Salah satu acara di Asian Food Chanel yg paling aku sukai adalah ‘Restaurant Make Over’. Di acara ini semua aspek di rombak : interior dan eksterior resto, juga menu masakannya di make over total.
Acaranya ga se melo-dramatik acara make over rumah di RCTI (aduh opo kuwi… aku lupa judulnya) yang membuat pemilik rumah (dan penonton) diperah air mata nya. Mungkin karena pada pemilik resto dikenakan biaya make over -meski ga besar- dan berpartisipasi dalam proses make over menu makanannya, sehingga mereka bisa lebih membayangkan hasil akhirnya.
Bangunan yang di make over tidak dibongkar dengan hati-hati; tapi dihancurkan pake godam. Plafon, dinding, meja konter, kaca, dll semua di smack down hancur,cur,cuuuuur…... Kemudian si pemilik resto di ajak melihat kondisi resto lama yang sudah berubah jadi tumpukan puing-puing bongkaran kayak bangunan habis di bom, dan di tanya bagaimana perasaan mereka melihat situasi itu.
Semua pemilik pasti tertohok dan sedih, karena bagaimanapun itu tempat mereka mencari nafkah selama ini. Ada yang berkata bahwa mereka mengerjakan sendiri beberapa bagian yang di hancurkan itu.
“waw! ….dinding yang dihancurkan itu, dulu aku yang membuatnya sendiri”
“kap lampu itu aku yang bikin”
“cermin di dinding itu, dulu aku yang nempel”
Tapi itu bagian acara yang menurutku paling impresif dan bermakna dibanding bagian lain. Karena tadi sore ketika nonton acara ini, pas momen tersebut aku jadi ingat:
ratusan orang karyawan Tyfontex sebuah pabrik tekstil di Sukoharjo yang di PHK (ada yang sdh bekerja 30 tahun, saat ini usianya hampir 50 th)
para pengrajin kompor minyak tanah yang harus ganti profesi.
para penjual dan pengecer minyak tanah keliling
ribuan karyawan Adam Air
ribuan penduduk korban lumpur Lapindo
puluhan ribu karyawan yg kena PHK diseluruh indonesia
puluhan ribu penduduk disepanjang sungai bengawan solo yang terkena banjir
puluhan juta orang yang kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia akibat resesi di US.
Banyak lagi
Banyak lagi….
……
Mungkin saat ini mereka melihat segala sesuatu yang di jaga dan dipelihara selama ini untuk mendapatkan kehidupan tiba2 hancur. Persis seperti sebuah meja penuh hidangan yang dibalikkan : porak poranda. totally a mess. Seolah tidak ada harapan…
Di acara tadi sore, setelah melihat puing-puing restonya sang pemilik berkata, ‘the good side of this situation is anything that will happen after this we believe is a better things than before. That this ruins hapenned for a good reason”
Semoga mereka yang kehidupannya saat ini menjadi reruntuhan, bisa seperti pemilik resto yang melihat reruntuhan restonya sebagai satu babak kehidupan yang bila dilewati dengan Iman : penuh pasrah (tapi juga semangat bangkit kembali), akan ada sebuah babak kehidupan baru yang lebih baik di depan.
sebagaimana sebuah pot tembikar yang buruk harus dihancurkan dulu sebelum dicetak ulang menjadi sebuah vas keramik bernilai tinggi.
Acaranya ga se melo-dramatik acara make over rumah di RCTI (aduh opo kuwi… aku lupa judulnya) yang membuat pemilik rumah (dan penonton) diperah air mata nya. Mungkin karena pada pemilik resto dikenakan biaya make over -meski ga besar- dan berpartisipasi dalam proses make over menu makanannya, sehingga mereka bisa lebih membayangkan hasil akhirnya.
Bangunan yang di make over tidak dibongkar dengan hati-hati; tapi dihancurkan pake godam. Plafon, dinding, meja konter, kaca, dll semua di smack down hancur,cur,cuuuuur…... Kemudian si pemilik resto di ajak melihat kondisi resto lama yang sudah berubah jadi tumpukan puing-puing bongkaran kayak bangunan habis di bom, dan di tanya bagaimana perasaan mereka melihat situasi itu.
Semua pemilik pasti tertohok dan sedih, karena bagaimanapun itu tempat mereka mencari nafkah selama ini. Ada yang berkata bahwa mereka mengerjakan sendiri beberapa bagian yang di hancurkan itu.
“waw! ….dinding yang dihancurkan itu, dulu aku yang membuatnya sendiri”
“kap lampu itu aku yang bikin”
“cermin di dinding itu, dulu aku yang nempel”
Tapi itu bagian acara yang menurutku paling impresif dan bermakna dibanding bagian lain. Karena tadi sore ketika nonton acara ini, pas momen tersebut aku jadi ingat:
ratusan orang karyawan Tyfontex sebuah pabrik tekstil di Sukoharjo yang di PHK (ada yang sdh bekerja 30 tahun, saat ini usianya hampir 50 th)
para pengrajin kompor minyak tanah yang harus ganti profesi.
para penjual dan pengecer minyak tanah keliling
ribuan karyawan Adam Air
ribuan penduduk korban lumpur Lapindo
puluhan ribu karyawan yg kena PHK diseluruh indonesia
puluhan ribu penduduk disepanjang sungai bengawan solo yang terkena banjir
puluhan juta orang yang kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia akibat resesi di US.
Banyak lagi
Banyak lagi….
……
Mungkin saat ini mereka melihat segala sesuatu yang di jaga dan dipelihara selama ini untuk mendapatkan kehidupan tiba2 hancur. Persis seperti sebuah meja penuh hidangan yang dibalikkan : porak poranda. totally a mess. Seolah tidak ada harapan…
Di acara tadi sore, setelah melihat puing-puing restonya sang pemilik berkata, ‘the good side of this situation is anything that will happen after this we believe is a better things than before. That this ruins hapenned for a good reason”
Semoga mereka yang kehidupannya saat ini menjadi reruntuhan, bisa seperti pemilik resto yang melihat reruntuhan restonya sebagai satu babak kehidupan yang bila dilewati dengan Iman : penuh pasrah (tapi juga semangat bangkit kembali), akan ada sebuah babak kehidupan baru yang lebih baik di depan.
sebagaimana sebuah pot tembikar yang buruk harus dihancurkan dulu sebelum dicetak ulang menjadi sebuah vas keramik bernilai tinggi.
Sebagaimana sebulir padi harus dipendam dalam tanah untuk tumbuh manjadi serumpun padi bernas.
Renungan ini juga dilatar belakangi pesan dasar perayaan Paskah yang baru saja berlalu: kematian dan kebangkitan Kristus demi kehidupan baru umat manusia.
Selamat Paskah : Pa, Ma, Ay, Wik, Nyo, Iwan, Irawan, Linda, Paolien, Moses, Lia, Johan, Mikha dan Ie2.
No comments:
Post a Comment