Beberapa hari yang lalu, Jerry, seorang teman lama mampir.
Lama sekali kami tidak bertemu dan nyaris gak ada komunikasi. Dulu ketika masih
sering ketemu, aku menjulukinya mr. Elegant, karena suka menggunakan kata “elegan”.
Kami trus ngobrol macam-macam dari soal gawean dia sebagai PNS, pilpres, dan
juga beberapa teman dia yang juga aku kenal.
Oh, ya kancamu : Mr. T, apa kabar?
Tanyaku
Tahunya sukses, dari mana? Kerjaannya apa?
Iya, dia sudah punya rumah, ada mobil juga. Itu sukses khan?
Aku gak tahu pekerjaanya apa. Dia hanya bilang punya usaha gitu.
Dulu Jerry aku kenal sangat kritis dan idealis. Gak tahu sekarang.
----------------------------
Beberapa bulan ini, aku, Icha dan Adah tiap hari senin
mengadakan workshop kerajinan tangan di RSU Moewardi di Solo.
Di RSU Moewardi ini terdapat unit yang menangani pasien anak-anak penderita kanker dan penyakit akut lain.
Kadang workshop molor, akibatnya beberapa teman di Panca Murah kudu lembur
nungguin aku balik.
Belum lagi masalah transportasi.
Dari Ngruki, Icha dan Adah kudu naik beca dulu ke Tipes, nyari taksi trus
jemput aku di Coyudan, sejalan ke
Moewardi.
Baliknya juga gak kalah rempong, karena taksi yang mangkal di depan RSU Moewardi semua
ga mau pake argo; jadi kami memilih telpon atau nyegat taksi yang lewat.
Itu artinya kudu berdiri di pinggir jalan selama setengah jam. Kadang lebih.
Yang paling berat: aku gak tega banget lihat pasien anak-anak berusia dibawah
10 tahun ini dengan kondisinya masing-masing.
Semua anak dipasang alat berupa jarum yang dimasukan kedalam pembuluh darah.
Ujung satunya ada katup untuk memasukkan cairan infus, kemoterapi, transfusi,
dan lain-lain (ga tahu apa itu namanya)
Serem banget liatnya.
Beberapa anak sudah terbiasa. Tapi beberapa anak terlihat masih trauma.
Sebulan yang lalu seorang ibu pasien tertarik ikut workshop menjahit boneka,
ketika bilang ‘jarumnya mana’; anaknya yang terbaring disisinya langsung
berteriak ketakutan,
“aku gak mau jarum, aku gak mau jarum lagi! Aku gak mau
jarum…”
Di tangan kanannya tertancap jarum infus, di tangan kirinya sudah tertancap jarum
berkatup lain.
Hari itu aku setengah mati menahan rasa pengen nangis!!
......
......
......
Belum tentu anak yang masih terlihat segar di minggu ini bisa bertahan dan kami
temui beberapa minggu lagi.
Aku sungguh salut dengan para orang tua yang sangat tabah dan sabar menemani
anak-anak ini.
Pasti luar biasa sangat menyakitkan menyaksikan anak yang dilahirkannya
menderita seperti itu.
Kebanyakan dari mereka juga berasal dari keluarga menengah bawah.
gantungan kuci hasil karya para orang tua yang dijadikan hiasan tiang infus |
adik satu ini lucu banget T_T |
Harapannya ini menjadi kegiatan sambilan mereka selama menunggu di rumah sakit,
dan juga kegiatan sampingan di rumah yang bisa memberikan pemasukan.
Senang rasanya bisa sejenak mengalihkan perhatian mereka
dari kondisi penyakit dan situasi pengap rumah sakit, ke kegiatan yang kami
lakukan bersama.
Repotnya tenaga dan waktu mengadakan kegiatan ini lenyap melihat mereka tertawa
senang ketika bisa membuat sesuatu.
Membuat kami bertiga selalu bersemangat datang tiap Senin.
Tapi untuk tujuan kedua, kami harus masih menggali metoda praktisnya.
Kami pahami juga saat-saat ini mereka pasti sudah sangat terbebani dengan
masalah penyakit si anak. Rada sulit diajak merintis sesuatu usaha sampingan
baru.
Pemrakarsa kegiatan ini adalah komunitas 3C (Childhood
Cancer Care), sebuah komunitas yang isinya relawan-relawan yang peduli pada
anak-anak penderita kanker.
Mereka juga rutin mengadakan kegiatan bagi anak-anak disana yang sedang
menjalani kemoterapi, transfusi darah, dll.
Ada Monika (ketua 3C), Beta, Iyum, dll.
Yang rutin ada disana si Raka. Usianya paling 19 tahun.
Raka adalah salah satu survivor; julukan penderita kanker yang menjalani kemoterapi
dan sembuh. Secara berkala komunitas ini menyelenggarakan acara semacam
graduasi bagi survivor-survivor baru.
Aku baca blog Raka yang menceritakan masa-masa dia menjalani kemoterapi yang
semua orang pasti tahu: menyiksa.
Dari angkatan aku; hanya sedikit yang sembuh kok mas. Banyak yang gak sembuh
dan meninggal. Katanya enteng.
Setiap orang punya perjuangannya masing-masing. Rasanya tidak adil menentukan
ketinggian bilah loncat tinggi yang sama untuk tiap orang.
Kehidupan juga masih berjalan. Barusan baca pendiri Prim*g*m*, sebuah bimbingan
belajar terkenal di Yogya dan kota-kota lain; ditahan karena dinyatakan
bangkrut.
Tapi hidup khan belum berakhir. Apapun kondisi yang dimiliki seseorang saat ini
akan terus berubah hingga ajal nanti.
----------------------------
Hari minggu kemarin, rasanya masih belum pulih.
Tapi aku paksakan ke Yogya menengok outlet di Amplaz.
Tapi aku paksakan ke Yogya menengok outlet di Amplaz.
Pulangnya, seperti biasa naik kereta dari sta. Maguwo yang didepan bandara
Yogya.
Nungguin kereta datang, aku muter-muter di bandara, liat kesibukan orang-orang
yang akan terbang dan baru mendarat.
Ada seorang cewek mendorong kereta, dan dia membawa sebuah bantal leher. Bantal leher MicaWork!
Pasti! Karena aku yang bikin desainnya.
Bantal lehernya sudah kucel, artinya pasti sering digunakan.
Rasanya seneng buanget!
Bangga buanget!!
Melihat karya MicaWork di tengah keriuhan umum.
Kalau ga malu, pengen rasanya berjingkat dan meneriakkan
lagu Pharell Williams : HAPPY!
Because I’m happy
Clap along if you feel like a room without a roof
Because I’m happy
Clap along if you feel like happiness is the truth
Because I’m happy
Clap along if you know what happiness is to you
Because I’m happy
Clap along if you feel like that’s what you wanna do
Clap along if you feel like a room without a roof
Because I’m happy
Clap along if you feel like happiness is the truth
Because I’m happy
Clap along if you know what happiness is to you
Because I’m happy
Clap along if you feel like that’s what you wanna do
No comments:
Post a Comment