Pages

Friday, September 05, 2008

Tabrakan!!

Chhhiiiiyyiiii…ttt!
JUGRAAACCCK!

Aku langsung berlari keluar
Tabarakan! Seru Fajar.
Sebuah APV warna silver metalik berhenti di tengah perempatan Coyudan. Didepannya ada sebuah motor tergeletak. Pengendara sepede motor terduduk di jalan.
Beberapa orang sigap berlari menolong sipengendara dan sebagian lagi mengarahkan mobil untuk minggir dan tidak kabur.
Seketika jalanan macet, orang mulai berkumpul dan celotehan2 ga penting mulai bersahutan.

Si pengendara berjalan tertatih2 ke arah aku yang berdiri di tepi trotoar. Ga jelas cowok apa cewek: mukanya masih tertutup helm, tinggi 150-an cm, agak ndut, bercelana ¾, berjaket merah dan membawa sebuah ransel.
Aku langsung terpikir untuk segera mengambil minum, tapi langsung ingat, eh! Ini khan puasa! Salah ga ya!
Berhenti kira2 2 meter dari aku dan membuka helmnya. Aku langsung berteriak. HAH!!!. Bukan karena ternyata cowok abg masih 16-an tahun, tapi aku lihat dari telapak kakinya mengucur deras darah. Merah dan menggenang di aspal.

Aku langsung memegang pundaknya dan berteriak, Dik, lungguh sik! Sikilmu sowek! Aku menyuruhnya duduk.
Seorang bapak langsung mengangkat kaki anak itu agar pendarahan berkurang, sementara penonton berteriak…kain! Kain! Maksudnya untuk membebat luka.
Aku langsung berlari masuk toko. Karena aku lihat hanya ada kain lap yang kotor, aku langsung berlari ke lantai 3 untuk mengambil tissue dan kain bersih.
Waktu aku turun, seseorang telah membungkus telapak kaki bocah itu dengan lap kotor itu tadi.

Dijalan masih nampak genangan kental berwarna merah.

Pengemudi mobil yang menabrak tadi, seorang bapak, istri dan anaknya sudah turun. Si Istri dengan cekatan membuka bebatan. Nampak sobekan dalam sepanjang 8 cm ditelapak kaki. Si istri segera mbersihkan luka dengan air mineral dan menyuruh anaknya mengambil tali di dalam mobil untuk mengikat telapak kaki bocah sehingga pendarahan terhenti.
Si bocah diem saja, sama sekali ga keliatan kesakitan.

Fajar bilang, Pak ada Telpon. Aku lari masuk ke toko lagi. Ngobrol di telpon agak lama.

Ketika aku keluar lagi, si bocah masih duduk di trotoar. Di tangan kanannya ada botol Aqua yang sudah diminum separo, di sebelah kiri ada roti yg tinggal secuil. Tapi loh kok yang nabrak sudah ga ada, udah gitu penonton juga sudah bubar! LHO PIYE THO!!!


Aku tanya sama pak Bagong, kok belum dibawa ke rumah sakit, yang nabrak tadi mana..
Lah si bocah ga mau, katanya mau sama keluarganya saja. Si bocah bilang keluarganya mampu kok. Tapi yang nabrak tadi sudah ngasih duit dan ninggal no telpon
, Jawab pa bagong.

LOH kok ngono! Mustinya yang nabrak tetap nungguin sampe keluarganya datang, khan iki cah cilik!

Aku hampiri si bocah, dik sudah telpon rumah?

Sudah sms mas…

Hah!? Kok cuma sms, Sudah dibalas? Saya telponin ya! Nomernya berapa…

Belum. Gak usah telpon, orangtua saya hanya dekat sini kok, di pasar Klewer. nanti pasti langsung kesini

Cool banget bocah ki!, batin aku. Jadi senewen!
Kok iso tho! Para penonton tadi kok ya diem saja, ga ada yang mau ngurusi bocah itu.

½ jam kemudian, datang sepasang suami istri, usia 40-an, penampilan rapi, pake mobil

Alih2 segera membawa ke rumah sakit, 2 orang itu malah memarahi si bocah

GIMANA SIH KAMU! KOK BISA DITABRAK! KAMU PASTI SALAH!..BLA..BLA…

Sibapak ikut clamitan
Mana orang yang nabrak ? kok ga tanggung jawab! Kamu kok mau ditinggal gitu saja!

Huh! Rasanya jadi gemes banget liat 2 orang itu. Pengen aku tampar sungguh! Ga segera nolongin anaknya malah bikin drama!

Si bocah menjawab dengan ga kalah emosinya,
Yang nabrak sudah aku suruh pergi, khan aku sudah di beliin minum + roti dan dikasih duit…mau apa lagi! Sudah cukup itu, sambil mengulurkan duit 150 ribu pemberian penabrak

Si ibu tambah emosi,
DUIT CUMA SEGINI?!! EMANG NJAHIT LUKA KAMU ITU CUKUP SEGINI? MAHAL TAHU!!!

Duit itu langsung diremas dan dibuang ke jalan.

Penonton mulai berkumpul lagi, nonton drama berjudul “Keluarga Aneh”

Setelah debat gak mutu antara ortu-anak selama 20 menitan, akhirnya sibapak berkata, Yo wis terserah! Ayo pulang! Seraya menyuruh salah satu tukang beca mengantar si bocah ke mobil yang parkir rada jauh.

Penonton pun bubar, tapi pasti semua kecewa. Duit yang dibuang si ibu, diambil lagi. Hihihi… ngarep!

No comments: