Pages

Wednesday, March 12, 2008

The Chinese Heritage Center

Ketika di Singapore Desember kemarin, aku ajak mama ke The Chinese Heritage Center (CHC).
CHC didirikan pada tahun 1995 di Singapore dengan tujuan mendalami komunitas China Perantauan yang tersebar di berbagai bagian dunia. Selain sebagai Pusat Studi, CHC juga melengkapi diri dengan musium serta perpustakaan. Sebagai organisasi non-profit, CHC dipimpin oleh Dewan Gubernur yang anggotanya berasal dari berbagai negara.
CHC terletak di kompleks Nanyang Technological University yang didirikan oleh para China Perantauan, sebagai universitas pertama dan satu2nya universitas berbahasa China yang berada diluar China.
Untuk sampai ke CHC, kami naik kereta dari stasiun Dhoby Ghaut ke stasiun Outram Park, trus pindah kereta ke terminal terakhir : Boon Lay. Total perjalanan cuma sekitar 30 menit. Dari situ kami kudu naik bis lagi. Terminal bis terletak persis didepan stasiun kereta.
Meski baru pertama kali ke sana, hanya dengan mengandalkan papan petunjuk, kami langsung tahu jalur bis yang kudu dinaiki, antri dimana, serta berapa ongkosnya.
Bis kotanya bersih dan nyaman (* mama jadi seneng naik bis kota).
Boon Lay merupakan kawasan sub-urban terletak di bagian barat state-island ini. Terdiri dari kampus dan apartemen mahasiswa. Suasana terasa sangat akademis. Menyusuri kompleks NTU mengingatkan aku daerah Sekip : kompleks kampus dan perumahan UGM di Yogya pada tahun 1980-an. Tenang, bersih, dan rapi.

Dari jauh, bangunan CHC terlihat menonjol dengan detail arsitektural China. Persis seperti gambar yang aku lihat di internet.

Saat itu, di CHC sedang diselenggarakan pameran : CHINESE MORE OR LESS : An Exhibitions on Overseas Chinese Identity.

Pameran dibagi menjadi beberapa bagian thema :
How Chinese Am I
In What Sense Am I Chinese
What Does It Mean To Be Chinese

Jutaan China Perantauan menanyakan 3 hal tersebut pada diri mereka sendiri, sementara jutaan lainnya mungkin menerima ke-China-annya as for granted.
Jawaban pertanyaan2 tersebut pasti berbeda dari satu orang ke orang lain. Karena secara umum dipahami individu China dengan Ke-China-an (Chineseness atau identitas China) berbeda dalam tingkatan (seberapa China, lebih China /kurang China) maupun kualitas (dalam hal apa seseorang disebut China)

Penilaiannya bersandar pada pengenalan tingkat otentisitas yang biasanya menentukan ke-China-an seseorang berdasarkan seberapa jauh keterikatan seseorang China dengan tanah leluhur dan budaya China (What Does It Mean To Be Chinese)

Namun demikian pengertian China Perantauan tidak memiliki kategori atau batasan baku. Namun memiliki berlapis pemahaman sebagaimana hubungan antara satu orang China dengan orang China lainnya.
Pameran ini mengeksplorasi bermacam2 orang China yang merantau dan tinggal di berbagai negara dan keturunan mereka; apa maknanya menjadi orang China bagi dirinya sendiri,bagi orang China lain, dan bagi orang lain yang bukan China

Dan bagaimana definisi ‘orang China’ menjadi sesuatu yang tidak sederhana.

Pada pameran ini banyak dipresentasikan tokoh2 China Perantauan yang masih mempertahankan ikatan yang kuat dengan budaya asal, namun disisi lain mempunyai peranan besar dalam kehidupan negara dan bangsa dimana mereka tinggal. Baik itu dibidang budaya, politik, dan ekonomi. Serta bagaimana –misalnya- paduan budaya China dan budaya Melayu membentuk kaum/budaya Peranakan.
Di salah satu ruang, backsoundnya adalah lagu2 keroncong yang dinyanyikan Mus Mulyadi.

Pameran ini memanfaatkan potensi berbagai jenis media dengan baik: audio, visual, grafis, narasi, artefak, dll. Later I found out: pameran ini digarap oleh oleh Fakultas Arsitektur NTU.
ehm! No doubt jadi ingat ketika sering mengadakan pameran di lingkungan FT Jur Arsitektur UGM jaman dulu.


Untuk mencerna pameran ini memakan waktu 1 jam, tapi dibanding menyimak isi pameran aku lebih memperhatikan teknik presentasi pameran dan sibuk motret2 sampai diingetin mama. Hehe

So, Am I Chinesse ?

I’m a Chinesse, secara aku lahir dari bapa-ibu China.
In other way, bisa jadi aku ‘pribumi’, since I do live thicker Indonesian traditional culture than some other ‘pribumi’.
In other other way, aku juga pantas disebut bule : secara doyan makan cheeseburger dan lebih suka nonton film hollywood daripada film China. Hehe…

foto-foto lain dapat dilihat di sini

No comments: