Pages

Tuesday, February 15, 2005

Festivals on February - part 1

Bulan Februari ini rasanya ramai dengan “festival”, ada 4 hari raya yang dirayakan dalam 3 hari yang hampir berurutan: tahun baru Imlek, tahun baru Hijriah, tahun baru Jawa, serta valentine.
Aku mulai dari Imlek dulu.

Tahun Baru Imlek 2556

Tahun baru Imlek dirayakan oleh bangsa-bangsa Asia : China, Korea, Vietnam, dll yang menggunakan penanggalan berdasarkan rotasi bulan. Itu kenapa Imlek juga disebut Lunar Year/Festive. Imlek juga ritual awal musim semi sekaligus masa tanam bagi para petani di daerah2 tersebut. Biasanya mereka pergi ke kelenteng/kuil untuk bersembahyang kepada para dewa.
Namun dalam perkembangannya, Imlek diapresiasi lebih sebagai festival, khususnya bagi generasi muda yang tinggal diperkotaan. Sama seperti Natal yang dirayakan di Jepang, just a festival yang sangat sekular dan konsumtif.
Beberapa tahun terakhir, Imlek diresmikan sebagai hari libur nasional dan dirayakan secara terbuka di Indonesia.

Keluarga kami sebenarnya masih tergolong generasi ‘muda’ di Indonesia. Kakek-nenek dari kedua ortu lahir di China, dan papa mama masih sempat merasakan bersekolah di “Chinesse School” di Indonesia.
Tapi keluarga kami sangat moderat; kakek-kakek dan nenek-nenek beragama kristen, dan meskipun generasi papa-mama masih bisa bercakap dan menulis huruf china, budaya dan kultur china hampir tidak nampak dalam kehidupan kami sehari-hari.

Generasi saya (generasi ketiga) yang paling ‘parah’ dan ‘lupa adat’;
Ketika adik aku menikah, karena kebanyakan tamu adalah non-chinnese (bahkan Sri Sultan Yogyakarta berkenan hadir) resepsi pernikahan dilakukan dalam busana tradisional yogya.
Beberapa sepupu menikah dengan suku jawa, ambon dan sunda, serta menjadi mualaf.
Mungkin ini akibat generasi ketiga kami yg cenderung memilih jalur ‘kantoran’ (kuliah dan jadi profesional) dibanding bekerja di bidang “tipologis orang china” yakni berdagang; sehingga kami lebih membaur dalam lingkungan non-chinnese.
Mungkin juga akibat kebijakan Orde Baru yang menekan ‘chinnese culture’ di Indonesia

Balik soal Imlek :
Imlek tahun ini adalah yg ke 2556, jatuh pada tanggal 9 Februari. Dirayakan meriah sekali di Solo; ditempat2 umum, orang memasang lampion merah dan tulisan2 ‘gong xi fat chai’, dan atribut lain. Di kelenteng2 ada liong dan barongsai loncat-loncat ga jelas.

Dan keluarga kami memanfaatkan masa liburan ini untuk ‘kumpul keluarga’ sekalian merembug rencana pernikahan adik bulan September nanti. Selama 3 hari, rumah tiba2 jadi sesak dan berisik, tapi rasanya seneng, karena jarang bisa ngumpul kayak gini.
Makanan juga banyak sekali, baik beli sendiri maupun hantaran/parsel kiriman kolega. (heran!! Sejak bikin blog, kok makin tambah banyak pengagum huehehe :p)
Ada berdus-dus jeruk, apel atau buah pir yang kalau gak tahu, bisa dikirain aku bikin penampungan buah.
Mama sibuk di dapur masak tim ayam, sea food serta sup tahu dan sayur yang enak dan seger buanget!

Oh ya, ada kue keranjang beli di toko Jaya Abadi, yang manis dan kenyalnya pas!; ice cream kacang merah alias ogura yg legit banget, serta kue coklat yang leleh di lidah.

Malam Imlek, kami sekeluarga makan di resto, menunya : sup jagung, ikan bakar, kangkung hot plate, cumi saus manis, sate ayam, burung dara goreng, dan minum teh poci (kombinasi menu yg sangat ga matching!)
Besok paginya kami rame2 sarapan Soto Gading.
Last but not least (just for the sake of a festive) papa bagiin angpaw…hehehe ga tahu isinya berapa, yg penting bikin meriah saja.

Hari Jumat, semua bubar jalan, masing2 balik ke kota masing-masing. Rumah kembali lengang. Tapi masih ada sukacita dan kenangan indah yg tertinggal. (Dan setumpul leftover di kulkas yg paling2 dikasih ke kucing)

Ehm… momen yang sangat menyenangkan dan patut di syukuri.
(sebuah doa : Tuhan, terima kasih! Indeed! Ajarlah kami mensyukuri apa yg kami miliki, juga mengingat mereka yg sedang kekurangan. Terima kasih Tuhan. Amin)

aku bingung tadi sebenarnya mau nulis apa ya!!…… kok tiba2 malah jadi cerita keluarga kumpul dan makan2…
aduh! Makin ga beres saja!

(next : Tahun Baru 1426 Hijriah & Suro 1938)

2 comments:

ben said...

Wah, mo bikin trilogi ya :)
Selalu menyenangkan berkumpul bersama orang2 yang dekat dengan kita.
BTW, bagi jeruknya dong :)

Anonymous said...

Nggak apa2 nulis tentang keluarga krn saya baru kali ini nih tahu gimana Imlek dirayakan. Seringnya cuma dengar angpaw, kue keranjang, jeruk dan lampion. Ditunggu lanjutannya :)
doel