Hampir tiga bulan sekali, saya mendapat tugas mendampingi pendeta kami melayani Sakramen Perjamuan Kudus dirumah-rumah anggota jemaat kami yg sdh tidak mampu datang ke gereja.
Kebanyakan memang sudah tua, bahkan ada yg lebih muda dari saya; tapi hampir semua tidak bisa meninggalkan tempat tidur, bahkan untuk buang air atau mandi.
Ada seorang ibu yang sudah bertahun-tahun hanya dapat melek dan merem. Baginya, menelan makanan adalah perjuangan, menggerakkan anggota tubuh jadi semustahil saya jadi pemenang Indonesian Idol 2005.
Setiap kali selesai menjalankan tugas, selalu ada rasa campur aduk:
Bersyukur, karena saat ini berbadan sehat, bisa makan apa saja, lari2, loncat2, chatting, janjian ketemuan di mall, ngopi2, pulang bareng, masuk kamar,…(oops! sensor!!!)
tapi juga ngeri, kuatir, dan was-was kalau suatu saat sampai kayak mereka, tergolek tanpa daya, tergantung pada pertolongan orang lain bahkan mesin life-support, masuk infotainment di tv, dikunjungi teman2 public figure & artis, jadi headline ditabloid2 …hiii!!
Amit-amit!! Jangan sampai!!!!
Pernah terpikir, gimana ya kalau jadi Lestat, tokoh vampire di buku & film “An Interview with Vampire” atau Duncan McLeod dan saudaranya Conner McLeod, tokoh immortal di serial Highlander. Kayaknya asyik bisa hidup abadi, stay young, gak takut penyakit, bisa internet semaleman trus tidur sepanjang siang tanpa kuatir dicariin orang telkom gara2 belum bayar tagihan telpon.
Tapi, seperti kata2 Conner McLeod di Highlander III yang barusan diputar di Trans tv, hidup immortal bisa jadi kesepian panjang plus kepahitan, karena kudu menyaksikan satu persatu orang yg kita kasihi jadi tua dan meninggalkan kita.
Mungkin hidup juga akan sangat membosankan (jadi ingat Charles yang kenal lewat FS, usia 20-an tahun tapi bilang bosen sama hidupnya yg gitu-gitu saja, kayak apa coba kalau kudu hidup 1000 tahun?)
Belum lagi in the next century, gak kebayang kualitas lingkungan dan alam di bumi ini, polusi makin buruk, sampe nafas aja kudu beli udara botolan, kayak beli aqua.
Selain itu, aku ga bisa main pedang dan jijik sama darah; ngeliat ayam dipotong aja, ga bisa tidur semalam.
So, meski jadi vampire atau higlander cuma khayalan, aku tetap gak pengen tergolek kayak vegetable; aku pengen seperti kakek, nenek, juga beberapa paman/tante yang sehat dan segar bugar, sampai tiba saatnya dipanggil pulang. Tanpa suatu penyakit, meninggal dalam tidur. Begitu damai dan tidak merepotkan.
Aku juga gak pengen mati muda. Aku pengen hidup as long as I’m healthy, strong and independent.
Bisa jadi sampai minggu depan, tapi juga bisa jadi 1000 tahun lagi. Itu terserah Tuhan, tugas saya cuma : stop worrying, jaga kesehatan dan mengisi hidup ini jadi lebih menyenangkan.
(thanks to Andy di Makasar yg ga bosen-bosennya ngomong: jaga kesehatan)
Kebanyakan memang sudah tua, bahkan ada yg lebih muda dari saya; tapi hampir semua tidak bisa meninggalkan tempat tidur, bahkan untuk buang air atau mandi.
Ada seorang ibu yang sudah bertahun-tahun hanya dapat melek dan merem. Baginya, menelan makanan adalah perjuangan, menggerakkan anggota tubuh jadi semustahil saya jadi pemenang Indonesian Idol 2005.
Setiap kali selesai menjalankan tugas, selalu ada rasa campur aduk:
Bersyukur, karena saat ini berbadan sehat, bisa makan apa saja, lari2, loncat2, chatting, janjian ketemuan di mall, ngopi2, pulang bareng, masuk kamar,…(oops! sensor!!!)
tapi juga ngeri, kuatir, dan was-was kalau suatu saat sampai kayak mereka, tergolek tanpa daya, tergantung pada pertolongan orang lain bahkan mesin life-support, masuk infotainment di tv, dikunjungi teman2 public figure & artis, jadi headline ditabloid2 …hiii!!
Amit-amit!! Jangan sampai!!!!
Pernah terpikir, gimana ya kalau jadi Lestat, tokoh vampire di buku & film “An Interview with Vampire” atau Duncan McLeod dan saudaranya Conner McLeod, tokoh immortal di serial Highlander. Kayaknya asyik bisa hidup abadi, stay young, gak takut penyakit, bisa internet semaleman trus tidur sepanjang siang tanpa kuatir dicariin orang telkom gara2 belum bayar tagihan telpon.
Tapi, seperti kata2 Conner McLeod di Highlander III yang barusan diputar di Trans tv, hidup immortal bisa jadi kesepian panjang plus kepahitan, karena kudu menyaksikan satu persatu orang yg kita kasihi jadi tua dan meninggalkan kita.
Mungkin hidup juga akan sangat membosankan (jadi ingat Charles yang kenal lewat FS, usia 20-an tahun tapi bilang bosen sama hidupnya yg gitu-gitu saja, kayak apa coba kalau kudu hidup 1000 tahun?)
Belum lagi in the next century, gak kebayang kualitas lingkungan dan alam di bumi ini, polusi makin buruk, sampe nafas aja kudu beli udara botolan, kayak beli aqua.
Selain itu, aku ga bisa main pedang dan jijik sama darah; ngeliat ayam dipotong aja, ga bisa tidur semalam.
So, meski jadi vampire atau higlander cuma khayalan, aku tetap gak pengen tergolek kayak vegetable; aku pengen seperti kakek, nenek, juga beberapa paman/tante yang sehat dan segar bugar, sampai tiba saatnya dipanggil pulang. Tanpa suatu penyakit, meninggal dalam tidur. Begitu damai dan tidak merepotkan.
Aku juga gak pengen mati muda. Aku pengen hidup as long as I’m healthy, strong and independent.
Bisa jadi sampai minggu depan, tapi juga bisa jadi 1000 tahun lagi. Itu terserah Tuhan, tugas saya cuma : stop worrying, jaga kesehatan dan mengisi hidup ini jadi lebih menyenangkan.
(thanks to Andy di Makasar yg ga bosen-bosennya ngomong: jaga kesehatan)
3 comments:
Mungkin nggak ingin kalau hidup 1000 tahun, pasti banyak susahnya :) Yang diinginkan, hidup cukup dengan isi hidup yang cukup.
Doel
Waduh!! Rasa2nya ogah juga disuruh hidup 1000 tahun lagi.. hihihi.. bosennya kayak apa ya? Setuju bgt kata Doel.. mendingan dikasih waktu hidup yang cukup, dan dikasih isi yang cukup juga.. Doel, aku padamu.. muach..
Btw apa hubungannya jadi lestat sama bisa internet seharian?! Biar jadi lestat tetep aja bakal dikejar2 orang telkom kalo internetnya gak bayar!! Gimana sih?!! ;)
-- Pattawari -- yang sedang berusaha untuk stop worrying, jaga kesehatan, dan mengisi hidup ini dengan kebaikan..
Pras, gue ogah kalo disuruh hidup 1000 th lagi. Saat itu belum tentu kita bisa ngopi di starbak, atau makan di pinggir jalan.
Mendingan hidup apa adanya tapi sehat dan serba berkecukupan serta dikelilinngi sama teman2 tercinta, apalagi bisa masuk surga......... :)
Post a Comment