Pages

Sunday, April 10, 2011

Debt Collector; Janji Cinta - Bayar Dosa

Setiap pagi ada sekelompok orang di tiap pojokan perempatan dekat warung.
Tadinya gak mudeng: orang-orang itu ngapain, kok sibuk membolak-balik buku sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang.
Ternyata pekerjaan mereka adalah mencari kendaraan yang kreditnya belum lunas. Kalau ada kendaraan seperti itu yang lewat, mereka langsung blingsatan mengejar dan menangkap pengendara dan kendaraan tersebut.

Mengerikan!
Menyeramkan!
Gak manusiawi!


Beberapa hari ini juga heboh berita soal debt collector (DC). Alias Penagih Hutang.

Aku mikir jauh.
Hutang bukan cuma uang. Janji juga adalah hutang.
Mulai dari 'janji jemput jam 5 sore', 'janji usaha bersama', 'janji kampanye' ... juga 'janji cinta sehidup semati'

So, mustinya DC tidak hanya menagih hutang uang, tapi juga menagih janji.
Antara lain menagih janji bahwa kau akan setia. Janji bahwa kau hanya memilihku untuk selamanya. (*Syahrini mode on)
wakaka..... kalau ada DC kayak gini, pasti bakal laris dan bikin infotainment lebih dramatis. hehe...

Lebih jauh lagi...
Masa pra paskah ini juga membuat aku merenungi masalah keseraman DC ini lebih dalam.

Kesalahan dan dosa yang dilakukan seorang manusia juga semacam hutang yang kudu dibayar.

Misalnya saja jika seseorang berbuat kriminal; dia kudu membayar kelakuannya.

Secara duniawi lebih dapat ditanggung: masuk penjara nemenin Gayus.

Tapi secara religius lebih seram; DC alias penagih utang yang kudu dihadapi nanti adalah Tuhan dan malaikat Nya. Apapun putusan hukumannya pasti jauh mengerikan dan sifatnya kekal.
Artinya kalau nanti seseorang mati trus ditimbang dosanya lebih banyak (*meskipun selisih sedikiiittt) tetap saja semacam "dicemplungin ke neraka" selamanya. yay!

Banyak orang rajin ibadah, boros memberikan sumbangan, rajin menolong teman, dstnya; sebagai pembayar dosanya.

Masalahnya: berapa banyak sih kelakuan baik, ibadah, serta ritual apa; yang bisa dilakukan seseorang selama hidupnya?

Lagipula bukankah bikin dosa jauh lebih gampang dan lebih sering. Sementara berbuat 'baik' makin susah dan gak populer.

Kotbah di gereja tadi pagi mengingatkan karunia Kristus yang sudah menebus umatnya. Membayar lunas kesalahan dan dosa orang yang percaya pada Nya.

So, ketika aku melakukan sesuatu yang 'baik'; itu bukan untuk mengurangi atau pembayaran dosa, tetapi karena bersyukur sudah ditebus, diselamatkan.

No comments: