lebih cepat 20 menit.
Begitu keluar dari pesawat; teman-teman langsung panik: motret dan selfie. Kamera, hp, tablet semua dipakai motret.
Kalau saja disitu ada tukang foto keliling, pasti juga sudah di pake semua. Haha.
Antrian imigrasi panjang banget; tapi prosesnya cepet dan gak sampai 10 menit sudah beres, langsung ambil bagasi.
Kami beli dulu karty EZ-link untuk naik mrt. Bayar SGD 7.
Dari nominal itu, hanya bisa dipakai SGD 2, sisanya: SGD 5 untuk deposit.
Masing-masing kami top up SGD 10 (approx. IDR 93ribu)
Keluar dari Changi sudah jam 2215
Sebulan sebelumnya, kami sudah pesan kasur di Mori Hostel.
Aku ngajak mereka mencoba menginap di dormitory. Merasakan jadi backpacker.
Padahal alasan sebenarnya, ya karena kami ga kuat bayar hotel sekelas Mandarin atau semacamnya. Hehe.
Pemesanan kamar via hostelworld.com sebulan sebelumnya, dapat harga SGD 26 (approx IDR 245ribu) semalam. Dari tarif normal SGD 50.
Untuk booking via Hostelworld.com hanya bayar uang muka 10%
Stasiun MRT terdekat adalah Farrer Park. Jalan kaki ke hostel, kira-kira 5 menit lah.
Reception Mori Hostel hanya buka sampai jam 2300.
Aku sudah email agar mereka mau menunggu kami sampai. Tapi mereka jawab, seandainya petugas receptionist sudah pulang; kami bisa masuk pintu dengan kode akses tertentu trus mengambil perlengkapan yang sudah mereka siapkan.
Kami sampai di hostel sudah jam 2315, syukurlah masih ditungguin.
Langsung bayar untuk 3 malam: SGD 63 + deposit SGD 20.
Diberi sprei, sarung bantal dan selimut untuk dipasang sendiri.
Ini memang kebiasaan hostel dimana-mana; untuk menjamin bahwa sprei, dll tersebut baru. Bukan bekas orang lain.
Setelah masuk kamar dan pasang sprei, langsung jalan ke Mustafa Center, sebuah toko serba ada yang buka 24 jam.
Mendekati Mustafa, di pojokan jalan ada rumah makan yang kalau lihat namanya; kami yakin itu halal. Sesuai kebutuhan teman-teman yang muslim.
Karena sdh lapar, kami memutuskan masuk. Menunya masakan India gitulah: ada nasi juga sih. Nasi India *goyang-goyang kepala.
Mas Fachmy pesan nasi dan ayam panggang. Aku pesan nasi dan ayam goreng, Icha dan Adah pesan nasi dan ikan goreng.
Harganya bikin kami langsung pucat. Mahal banget!!! Satu orang SGD 70, approx. IDR 65ribu!
Sudah gitu.. blehhhh!! Rasanya gak enak banget.
Mungkin utk orang lain ini enak; tapi bagi kami kuahnya persis jamu cabe puyang di campur semir sepatu.
Belum 3 jam di SIN, sudah kangen dengan makanan Indonesia.
Mas Fachmy terus mengomel dan membandingkan dengan harga dan rasa sego kucing di dekat rumahnya.
Selesai makan, kami ke Mustafa. Lihat prospek barang-barang yang bisa di beli untuk oleh-oleh sebelum pulang nanti, sekaligus berusaha move on dari makan malam yang bikin trauma dan nyaris membuat kami mengadu ke komisi Perlindungan Anak cabang Delanggu.
Pulang jalan kaki, sampai di hostel jam 0100 lebih langsung brak! tidur. Capek sih.
Hari ini, kami belajar pengalaman baru: selain halal, mustinya ada sertifikasi cocok dengan lidah Indonesia. Bagi teman2 juga pengalaman baru: nginep dihostel: berbagi ruang dengan orang asing. Get around memang mustinya demikian: melihat dan merasakan hal-hal baru sehingga mata dan hati semakin terbuka, dan mensyukuri hal-hal kecil yang selama ini terabaikan; serta memperoleh semangat baru untuk menjalani kehidupan esok penuh sinar gilang gemilang *lebay Hahaha……
next: Day 2 - Get Inspired!
1 comment:
Menarik sekali perjalanannya mas Paulus
Nice post traveling.
Mampir ke Universal Studionya gak?
Post a Comment