Pages

Thursday, December 23, 2004

Rama dan Sinta...versi siapa ?

Pernah dengar cerita Rama dan Shinta ?

Pasti ceritanya begini :
Pada suatu hari, Rama dan Sinta out bound ke hutan
Singkat cerita, Sinta yang ditinggal Rama mengejar Kijang Emas dilarikan Rahwana ke istananya, dan mau dinikahin…(mosok mau disuruh pasang rak teve, ga mungkin tho!!)
Rama dengan dibantu Hanoman dan gangnya menyerang istana Rahwana untuk merebut Sinta kembali.
Dalam peperangan tersebut, dikisahkan salah satu adik Rahwana, yakni Kresna malah berpihak dan membela Rama melawan Rahwana.
At the end, tentu saja akhirnya Rama dan sekutunya menang….
Tidak ketinggalan Kresna mendapat hadiah rumah senilai 1 milyar karena berteriak “METAL!!!!” dan dianggap membela kebenaran….


Oops….kebenaran ????…
Shek…shek!! Mengko dishik!…….
Ternyata di suatu daerah Srilangka, versi Rama dan Sinta gak kayak gitu; bahwa Rama dan Shinta adalah pasangan suami-isteri baik-baik seperti yang ditampilkan di infotainment, bahwa Rahwana adalah playboy cap jenggot, bahwa Kresna adalah seorang yg membela kebenaran……

Sebaliknya, kisahnya demikian :
Rama adalah seorang raja yang kurang care sama Sinta, playboy, suka mengejar cewe2 abg (ingat Kijang Emas)…
Ini membuat Sinta jengkel dan depresi berat….sampai akhirnya seperti Reza, artis yang kemaren ngilang…akhirnya Sinta juga melarikan diri ke Istana Rahwana (hehehe…ini sih penculikan proaktif)
Tentu saja Rama tengsin berat dan mengumpulkan bala tentara utk menyerang Rahwana yang sdh berbaik hati jadi tempat curhat Sinta….
In the mean time, Rahwana punya adik, Kresna, yang sejak dulu pengen mengkudeta kakaknya….
Kesempatan nih si Kresna bersekutu dengan Rama menyerang kakaknya…

Got any sense ?

ngomongin kebenaran sebuah ‘cerita’, selalu dapat ditemukan lebih dari satu versi…
Kayak sebuah koin yang selalu punya 2 sisi wajah……
Kayak kalaideskop yang selalu memiliki
Kayak aku yang kadang ganteng(*huek..cuih!), kadang uelek…

Cerita Rama dan Sinta mengajar aku utk selalu melihat suatu kondisi dari berbagai sudut pandang. Belum tentu sebuah kejadian atau ‘citra’ kita pahami sebagaimana dipahami orang lain, not mention apa yg sesungguhnya terjadi.
Ketika kita menilai salah perbuatan seseorang, bisa jadi sebaliknya….
Jadi sebenarnya, tergantung dari perspektif siapa kita memandang sesuatu; seorang garong, let’s say, bisa jadi dipandang anaknya yg sedang sakit, sebagai ortu yg sekedar melaksanakan kewajibannya………..
Bukan menafikan kebenaran absolut sih, tapi mungkin istilahnya “empati”

So, aku jadi mikir….
Kemaren cinta aku habis ditolak mentah-mentah…kayaknya ga mungkin dia tertarik aku, karena dia bakal jadian sama co yang tajir, guanteng kayak Ipe, …

Tapi, …jangan2 itu cuma pemahaman aku saja ya….jangan2 sebenarnya kalau dilihat dari sudut lain, aku lebih tajir, ganteng, dan pantas digilai kunyuk satu itu ?

bleh! postingan kok semakin ga mutu!

2 comments:

pattawari said...

Benar adanya kalo kita bisa melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Tapi hati-hati, sudut pandang berbeda kadang hanya menjadi alasan untuk mencari ‘pembenaran’ dari sesuatu yang memang salah..

Karena kadang ketika kita terpaksa menerima keadaan, kita selalu berusaha mencari celah. Berusaha tidak menjadi hitam, tidak juga putih. Akhirnya kita merasa melihat ‘area abu-abu’. Tidak benar, dan tidak juga salah. Istilahnya daerah aman, dengan segala pembenarannya.. padahal ya sebenernya itu adalah hitam. Hehehe..

Btw ada yang mesti diralat… memang benar saya ganteng, bahenol, dan tentu saja seksi.. tapi saya benar2 tidak tajir.. wong pengangguran koq.. heheh (*sambil ngitung2 duit di dompet yang tinggal 3000 perak!. tapi biar gak tajir mudah2an tetep laku.. hihihi.. tiap orang punya kelebihan koq.. dan punya pangsa pasarnya sendiri

Salam…
-ipe-

Ps: maaf, bukan bermaksud ngasih comment yang ‘sok tua’… ;)

ben said...

Hm.... kayaknya gue selama ini gue melihat dari sudut pandang gue sendiri ya ? hehehehe.......