Pages

Wednesday, April 07, 2010

Menoleh Ke Belakang

Tahun 2004 aku merintis usaha reparasi elektronik: S24.

Kantor S24 dibuka di pojokan gudang, hanya dengan 1 staf administrasi: Ana, serta 1 teknisi: Pujo, yang baru lulus dari SMK elektro.

Ana dan Pujo sangat bersemangat mengembangkan kompetensitas masing-masing, memiliki kepribadian yang baik, serta kami bekerja sama dengan kompak.
Pihak principal, dealer, serta konsumen yang berhubungan dengan S24 juga memberikan penilaian sangat baik kepada kinerja S24 maupun personilnya.

Aku merasa kami tim yang sangat potensial dan yakin akan berkembang.

Namun menginjak bulan ke empat, Pujo sering minta ijin tidak hadir.
Malah kemudian aku mendapat informasi bahwa Pujo akan mengundurkan diri.

Ketika aku mengajak Pujo bicara, terungkap bahwa sebenarnya cita-cita Pujo adalah menjadi polisi. Selama bekerja di S24 dia diam-diam mengikuti tahapan seleksi pendidikan kepolisian. Waktu itu hanya tinggal menunggu pengumuman final penerimaan. Dan dia yakin akan lolos.

Yang bikin kecewa adalah pada awal masuk bekerja di S24 Pujo menyatakan tidak punya rencana selain kerja di S24, tapi akhirnya Pujo mengakui bekerja di S24 untuk mengisi waktu menunggu proses pendaftaran masuk polisi.

Ini berarti aku kudu segera mempersiapkan pengganti Pujo.
Situasinya : Seandainya Pujo tidak diterima di kepolisian dan tetap di S24, saat itu S24 belum mampu membayar upah 2 teknisi.
Maka akhirnya aku memutuskan memberhentikan Pujo secara baik-baik.
Kebetulan saat itu ada seorang teman memberi rekomendasi seorang teknisi untuk melamar ke S24.

Meski keputusan itu diambil dengan cukup pertimbangan, meski kecewa dengan ketidak jujuran Pujo sejak awal; aku tetap merasa bersalah sudah memberhentikan seseorang yang bekerja di S24.

Apalagi ketika akhirnya ternyata Pujo tidak diterima di kepolisian.

Setahun kemudian ketika jumlah pekerjaan di S24 bertambah dan mampu membayar 2 teknisi, aku mencari Pujo tapi ternyata sudah bekerja di Bekasi.

.........................

5 tahun berlalu, atas perkenan Tuhan S24 telah tumbuh dan berkembang hingga jumlah teknisi mencapai 9 orang dan memiliki 2 cabang lagi.
Bahkan pada Juli 2009 S24 mendapat peluang membuka cabang di Cikarang-Bekasi.


….lalu akupun menoleh ke belakang……


Aku berpikir ini kesempatan untuk mengkompensasi rasa bersalah aku dengan Pujo dulu. Bagi aku, Pujo memiliki jasa merintis 4 bulan pertama S24. Aku pengen memberi kesempatan Pujo.

Beberapa kali Pujo sendiri berkata kepada mbak Ana: seandainya masih tinggal di Solo, dia pengen balik ke S24.

Segera aku minta mbak Ana, yang sudah menjadi kepala S24, untuk mengatur agar Pujo yang tinggal di Bekasi bisa datang ke Solo membicarakan peluang yang ada.

Saat hari yang disepakati tiba, Pujo tidak muncul.
Ketika di konfirmasi mbak Ana, Pujo bilang ga punya uang tiket ke Solo.

Oleh mbak Ana diatur waktu yang berikutnya. Dijanjikan uang tiket akan di ganti di Solo.
Tapi 1 hari menjelang waktu yang disepakati, Pujo sms minta ditunda karena istrinya sakit.

Tadinya aku berpikir: ah, yo wes lah! Gak usah saja.

Namun ketika ke Cikarang mempersiapkan pembukaan kantor, aku berpikir: coba sekali lagi ketemu Pujo ah…

Kali ini dia menemui aku di Cikarang.

Aku tanya kabar, situasi dan statusnya saat ini.

Pujo bilang sudah 2 tahun menganggur, belum berhasil mendapat pekerjaan.
Sehari-hari mengurus anak, istrinya yang bekerja sebagai SPG.

Aku menanyakan rencana kehidupannya serta menyampaikan peluang yang ada.

Pujo menjawab: tetap nyari pekerjaan, dan sangat berminat kalau diberi kesempatan bergabung S24 kembali.

Sekali lagi aku tegaskan komitmen Pujo untuk kembali ke S24.

Dan Pujo menyatakan : saya mau serius di S24 pak.

Teryakinkan, akupun menunjuk Pujo sebagai kepala cabang di Cikarang; dengan pertimbangan tugas-tugas admisnistratif lebih mudah dibanding pekerjaan teknis.
Dari segi skill teknis Pujo sudah pasti ketinggalan dibanding teman2 teknisi lain.
Aku memberi gaji tertinggi dalam kategori kelasnya.

Tapi selama tiga bulan pertama, aku tidak mendapat laporan kerja yang membaik. Malah pada akhir evaluasi bulan ketiga penilaian kinerja semakin kurang memuaskan.

Seperti de javue, pertengahan bulan ke empat, malam-malam Pujo telp, mohon maaf mulai besok tidak di S24 lagi.

Kali ini dia bilang akan buka warung bersama istrinya, memanfaatkan pesangon istrinya yang baru saja di PHK.

2 comments:

Anonymous said...

mmm... aneh juga. biasanya ente full itungannya. plus-minus udah ada di list. kok bs kecolongan, jatuh di lubang yang sama.

eh, yang dulu itu jg sama dink hehe..

intinya cmn satu, semelas apapun babi yang ada di depan kita. jangan pernah kasih mutiara ke dia.

Anonymous said...

mmm... aneh juga. biasanya ente full itungannya. plus-minus udah ada di list. kok bs kecolongan, jatuh di lubang yang sama.

eh, yang dulu itu jg sama dink hehe..

intinya cmn satu, semelas apapun babi yang ada di depan kita. jangan pernah kasih mutiara ke dia.