Pages

Monday, October 06, 2008

don't worry...Amerika masih jauh?

DUH!!!! saya sungguh kuatir dengan krisis ekonomi yang sedang terjadi secara global.

Banyak pakar, tokoh, akademisi ekonomi bahkan pemimpin negara di Indonesia yang bilang "ga usah kuatir, fundamental ekonomi kita kokoh" and so on....

Tapi bukankah selama ini situasi ekonomi Indonesia dinilai bagus dan progressif hanya pada konteks ekonomi makro yang ditandai antara lain : IHSG yang membumbung dan masuknya dana2 asing yang bisa keluar masuk dalam sekejap kayak ingus.
Sementara ekonomi mikro dan riil terseok-seok setengah mati, rakyat makin susah, pengusaha2 pada bangkrut, orang stress dimana-mana...
Bukankah krisis ekonomi global justru akan menghantam aspek ekonomi makro setiap negara di bumi ini: termasuk ekonomi makro Indonesia yang dibangga-banggakan itu?
Nah, kalau negara2 kaya di Eropa saja bisa terguncang, bodoh banget kalau ada yang masih bilang "don't worry... Amerika masih jauh"
Apa pada sudah lupa dengan situasi Krisis Moneter 1998 dulu? Waktu itu para petinggi di Indonesia juga ngomong 'don't worry be happy', tapi tetap saja Indonesia akhirnya terkapar ketika Krisis Moneter melanda Indonesia: PHK dimana-mana, bank-bank pada bangkrut trus pegawainya rebutan bikin warung tenda...
Indonesia termasuk negara terakhir yang dihantam krisis moneter dibanding negara2 tetangga, namun ketika negara2 lain sudah bangkit dan berjaya, Indonesia sampai sekarang masih melata....

Situasi hari ini (6 Oktober 2008) sudah bicara banyak:
IHSG terjun bebas, terpuruk paling parah di asia, even libur selama 4 hari tidak dapat menahan kejatuhan ini.
Nilai Rupiah melorot terhadap US dollar
Inflasi September tertinggi dalam 3 tahun ini.
dan sebaris berita horror lainnya....

SBY setelah mengadakan rapat paripurna menghadapi krisis hari ini menyerukan 10 langkah yang masih sangat amat terlalu normatif dan di atas awang2. Padahal sebagai presiden seharusnya bisa memberikan, ga usah 10 mungkin cukuplah 3-4 kebijakan, tapi merupakan kebijakan praktis dan strategis yang bisa menangkal situasi krisis ini sejak awal, tidak menunggu sampai topan badai mengantam ekonomi rakyat.
Kalau cuma : tetap semangat, jangan egosentris, tangkap peluang, gunakan produk dalam negeri.....HAYAH! bukankah itu yang juga kudu dilakukan dalam masa normal? Semua orang juga bisa ngomong gitu...
Ibarat kapal, saat ini Indonesia sedang bersiap menghadapi badai yang sudah nampak di depan mata, dibutuhkan kepiawaian + wisdom seorang nakhoda yang dapat memimpin kapal dan awak kapal selamat dari badai; bukan teriakan 'tetap semangat!', 'kibarkan layar' yang alih-alih malah membuat Indonesia menjadi kapal pertama yang nyungsep!

Statement2 yang menentramkan mungkin dipikir perlu untuk mencegah masyarakat panik sehingga misalkan tidak terjadi rush. Tapi kenyataannya bukankah bail out yang akhirnya disetujui Konggres Amerika toh juga tidak dapat memulihkan confidence dunia.

Beberapa hari yang lalu Menko Sri Mulyani sudah berkata: efek krisis ini bisa terjadi selama beberapa kuartal dan pemulihanya bisa lebih lama. WADUH!!!

Semoga saja sense of crisis pemimpin negara dan masyarakat masih ada!

Emang sih, kalau kita sudah terbiasa melihat sekelompok orang pingsan kelaparan, ga akan merasa aneh melihat sekelompok orang mati kelaparan. UGH!!!

2 comments:

Anonymous said...

after krismon, we never quite recovered from our fear of recessions, haven't we?

can

Anonymous said...

Salam pembebasan,
Di tingkat global setelah kisah krisis air, krisis iklim, krisis minyak, krisis pangan, kini krisis finansial naik panggung, Paradoksnya jalan krisis itu terus ditempuh. Masih saja mekanisme pasar dan korporasi dianggap solusi yang menjanjikan. Ironi abad ini, rasionalitas yang irasional. Rasionalitas yang paling tidak masuk akal.

It’s the capitalism, stupid! (adaptasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!)

Silah kunjung
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/krisis-keuangan-global-karl-marx-di.html