Tunggu baunya hilang.
Daripada browsing yang aneh-aneh dan bikin emosi, mending nulis. Hehe…
Semalam mimpi aneh. Rasanya aku sedang di sebuah bazaar. Banyak sekali yang jual gelang. Sampai bertumpuk-tumpuk. Ada gelang yang dari lilitan tali, gelang yang biasa dipakai abg, dll.
Aku hanya lihat-lihat sambil mikir, mau beliin siapa ya.
Bukan mimpi yang seperti biasa tapi mimpi ini kuat banget dan seharian ini teringat terus.
Kemarin liputan Trans7 berjalan lancar. Tinggal nunggu tayangnya.
Aku merasa santai, tapi teman-teman studio bilang deg-degan. Haha… aku bilang kenapa deg-dean toh ini bukan acara Buser atau Insert. Haha...
Seseorang yang ‘menghilang’ ketika kita kesusahan, dengki ketika kita mendapatkan keberhasilan, itu jelas bukan teman apalagi sahabat. Huhu…
Mustinya seseorang tidak perlu merasa kesepian, jika dia merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Heran, kebanyakan orang yang aku kenal kalau sudah mulai mendekati 30-an pasti gendut. Padahal aku sejak sma sampai sekarang hanya naik 4 kg.
Seminggu setelah Inacraft 2012 kemarin, MicaWork diajak Kementerian Perdagangan pameran di Semarang. Mereka melihat pameran kami berhasil dan menawarkan lagi besok September ke Balikpapan. Semoga aku bisa siap. Hehe.
Dulu pas masih kecil dikejar-kejar tidur siang. Sekarang sudah tua mengejar-ejar waktu untuk tidur siang. Hahaha…
Tadi sore dapat email konfirmasi dari sebuah stasiun teve pesan 700 buah bantal leher. Aku langsung pucat. Kayak ditantang bungee jumping: kalau berhasil baik aku tambah percaya diri, kalau jantungnya gak kua berarti aku mati.
Sudah ah.
Tidur dulu saja. Besok gawean banyak dan mau ke Yogya,
Kayaknya aku kudu membiasakan diri diliput media. hahaha........ (*ngakak stress)
Seminggu ini saja, MicaWork tampil di 3 media:
Tabloid Rumah Edisi 241
Majalah Femina Edisi 20
Harian Warta Jateng Edisi
Beberapa hari yang lalu, sebuah stasiun teve nasional yang namanya pake angka 7 telpon mau ke Solo meliput ke MicaWork. Aku hanya punya waktu sepuluh hari untuk persiapan. Rencananya besok selasa, mereka mau datang suting!
Sebenarnya ini bukan pertama kali disuting alias disorot kamera; pas Inacraft kemarin, pameran di Semarang kemarin juga di suting. Tapi kali ini rasanya istimewa karena sutingnya di studio MicaWork.
Jadilah beberapa hari ini dang, deng, dong kami jumpalitan nyiapin barang, nge-cat tembok dan bersih-bersih studio. Tadinya aku juga mau operasi plastik, tapi kayaknya gak sempat. Wakaka…
Gak, gak!!!
Sebenarnya bukan tentang tampilan-tampilan di media.
Tapi terus terang aku sedang cemas. Takut malah!
Ga pernah nyangka MicaWork akan mendapatkan exposure dan apresiasi seperti ini. Dan itu berarti sebuah tantangan untuk ‘setidaknya’ mempertahankan pencapaian yang sudah diperoleh.
Bahkan bisa jadi ini adalah sebuah cobaan hidup.
Tuhan mendewasakan seseorang tidak selalu melalui kesusahan, tapi juga kesempatan, keberhasilan, hal-hal gemerlap lainnya.
Dan aku-nya malah semacam masih megap-megap menata irama hidup. Dan skedul “tampil di publik” hihihi…
Tapi aku percaya, kalau Tuhan sudah menyediakan ‘rumah’-nya, Tuhan juga akan menyediakan ‘isi’nya.
Kalau Tuhan sudah membawa aku sejauh ini, aku percaya jika aku tetap bersandar padaNYA, Tuhan yang akan tetap menuntun aku lebih jauh lagi.
Bagi aku, paling sejahtera
naik taksi Bluebird yang di Jakarta.
Bukan karena mobil atau pengendara-nya yang mayoritas tahu jalan. Tapi karena
radio komunikasi di taksi Blubird ga berisik dinyalakan.
Sampai sekarang aku masih
trauma bahkan phobia mendengar percakapan melalui radio.
Jika naik taksi, trus
tiba-tiba terdengar suara operator diradio memanggil seseorang, aku langsung
stress dan senewen.
Rasanya semua indera dapat
aba-aba: “SIAP GRAK!!!”
Ini gara-gara dulu ketika
masih kerja jadi arsitek; jaman itu belum semua orang punya hp. Agar komunikasi
bisa lancar dan cepat, perusahaan tempat aku bekerja melengkapi
personil-personil di level tertentu dengan radio komunikasi jenis trunking.
Bentuknya kayak radio HT tapi sirkuitnya tertutup. Radiusnya bisa
Jakarta-Bogor. Persis seperti gambar di bawah ini.
Kami yang membawa radio
tersebut harus bisa dihubungi kapanpun dimanapun. Radio ini kudu selalu dalam
kondisi menyala bahkan saat tidur; dibawa ke kamar mandi, dibawa pacaran,
bahkan nonton bioskop.
Semua orang memiliki callsign
masing-masing. Call sign aku 099.
Semua orang kalau dipanggil
harus segera menjawab. Bahkan direktur utama pun bisa dipanggil siapapun dan
harus menjawab.
Jadilah tiap malam aku tidur
dengan radio masih berisik dengan percakapan orang-orang proyek.
Gak jarang jam dua pagi,
tiba-tiba ada yang panggil, “kosong sembilan sembilan....kosong sembilan sembilan monitor?! Ada masalah pondasi di titik sekian,
bla…bla…bla….”
Aku langsung gedubrak-dubrak
jatuh dari negeri impian di kayangan tingkat 37, bangun bengong + linglung,
“ha? Apa? Pondasi? bidadari kok pakai pondasi? aku kenapa? Ha???...”
Atau sedang nonton sama
pacar, tiba-tiba kudu pulang lebih cepat karena warna cat gak sama. Jedhenk!
Atau tiba-tiba orang-orang
proyek pada kepo, “kosong sembilan sembiilan!!!.... kosong sembilan sembilaaaaannn........ malam mingguan posisi dimana ini??”
Hadee!!!
Situasi itu berjalan
kira-kira 5 tahun. Bisa dibayangkan trauma-nya :D
----
Saat ini aku menghadapi
situasi yang hampir mirip. Sejak jualan online dan memasang nomer hp diinternet;
sepanjang hari gak bisa tenang kudu siaga menjawab sms dan telpon.
Dan urusan sms ini lebih
repot dan rempong, karena kudu ngetik jawaban-jawaban, dll.
Orang-orang itu kalau sms
juga gak kenal waktu. Jam 3 pagi sms, “harga bantal lehernya berapa, tolong
balas segera, butuh cepet nih!”
Dubrak!
Serasa jadi operator call
center 24 jam :D
Disatu sisi itu positif,
karena menandakan produk aku diminati, tapi disisi lain bikin stress dan
senewen juga.
Kadang-kadang saking
jenuhnya, sms-sms aku diemin dulu.
Tapi biasanya mereka malah
tambah semangat sms-nya, “kok gak dibalas?” huhuhuhu….
Aku hanya pakai satu hp
dengan dua nomer. Dan hp ini juga kudu selalu standby karena aku pakai sebagai
alarm bangun pagi.
Pernah coba pakai hp satu
lagi tapi malah rasanya tambah repot. Bahkan dari dua nomer di hape, hanya satu
yang terpakai.
Terpikir untuk mendapatkan
seorang staff ngurusin masalah ini: respon dan pelayanan konsumen. Humas juga,
karena yang dihadapi gak hanya konsumen tapi penerbit, media, kementerian, EO,
dll
Tapi belum nemu yang sesuai.
Beberapa teman menawarkan diri. Namun dengan situasi kami masing-masing, aku ga
tahu bagaimana dapat dilaksanakan.
Ini sudah jam 22.46. Baru
saja aku sms dua orang konsumen meminta sms-an kami dilanjutkan besok. “Maaf
saya sudah cape” aku beri alasan demikian.
Pastinya ada solusi untuk
situasi ini. Aku hanya belum menemukan saja.
Btw, aku baru sadar:
Dulu callsign aku 099. Ternyata
nomer hape aku juga berakhiran dengan angka 99.