Pages

Saturday, October 16, 2010

Dr. Tan Shot Yen

Entry ini sudah ditulis lama, tapi terlupakan. Kasus Indomie bikin aku ingat tulisan ini.

Ibu aku menjalani operasi bypass jantung di Kuala Lumpur akhir tahun 2006. Sebenarnya hasilnya baik. Tapi ibu gak bisa mengontrol dietnya.
Juli 2009, Dr Soo: dokter jantung ibu di KL, menyarankan ibu pasang ring tambahan lagi di pembuluh jantungnya.
Saat itu memang ibu mudah sekali merasa lelah, gak fit dan tekanan darahnya tidak stabil.
Ibu bilang gak mau.

Awal Oktober ibu menjalani terapi EECP di klinik Dr Raymond Suwita, seorang kardiolog di Jakarta. Hasil treatment ini secara ‘fisik’ berhasil memperbaiki kualitas pembuluh darah, terbukti dari hasil foto terlihat banyak pembuluh darah disekitar jantung yang berfungsi kembali.
Tapi tetap saja ibu mudah merasa lelah dan tekanan darahnya tidak stabil.
Hasil test darah juga buruk : kolestrol tinggi, indikator-indikator untuk fungsi hati juga buruk.

Awal Januari 2010 kemarin, aku ajak ibu menemui Dr. Tan Shot Yen di Jakarta. Ini adalah titik balik bagi ibu dan keluarga kami memahami kesehatan dan pola hidup yang benar.

Saat ini, setelah ditangani Dr. Tan; ibu sangat sehat, fit, trengginas, dan indikator-indikator test laboratoriumnya sangat baik.

Tulisan tentang dr Tan Shot Yen pertama aku baca di kompas Oktober 2009. klik disini . Beliau menulis beberapa buku. Salah satunya : “Saya Pilih Sehat dan Sembuh” Transformasi Paradigma Mengobati Menjadi Menyembuhkan. Terbitan Dian rakyat.

Dr Tan meraih S1nya di Kedokteran Umum, kemudian melanjutkan S2 dan S3 di fakultas filsafat Driyakarya. Kepada pasien, dalam prakteknya Dr Tan lebih banyak memberikan pengetahuan tentang pola hidup yang sehat, pengetahuan tentang makanan, serta pengungkapan kembali hal-hal prinsip dalam menjaga keutuhan hidup. Mengajar kita berpikir kritis: tidak hanya sekedar "membereskan" gejala penyakit, tapi yang penting adalah mengetahui asal muasal penyakit dan mencegahnya.

Salah satu artikel tentang Dr. Tan klik disini.

Beberapa catatan yang aku dapat dari konsultasi dengan beliau : (setiap ketemu beliau aku selalu bawa catetan kayak kuliah, karena banyak sekali informasi yang didapat dan sumbernya: website, buku, dll)

Manusia bukan mobil.
Dr Tan mengkritik paradigma pengobatan medis modern yang tidak melihat manusia secara holistik, serta terlalu bersandar pada obat-obatan sebagai senjata utama meredakan gejala penyakit (belum tentu penyakitnya sembuh).
Ilmu kesehatan saat ini tidak luput dari cara pandang ilmu pasti. Segala sesuatu dipilah menjadi detail sekecil-kecilnya. Tubuh manusia pun dipandang sebagai pretelan suku cadang kendaraan yang terpisah dari alam pikir dan realita spiritualnya.
Pelayanan kesehatan (klinik, rumah sakit) saat ini lebih sebatas pada penanganan masalah gawat darurat.
Tubuh manusia memiliki kemampuan memperbaiki/menyembukan dirinya. Berbeda dengan mobil yang kudu didempul dan dicat ulang akibat dibaret, kulit manusia yang tergores bisa sembuh sendiri, tentunya dengan kondisi badan yang sehat.
Treating illness: First, by diet regimen. Second, by medicine. Lastly : with surgery
Modern physician had reversed the order of treatment.
(Hippocrates)
Anatomi Manusia vs Modernitas.
DNA manusia modern dengan manusia purba 99,99 adalah sama. Namun oleh perjalanan hidup dengan perubahan kebudayaan, terjadilah penyimpangan yang terutama mengenai makanan manusia dengan segala akibat yang ditimbulkannya.
Makanan natural dan utama manusia seharusnya seperti manusia-manusia primitif; yakni sayur, buah (sebaiknya mentah), kacang-kacangan serta daging hewan yang tumbuh alami.
Setelah manusia mengenal api, manusia mulai terbiasa memasak makanan yang berakibat hancurnya enzim2 dalam makanan.

Sebaiknya hindari daging sapi, karena sapi yang seharusnya makan rumput, saat ini makan pelet yang berasal dari hancuran tulang2 sapi, dll. Tidak heran muncul penyakit sapi gila, dll.

Juga hindari kedelai dalam bentuk tahu, susu kedelai, dll. Kecuali dalam bentuk tempe (aku lupa detailnya, tapi kira2 demikian: kedelai saat ini sudah mengalami rekayasa sedemikian rupa yang mengandung unsur yang memicu peningkatan hormon estrogen yang mengakibatkan kanker payudara. Namun ketika kedelai sudah mengalami fermentasi: dijadikan tempe, kandungan zat ini ternetralisir)

Makanan vs Dagangan
Bedakan ‘makanan’ dengan ‘dagangan’.
Sayur, buah, daging, kacang-kacangan dan telur dalam kondisi segar dan diolah dengan benar; adalah makanan. Tidak ada batas dalam mengkonsumsinya.
Mi instant, kripik kentang, roti, biskuit, sirop, dll adalah dagangan yang sebenarnya tidak diperlukan tubuh manusia. Meskipun dinyatakan ‘aman’ karena bahan pengawetnya dibawah ambang batas, bukan berarti bisa direkomendasikan sebagai makanan yang baik.
Aman bukan berarti boleh
.
Alasan kepraktisan dan ekonomis adalah slogan yang dikumandangkan para pedagang.

No Rice and Sugar. And Milk too!
Tolak nasi, gandum, serta bahan makanan berpati yang ber indek glecemic tinggi. Karbohidrat semacam ini akan memancing lonjakan insulin yang akan menekan kadar gula darah yang berujung mengubahnya menjadi lemak.
Kebutuhan karbohidrat bisa dipenuhi dari sayuran tertentu yang sebenarnya memiliki kandungan karbohidrat yang lebih baik.

Berbuka (puasa) dengan yang manis ? (*slogan iklan)....salah banget!!!
klik disini untuk penjelasannya.

Susu bukan konsumsi yang sehat untuk manusia paska usia balita. Hanya manusia lah satu-satunya mamalia yang masih minum susu setelah dewasa.
(Aku menemukan banyak website yang mengkonfirmasi bahwa susu memang bukan konsumsi untuk manusia. Setidaknya dapat dibuktikan bahwa tidak ada enzim di sistem pencernaan manusia dewasa yang berfungsi mencerna susu)

Secara umum, pengganti sepiring nasi (sumber karbohidrat) adalah :
1 ikat selada
1 buah timun

1 buahtomat

1 buah apel/pear

½ buah alpukat
2 butir putih telur rebus.

Sedangkan untuk lauknya (sumber protein dan lemak) bisa dengan ikan, ayam, jamur, dll yang dimasak dengan rebus, atau kukus.
Gorengan dan panggang sangat dilarang.

Selain perubahan paradigma ‘makanan’; untuk konsumsi ibu aku ditambah dengan tablet Salmon Omega 3, Q-10, vitamin E serta Vitamin C dosis tinggi.

Ditempat ruang tunggu dr Tan, kebanyakan pasien adalah penderita penyakit jantung (stroke, kolestrol,dll), diabetes, disfungsi hormon, autism,dll

Awalnya susah sekali bagi ibu untuk merubah pola makannya: tidak makan nasi, kecap, dll. Tapi setelah 3 bulan lebih, ibu bisa terbiasa.
Memang berat badannya turun drastis, tapi kondisi kesehatannya sangat baik.

Seorang kenalan, penderita diabetes dan obesitas parah. Beratnya 120 kg. kemana-mana kudu membawa alat injektor insulin yang secara otomatis menyuntikan insulin ke tubuhnya.
Ketika bertemu, Dr Tan meminta saat itu juga alat dilepas dan langsung menjalankan pola makan diatas.
2 bulan kemudian, beratnya bisa turun 20 kg dan sudah tidak memerlukan insulin lagi. Tubuhnya juga jauh lebih bugar.

Dr Tan Shot Yen berpraktek di kliniknya di sebelah Teraskota BSD City. Parktek dari jam 9 pagi sampai selesai. Penulis aktif di tabliod Nyata.

Aku juga menemukan beberapa buku dan artikel yang memiliki paradigma yang sama dengan Dr Tan. Antara lain Dr. Hiromi Shinya yang berasal dari Jepang. Sempat bikin draft reviewnya. Kalau sempat kapan2 di upload.

Dr. Tan ini sekilas galak banget. Tapi sebenarnya dia bermaksud agar pasiennyaserius dan gak 'slengek-an' (istilah beliau) hehe....

4 comments:

Arema said...

Very interesting reading!

k-hyee said...

apakah boleh tau dimana alamat Dt.Tan praktek? Thanks

Anonymous said...

favoritku juga nih dr tan. :) makasih udah sharing yaa mas!

agungmahariyadi@gmail.com said...

smoga manfaat