Pages

Monday, September 01, 2008

Maaf

Sudah menjadi kebiasaan sebelum menginjak bulan puasa saya mengucapkan ‘selamat menyambut Ramadhan, selamat berpuasa’ baik lisan maupun sms kepada beberapa teman dan saudara yang beragama Islam.
Saya selalu mendapat respon, ‘terima kasih, mohon maaf lahir dan batin’ (*Padahal kalau boleh saya pengennya direspon duit satu juta rupiah saja. Hehehe…just kidding!)
Beberapa teman bahkan sebelum saya sms sudah mengucapkan ‘mohon maaf’nya.
Yang saya pahami dari ucapan itu adalah bahwa mereka ingin memasuki masa ibadah puasa dengan terlebih dahulu menyelesaikan konflik –apabila ada- sehingga dapat beribadah lebih baik.

Tentu saja maaf-memaafkan tidak melulu berkaitan dengan ibadah umat Islam, dalam kehidupan sehari2pun situasi ini sering kudu dihadapi.
Ga masalah apabila memang ga ada ganjelan atau konflik terpendam. Tapi jelas jadi dilema apabila seseorang berkata I’m sorry, ketika disatu sisi saya merasa wajib memberi maaf padahal disisi lain suara hati saya berkata “kunyuk! Enak wae minta maaf! Emang bodrex satu strip bisa nyembuhin sakit hati gue! Emang komik satu dos bisa bikin reda rasa kecewa?!!
Orang bilang butuh hati seluas samudra untuk memaafkan, sementara airmata saya sudah melimpahi 7 samudra!
Sekarang enak saja minta maaf!”

Hari ini saya dihadapkan dilema seperti itu. Dan saya jadi merenung…….

Saya terilhami oleh AA Gym yang mengajarkan bagaimana kita bisa lebih damai dalam menjalani hidup dengan berusaha memahami tindakan atau kata2 orang lain yang menyakitkan hati. Bahwa bisa saja ada suatu situasi yang menjadikan orang lain ‘terpaksa’ membuat kita kecewa, sakit hati, sedih.
Dengan berusaha memahami juga membuat kita lebih mudah dalam memberi maaf.

Saya juga teringat bagian dari Doa Bapa Kami yang saya ucapkan hampir tiap malam serta tiap ke gereja, “….dan ampuni kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami…”
Bahwa saya berujar kepada Tuhan akan memaafkan teman, keluarga, dosen, atasan, karyawan, …… or anybody else sebagai rasa syukur atas pengampunan yang selalu diberikan Tuhan.

Renungan saya hinggap pada kata ikhlas.
Seandainya kita bisa memberi, menerima serta melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, mungkin kita lebih kebal menghadapi perkataan dan perbuatan yang mengecewakan. Karena dari awal kita tidak mengharapkan suatu yang lebih.

Minta maaf memang jauh lebih gampang daripada memberi maaf. Mungkin itu sebabnya dlm bahasa inggrispun kata “I’m sorry” lebih populer daripada kata “I forgive”, tapi hidup sudah memberi saya banyak pelajaran dan contoh dalam memaafkan. Kini saatnya saya belajar melakukannya. Lahir dan batin!
Sudah tua oy!

No comments: