Bagi aku, paling sejahtera
naik taksi Bluebird yang di Jakarta .
Bukan karena mobil atau pengendara-nya yang mayoritas tahu jalan. Tapi karena
radio komunikasi di taksi Blubird ga berisik dinyalakan.
Sampai sekarang aku masih
trauma bahkan phobia mendengar percakapan melalui radio.
Jika naik taksi, trus
tiba-tiba terdengar suara operator diradio memanggil seseorang, aku langsung
stress dan senewen.
Rasanya semua indera dapat
aba-aba: “SIAP GRAK!!!”
Ini gara-gara dulu ketika
masih kerja jadi arsitek; jaman itu belum semua orang punya hp. Agar komunikasi
bisa lancar dan cepat, perusahaan tempat aku bekerja melengkapi
personil-personil di level tertentu dengan radio komunikasi jenis trunking.
Bentuknya kayak radio HT tapi sirkuitnya tertutup. Radiusnya bisa
Jakarta-Bogor. Persis seperti gambar di bawah ini.
Kami yang membawa radio
tersebut harus bisa dihubungi kapanpun dimanapun. Radio ini kudu selalu dalam
kondisi menyala bahkan saat tidur; dibawa ke kamar mandi, dibawa pacaran,
bahkan nonton bioskop.
Semua orang memiliki callsign
masing-masing. Call sign aku 099.
Semua orang kalau dipanggil
harus segera menjawab. Bahkan direktur utama pun bisa dipanggil siapapun dan
harus menjawab.
Jadilah tiap malam aku tidur
dengan radio masih berisik dengan percakapan orang-orang proyek.
Gak jarang jam dua pagi,
tiba-tiba ada yang panggil, “kosong sembilan sembilan....kosong sembilan sembilan monitor?! Ada masalah pondasi di titik sekian,
bla…bla…bla….”
Aku langsung gedubrak-dubrak
jatuh dari negeri impian di kayangan tingkat 37, bangun bengong + linglung,
“ha? Apa? Pondasi? bidadari kok pakai pondasi? aku kenapa? Ha???...”
Atau sedang nonton sama
pacar, tiba-tiba kudu pulang lebih cepat karena warna cat gak sama. Jedhenk!
Atau tiba-tiba orang-orang
proyek pada kepo, “kosong sembilan sembiilan!!!.... kosong sembilan sembilaaaaannn........ malam mingguan posisi dimana ini??”
Hadee!!!
Situasi itu berjalan
kira-kira 5 tahun. Bisa dibayangkan trauma-nya :D
----
Saat ini aku menghadapi
situasi yang hampir mirip. Sejak jualan online dan memasang nomer hp diinternet;
sepanjang hari gak bisa tenang kudu siaga menjawab sms dan telpon.
Dan urusan sms ini lebih
repot dan rempong, karena kudu ngetik jawaban-jawaban, dll.
Orang-orang itu kalau sms
juga gak kenal waktu. Jam 3 pagi sms, “harga bantal lehernya berapa, tolong
balas segera, butuh cepet nih!”
Dubrak!
Serasa jadi operator call
center 24 jam :D
Disatu sisi itu positif,
karena menandakan produk aku diminati, tapi disisi lain bikin stress dan
senewen juga.
Kadang-kadang saking
jenuhnya, sms-sms aku diemin dulu.
Tapi biasanya mereka malah
tambah semangat sms-nya, “kok gak dibalas?” huhuhuhu….
Aku hanya pakai satu hp
dengan dua nomer. Dan hp ini juga kudu selalu standby karena aku pakai sebagai
alarm bangun pagi.
Pernah coba pakai hp satu
lagi tapi malah rasanya tambah repot. Bahkan dari dua nomer di hape, hanya satu
yang terpakai.
Terpikir untuk mendapatkan
seorang staff ngurusin masalah ini: respon dan pelayanan konsumen. Humas juga,
karena yang dihadapi gak hanya konsumen tapi penerbit, media, kementerian, EO,
dll
Tapi belum nemu yang sesuai.
Beberapa teman menawarkan diri. Namun dengan situasi kami masing-masing, aku ga
tahu bagaimana dapat dilaksanakan.
Ini sudah jam 22.46. Baru
saja aku sms dua orang konsumen meminta sms-an kami dilanjutkan besok. “Maaf
saya sudah cape” aku beri alasan demikian.
Pastinya ada solusi untuk
situasi ini. Aku hanya belum menemukan saja.
Btw, aku baru sadar:
Dulu callsign aku 099. Ternyata
nomer hape aku juga berakhiran dengan angka 99.
Weitz!!.... ini ada sms baru
lagi yang masuk.
Fiuhhhh!!!
1 comment:
Weeiiiss... makin sibuk aja ya bro. keren, keren, keren!!!
Post a Comment