Tuesday, July 31, 2007
yups, I'm a little worry.
Monday, July 23, 2007
Express Way
Sebenarnya waktu sedang mengambil + mengisi slip setoran, masuk satu orang lagi. Dia menjadi nasabah terakhir hari ini, karena kemudian pintu masuk ditutup satpam.
Alih2 langsung antri, dia malah duduk dengan santai.
Padahal sebenarnya orang itu bisa saja mendahului aku untuk antri.
Awalnya ga mikir apa2, tapi kemudian aku sadar meski dia ‘mengalah’ antri tapi sebenarnya dia ‘menang’.
Memang dia melepas kesempatan utk lebih cepat menyelesaikan urusannya, tapi dia memperoleh keuntungan yakni ga usah cape2 berdiri antri; tinggal berdiri ketika gilirannya tiba.
Sementara aku kudu berdiri ½ jam lebih di belakang sebaris orang2 yang bawa duit bergepok2.
Selama antri jadi mikir, dalam kehidupan sehari2 hal seperti ini selalu terjadi. Sok pengen cepet, bersusahpayah untuk maju paling depan, dst-nya, padahal mungkin itu tidak sesuai dengan hasil yang ingin diraih.
Akhir2 ini memang rada kalap menghadapi pekerjaan yang ga ada habisnya. Akibatnya jadi kurang tidur + ga cukup makan. Dan itu bikin aku gampang ‘berisik’ dan dikatain ‘cungkring’
Ndilalah barusan nemu artikel yang nyambung : Six Productivity Tips to Put Time on Your Side by Penelope Trunk
(bodohnya lagi, sambil merenungi hal di atas, aku masih tetap berdiri antri, ga malah duduk saja kayak orang itu )
HUH! Sepele sih! Tapi aku jadi merasa konyol dan sedih : hari ini ga tambah pinter :p
Saturday, July 21, 2007
end of a path
Para pekerja itu ada yg sudah bekerja belasan tahun dan kuatir dengan kehidupan mereka apabila Nike benar2 hengkang.
Pasti para pekerja itu lupa bahwa mereka masih di dunia. Padahal hidup di dunia ini ga ada yang abadi. Segala sesuatu ada akhirnya.
Setiap pesta pasti berakhir.
Setiap hari pasti punya akhir.
Setiap perjalanan pasti berhenti pada akhirnya.
Meski menyakitkan ketika tiba2 sadar sudah berdiri di titik akhir, kepala kudu tetap tegak untuk dapat meneruskan kehidupan meski sambil meremas hati.
Pras is at the end of a path
Monday, July 16, 2007
Saturday, July 14, 2007
Yang minum...yang minuuum
Kalau ga salah itu sekitar akhir th 60 – awal th 70-an.
Ruko kami terletak dipersimpangan pusat pertokoan di Solo sehingga banyak sekali orang yang berlalu lalang.
Kala itu, even untuk beli sebuah senter atau lampu petromaks, penduduk Wonogiri (40 km selatan kota Solo) masih kudu ke kota Solo.
Dan masih jamak untuk menyediakan kendi berisi air minum di tempat umum, dan orang2 bebas dan merasa aman untuk minum air kendi itu.
Beberapa tahun kemudian kami pindah ke daerah lain, namun menyediakan kendi minum masih dilakukan. Aku juga masih ingat mama selalu mengingatkan para pembantu untuk memeriksa dan mengisi 2 kendi besar yang diletakkan di sebuah bangku depan rumah.
Saat ini ?
Kayaknya ga bakal ada yang mau repot2 menyediakan air minum di depan rumahnya. Ini mungkin merefleksikan egoisme + individualisme manusia yang semakin tinggi.
Namun, seandainya ada pun, kayaknya ga bakal ada yg sudi minum; “siapa berani menjamin kelayakan airnya untuk diminum”
Padahal kalau dipikir manusianya juga masih sama : masih bisa haus dan butuh air minum.
(Manusia juga makin komersial: kalau air minum bisa dijual..kenapa tidak?)
Banyak tempat umum di luar negeri disediakan drinking fountain, bentuknya sekilas seperti wastafel dengan kran yang dapat mengeluarkan air layak minum.
Kalau di Indonesia mungkin belum dapat diterapkan, ga lebih dari 2 bulan pasti sudah rusak dikerjain orang iseng atau bakal ada warung es teh buka disebelahnya. Dan be sure orang kudu beli.
Siapapun pasti juga pernah mengalami haus banget dalam perjalanan dan ga bisa minum : ga ada yg jual minuman atau ga uang untuk beli air.
Mangkanya kalau aku melihat polisi yang kadang datang mengatur lalin depan toko atau siapapun yang kayaknya butuh air, aku selalu minta teman2 untuk menawarkan minum. Even cuma aqua gelas.
Tapi itu lebih cocok dengan sosiologi manusia perkotaan saat ini, dibanding nyediaan kendi air minum. Salah2 malah di masukin yg aneh2 atau malah dipecahin. THAR!
Ehm, hari ini rasanya aku sedikiiit tambah pinter.
Thursday, July 12, 2007
What Do People Envy About Me? - Blogthings
I LOVE THIS!!!
People Envy Your Ingenuity |
You're a person with unique ideas, big plans, and a zany outlook on life. Many people look to you for inspiration. People envy your creativity and "who cares?" attitude. They feel very ordinary next to you - and they usually are! |
Wednesday, July 04, 2007
BBB = Bukan Boss Biasa
Sejak awal pemesanan, aku sudah wanti2 ke tukang besi beberapa hal penting, misal : arah putar tangga, ukuran dan step anak tangga, posisi tangga, warna cat dan jadwal pemasangan.
aku menegaskan hal tersebut 3 kali dalam kesempatan yang berbeda.
Tukang tangga yang datang sama istrinya menjawab, “iya, pasti kami perhatikan!”
Tapi pas tadi siang nge-check pemasangan, aku langsung ngamuk.
MURKA tepatnya!
Karena tangga tidak dipasang sesuai keinginan si pemesan (which is me! yang sudah pesan2 dan sudah wanti2! Bayar pake duit beneran! Duitnya bukan hasil ngrampok! Udah sabar nunggu perakitan dan sabar melihat kejorokan tukang2! )
Bagi orang lain mungkin tangga kayak gitu sudah OK banget. Sugeng atau Mas Wanto pasti akan ngomong, “Tangga sudah dipasang bagus sekali pak!”
Integritas profesional seseorang bukan sesuatu yang ciblok dari kahyangan. Seorang dokter jantung kudu menempuh pendidikan S1, menjalani magang, praktek, kuliah spesialis, diuji, dsbnya untuk berhak disebut ‘dokter jantung’ Demikian pula seorang pengacara, akuntan, ahli penjinak bom, arsitek, even tukang sol sepatu.
Considering that, integritas profesional seseorang tidak akan mudah dinafikan, karena pasti sudah membentuk struktur utama cara berpikir dan standar penilaian.
Seorang penjinak bom yang sudah pensiun pun pasti tetap memiliki kepekaan identifikasi bom, diingini maupun tidak. Seorang dokter spesiali operasi, walau ganti profesi jadi tukang kebon pun pasti selalu memiliki standar sanitasi yang lebih tinggi.
So am I !!
Meski sekarang jadi ‘boss’ di bidang lain, aku bukan boss biasa.
I am not an architect, but I was the damn good & qualified one!!!
Should Simon Cowel say Suciati a good singer, just because Sugeng say so ?
DAMN!!!!