Imgar menulis di blognya bahwa Ramadhan membawa berkah bagi banyak orang.
Iya banget! (*Panasonic mode on) Bahkan juga bagi orang yang tidak merayakan Ramadahan seperti saya.
Bagi Muslim Sejati, Ramadhan selalu dirindukan. Demikian juga saya. Kalau bisa malah setiap bulan. huehehehe....
Karena ini adalah masa-masa dimana penjualan meningkat dan tentu saja margin keuntungan lebih besar.
Tapi ada rasa prihatin dan kuatir : Ramadhan juga hari raya lain: Natal, Nyepi, dll hanya menjadi 'berkah' dalam bentuk materi.
Memang sih dalam momen itu ibadah makin intens : ke masjid, gereja, dll.
Tapi ibadah hanya sebagai ritual: relationship dengan Tuhan tidak meningkat, religius-itas tetap saja segitu, tingkah laku sehari2 ya teteeep aja kayak gitu, kemanusiaan di sekeliling kita tetaaaaap saja terabaikan. (*apa kabar korban lumpur porong ?)
Yang heboh : Toko/mall/pasar ramai, makanan berlimpah ruah, pakaian baru dipakai, kredit mobil baru, dll
Kekuatiran ini bukan tanpa dasar.
Setiap orang kalau ditanya tentang hari raya agama yang dianutnya, semua bilang "Ramadahan/Natal/Nyepi waktu aku masih kecil dulu rasanya lebih bermakna dan berkesan"
Apakah itu karena kita semakin dewasa, realistis dan semakin kehilangan imajinasi.
Atau memang Ramadhan, Natal, Nyepi, dan hari raya lain semakin kehilangan makna religius-itasnya, dan beralih menjadi festival thematis yang 'diselenggarakan' oleh mall dan dunia materialis.
ah!
(yang penting besok pagi penjualan tetep okeh!)
1 comment:
kehilangan makna..
ah..
btw, kalo ramadhan-nya tiap bulan, ntar gak istimewa lagi. nanti malah semakin kehilangan makna-nya. jadi biasa.. :D
Post a Comment