Pages

Wednesday, June 06, 2012

Callsign 099


Bagi aku, paling sejahtera naik taksi Bluebird yang di Jakarta. Bukan karena mobil atau pengendara-nya yang mayoritas tahu jalan. Tapi karena radio komunikasi di taksi Blubird ga berisik dinyalakan.

Sampai sekarang aku masih trauma bahkan phobia mendengar percakapan melalui radio.

Jika naik taksi, trus tiba-tiba terdengar suara operator diradio memanggil seseorang, aku langsung stress dan senewen.

Rasanya semua indera dapat aba-aba: “SIAP GRAK!!!”

Ini gara-gara dulu ketika masih kerja jadi arsitek; jaman itu belum semua orang punya hp. Agar komunikasi bisa lancar dan cepat, perusahaan tempat aku bekerja melengkapi personil-personil di level tertentu dengan radio komunikasi jenis trunking. 
Bentuknya kayak radio HT tapi sirkuitnya tertutup. Radiusnya bisa Jakarta-Bogor. Persis seperti gambar di bawah ini.
Kami yang membawa radio tersebut harus bisa dihubungi kapanpun dimanapun. Radio ini kudu selalu dalam kondisi menyala bahkan saat tidur; dibawa ke kamar mandi, dibawa pacaran, bahkan nonton bioskop.

Semua orang memiliki callsign masing-masing. Call sign aku 099.

Semua orang kalau dipanggil harus segera menjawab. Bahkan direktur utama pun bisa dipanggil siapapun dan harus menjawab.

Jadilah tiap malam aku tidur dengan radio masih berisik dengan percakapan orang-orang proyek.

Gak jarang jam dua pagi, tiba-tiba ada yang panggil, “kosong sembilan sembilan....kosong sembilan sembilan monitor?! Ada masalah pondasi di titik sekian, bla…bla…bla….”

Aku langsung gedubrak-dubrak jatuh dari negeri impian di kayangan tingkat 37, bangun bengong + linglung, “ha? Apa? Pondasi? bidadari kok pakai pondasi? aku kenapa? Ha???...”

Atau sedang nonton sama pacar, tiba-tiba kudu pulang lebih cepat karena warna cat gak sama. Jedhenk!

Atau tiba-tiba orang-orang proyek pada kepo, “kosong sembilan sembiilan!!!.... kosong sembilan sembilaaaaannn........ malam mingguan posisi dimana ini??”
Hadee!!!

Situasi itu berjalan kira-kira 5 tahun. Bisa dibayangkan trauma-nya :D

----

Saat ini aku menghadapi situasi yang hampir mirip. Sejak jualan online dan memasang nomer hp diinternet; sepanjang hari gak bisa tenang kudu siaga menjawab sms dan telpon.

Dan urusan sms ini lebih repot dan rempong, karena kudu ngetik jawaban-jawaban, dll.

Orang-orang itu kalau sms juga gak kenal waktu. Jam 3 pagi sms, “harga bantal lehernya berapa, tolong balas segera, butuh cepet nih!”
Dubrak!

Serasa jadi operator call center 24 jam :D

Disatu sisi itu positif, karena menandakan produk aku diminati, tapi disisi lain bikin stress dan senewen juga.

Kadang-kadang saking jenuhnya, sms-sms aku diemin dulu.
Tapi biasanya mereka malah tambah semangat sms-nya, “kok gak dibalas?” huhuhuhu….

Aku hanya pakai satu hp dengan dua nomer. Dan hp ini juga kudu selalu standby karena aku pakai sebagai alarm bangun pagi. 

Pernah coba pakai hp satu lagi tapi malah rasanya tambah repot. Bahkan dari dua nomer di hape, hanya satu yang terpakai.

Terpikir untuk mendapatkan seorang staff ngurusin masalah ini: respon dan pelayanan konsumen. Humas juga, karena yang dihadapi gak hanya konsumen tapi penerbit, media, kementerian, EO, dll

Tapi belum nemu yang sesuai. Beberapa teman menawarkan diri. Namun dengan situasi kami masing-masing, aku ga tahu bagaimana dapat dilaksanakan.

Ini sudah jam 22.46. Baru saja aku sms dua orang konsumen meminta sms-an kami dilanjutkan besok. “Maaf saya sudah cape” aku beri alasan demikian.

Pastinya ada solusi untuk situasi ini. Aku hanya belum menemukan saja.

Btw, aku baru sadar:

Dulu callsign aku 099. Ternyata nomer hape aku juga berakhiran dengan angka 99.

Weitz!!.... ini ada sms baru lagi yang masuk.

Fiuhhhh!!!

1 comment:

Farrel Fortunatus said...

Weeiiiss... makin sibuk aja ya bro. keren, keren, keren!!!