Ridho, farmakolog-santri-calon pemilik apotik adalah seorang teman mikir yang pintar dan enak diajak diskusi. Sementara aku even belum kelakon baca bukunya Karen Armstrong “Sejarah Tuhan” yang segendut bantal itu, Ridho sudah khatam dan bisa ngasih preview buku itu.
Diantara sms2 ga penting kami, kadang terjadi diskusi yang bisa bikin Socrates menangis mengakui kejeniusan kami berdua. (*ish! lebay!)
So, pada suatu siang yang ngantuk-in banget, kami uncal-uncalan sms kira2 kayak gini:
Ridho, sedang apa? TTM dimana? Eh, suka nonton Mario Teguh ga?
Ga, kenapa?TTM ga tahu dimana. Biarin aja. Aku sih sekarang cuek.
Aku cuma mikir; kenapa banyak orang suka nonton acara ini, bahkan tukang jaga malam aja pada suka. Bukankah apa yang disampaikan oleh mario teguh tentang being a shoulder to cry on, membangun pribadi super, dll….sama persis dengan apa yang dikoar-koarkan di kotbah jumat mesjid kamu dan kotbah hari minggu gereja aku, juga di tempat ibadah lain?
Trus kenapa orang masih merasa butuh meresap gagasan yang sama dari pembicara motivator kayak mario teguh, wiliam wongso (*eh william wongso itu tukang masak ding!), dll?
Kenapa bisnis “ketik reg blablabla kirim ke 9090” sangat profitable?
Apakah itu berarti agama sudah kalah?
Bukan kalah, agama sudah mati sejak dulu. Karena dengan kondisi sekarang manusia lebih memerlukan sesuatu yang seketika, sesuatu dengan konsep kekinian, sesuatu untuk berhadapan dengan intrik pergulatan kehidupan ‘saat ini’. Konsep sorga sudah dikalahkan urusan perut hari ini.
Mangkanya tokoh kayak Aa Gym, pdt Gilbert Lumoindong laku keras, karena mereka menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar : jualan obat2 warungan berupa solusi2 cespleng + seketika bagi situasi yang dihadapi umat saat ini. Sementara pendeta atau ustad yang mengkotbahkan pentingnya perilaku dalam konteks kehidupan hari esok apalagi after life dirasa tidak memuaskan, tidak kontekstual dan sudah kehilangan momentumnya.
Gitu ya.
Satu lagi; mengamati fenomena ini aku melihat menjangkitnya gerakan jaman baru : new age movement (NAM), terlihat dari adanya konsep mikro-makro (kosmos), kekuatan diri manusia, inner beauty, so on… Coba perhatikan bagaimana seolah2 setiap permasalahan dapat disandarkan pada wisdom seseorang manusia.
Di acara kayak gini aku kok jarang mendengar “Tuhan” dan istilah “penyerahan diri” disebut. Kalaupun Tuhan disebut, lebih sebagai pembenaran bagi pandangan yang disampaikan oleh si pembicara: seolah2 dengan pribadi yang ideal dan sistematika yang benar, kita memiliki kekuatan serta wewenang untuk mengatasi semua masalah.
Menurut aku bukan new age, khan disetiap agama ada saja aliran seperti itu. Di dalam Islam dikenal tasawuf, trus aku pernah baca ada ordo di dalam katholik yang juga seperti itu: karmel atau apa ya?; yang mengangkat kekuatan aspek spiritual sedemikian rupa sehingga peranan Tuhan diminimalisir dan bahkan ditiadakan. Tapi ga tahu ding.
Kok mas bisa bilang gitu?
Diantara sms2 ga penting kami, kadang terjadi diskusi yang bisa bikin Socrates menangis mengakui kejeniusan kami berdua. (*ish! lebay!)
So, pada suatu siang yang ngantuk-in banget, kami uncal-uncalan sms kira2 kayak gini:
Ridho, sedang apa? TTM dimana? Eh, suka nonton Mario Teguh ga?
Ga, kenapa?TTM ga tahu dimana. Biarin aja. Aku sih sekarang cuek.
Aku cuma mikir; kenapa banyak orang suka nonton acara ini, bahkan tukang jaga malam aja pada suka. Bukankah apa yang disampaikan oleh mario teguh tentang being a shoulder to cry on, membangun pribadi super, dll….sama persis dengan apa yang dikoar-koarkan di kotbah jumat mesjid kamu dan kotbah hari minggu gereja aku, juga di tempat ibadah lain?
Trus kenapa orang masih merasa butuh meresap gagasan yang sama dari pembicara motivator kayak mario teguh, wiliam wongso (*eh william wongso itu tukang masak ding!), dll?
Kenapa bisnis “ketik reg blablabla kirim ke 9090” sangat profitable?
Apakah itu berarti agama sudah kalah?
Bukan kalah, agama sudah mati sejak dulu. Karena dengan kondisi sekarang manusia lebih memerlukan sesuatu yang seketika, sesuatu dengan konsep kekinian, sesuatu untuk berhadapan dengan intrik pergulatan kehidupan ‘saat ini’. Konsep sorga sudah dikalahkan urusan perut hari ini.
Mangkanya tokoh kayak Aa Gym, pdt Gilbert Lumoindong laku keras, karena mereka menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar : jualan obat2 warungan berupa solusi2 cespleng + seketika bagi situasi yang dihadapi umat saat ini. Sementara pendeta atau ustad yang mengkotbahkan pentingnya perilaku dalam konteks kehidupan hari esok apalagi after life dirasa tidak memuaskan, tidak kontekstual dan sudah kehilangan momentumnya.
Gitu ya.
Satu lagi; mengamati fenomena ini aku melihat menjangkitnya gerakan jaman baru : new age movement (NAM), terlihat dari adanya konsep mikro-makro (kosmos), kekuatan diri manusia, inner beauty, so on… Coba perhatikan bagaimana seolah2 setiap permasalahan dapat disandarkan pada wisdom seseorang manusia.
Di acara kayak gini aku kok jarang mendengar “Tuhan” dan istilah “penyerahan diri” disebut. Kalaupun Tuhan disebut, lebih sebagai pembenaran bagi pandangan yang disampaikan oleh si pembicara: seolah2 dengan pribadi yang ideal dan sistematika yang benar, kita memiliki kekuatan serta wewenang untuk mengatasi semua masalah.
Menurut aku bukan new age, khan disetiap agama ada saja aliran seperti itu. Di dalam Islam dikenal tasawuf, trus aku pernah baca ada ordo di dalam katholik yang juga seperti itu: karmel atau apa ya?; yang mengangkat kekuatan aspek spiritual sedemikian rupa sehingga peranan Tuhan diminimalisir dan bahkan ditiadakan. Tapi ga tahu ding.
Kok mas bisa bilang gitu?
Heh! Yo Bedalah! Kalau tasawuf (sama gak sih dengan sufi-isme?) dan ordo katholik yang kamu baca itu menurut aku lebih merupakan apresiasi agama pada tingkat filosofis, sementara dalam fenomena yang aku sebut tadi terasa banget new age nya: dilihat dari konsep adanya kekuatan yang ada didalam kita untuk mengatasi permasalahan kehidupan, tanpa perlu menggali dari mana asalnya. Menurut aku seharusnya ini yang jadi “musuh” bersama agama2 samawi: yahudi, kristen, islam. Dari pada saling memusuhi, harusnya sadar ada “musuh” bersama yang lebih mematikan.
Maksudnya ? Elaborate plis!
Agama2 samawi meski mempunyai dogma yang berbeda, setidaknya masih berorientasi pada Tuhan. Sementara Gerakan Jaman Baru alias NAM justru anti-tuhan. Ini lebih bahaya dari pornografi dan pornoaksi. Hehe..
Aku lupa waktu itu Ridho jawab apa. Atau malah ga jawab lagi ya? ikut anak2 dikampungnya main “sangkutan” layangan…
Maksudnya ? Elaborate plis!
Agama2 samawi meski mempunyai dogma yang berbeda, setidaknya masih berorientasi pada Tuhan. Sementara Gerakan Jaman Baru alias NAM justru anti-tuhan. Ini lebih bahaya dari pornografi dan pornoaksi. Hehe..
Aku lupa waktu itu Ridho jawab apa. Atau malah ga jawab lagi ya? ikut anak2 dikampungnya main “sangkutan” layangan…
Kalau Islam memiliki konsep ekonomi Syariah, tentunya gerakan jaman baru juga ga mau kalah memiliki konsep dan model tersendiri.
Gerakan jaman baru sudah bertiwikrama kedalam banyak pola kehidupan praktis. Tidak saja dalam format ideologi politik dan ekonomi tapi juga dalam model praktis lainnya: etika bisnis, profesi, produk niaga, dll
Dalam sebuah pertemuan MLM atau pemasar produk2 tertentu, paling gampang diliat tingkat kepedean para marketer-nya yang luar biasa: sistematika, tekad dan kepercayaan diri adalah tuhan yang dapat membuat mereka mampu melibas semua tantangan dan menggenggam dunia.
Buku Seven Habits For Highly Effective People karya Stephen Covey, The Secrets, dll adalah kitab sucinya. Memang sih ayat2 Alkitab disebut-sebut, tapi kedudukannya sama dengan motto yang diucapkan oleh the founder institusi bisnis mereka.
Gerakan jaman baru sudah bertiwikrama kedalam banyak pola kehidupan praktis. Tidak saja dalam format ideologi politik dan ekonomi tapi juga dalam model praktis lainnya: etika bisnis, profesi, produk niaga, dll
Dalam sebuah pertemuan MLM atau pemasar produk2 tertentu, paling gampang diliat tingkat kepedean para marketer-nya yang luar biasa: sistematika, tekad dan kepercayaan diri adalah tuhan yang dapat membuat mereka mampu melibas semua tantangan dan menggenggam dunia.
Buku Seven Habits For Highly Effective People karya Stephen Covey, The Secrets, dll adalah kitab sucinya. Memang sih ayat2 Alkitab disebut-sebut, tapi kedudukannya sama dengan motto yang diucapkan oleh the founder institusi bisnis mereka.
Dalam iman kelompok ini, bisnis dan produk mereka adalah the one and only, kalau menolak kami: YOU’RE DEAD!!!
Modus dan “DNA mapping” yang amat mirip dengan eksklusifitas sebuah agama? I’d say so.
Modus dan “DNA mapping” yang amat mirip dengan eksklusifitas sebuah agama? I’d say so.
Trus apakah New age movement adalah “agama” yang mengalahkan agama ? ehm…nanti kapan2 aku ajak Ridho ngobrol lagi. Atau silahkan undang kami sebagai narasumber. Cukup tiket pesawat. Kelas bisnis is a must, hotel dengan bintang > 4, dan deklarasi (duit) rada banyak. Hihihi…..
Pendapat lain akan sangat dihargai…silahkan komentar, sanggah….
Keren khan kalau bisa sama-sama tambah pinter!
Keren khan kalau bisa sama-sama tambah pinter!
Beberapa hari kemudian aku sms Ridho:
Ridho, ada mario teguh di metro. Nonton ga?
Gak ah! Aku ga mau dituduh jadi agen runtuhnya agama.
Tapi aku suka kok, anggap saja nge-liat si Tio kalau besok sudah tua. Hehe…
Halah!!! Tetep baliknya kesitu-situ juga!
Catatan: bukan berarti saya anti Mario Teguh loh ya! Justru saya mengagumi intelektualitas dan keluwesan narasi beliau, melihatnya sebagai sebuah model penyampai gagasan yang baik.
Salam Super!!
........
Manusia separuh nyawa berhati mati.
No comments:
Post a Comment