Pages

Tuesday, January 18, 2011

Mandala dan Adam

Penghentian operasional penerbangan Mandala seharusnya sudah dapat diduga.
Aku sudah menduga something not right ketika CEO-nya yg orang bule itu (*sapa tuh namanya…) mengundurkan diri tahun lalu, dan ketika jadwal penerbanganya acak-adul padahal sebelumnya selalu on schedule.
Belum lagi ketika Mandala malah ekspansi rute internasional padahal jumlah armadanya makin sedikit.

Di teve dan koran intens diberitakan situasi ini, juga tentang antrian calon penumpang yang ngamuk di kantor Mandala ngurus refund.

Jadi ingat pas Adam Air dulu.

Tapi situasi Mandala dan Adam Air beda.

Ketika Adam Air dinyatakan tidak beroperasi, banyak orang yang ‘nyukurin’ dan ‘nyorakin’. Mulai dari calon penumpang, travel agent, pengamat aviasi sampai ibu-ibu rumpi yang sebenarnya ga mudeng soal penerbangan.
Sampai hari ini pun kalau baca forum penerbangan, misal di Indoflyer.net, masih banyak yang ‘nimpukin’ Adam Air; dari sistem operasinya, pemiliknya yang gak profesional, kecelakaan2-nya….
Udah gitu, nimpuknya pake komentar2 judes, tiket2 hangus… (*kok gak ada yg nimpuk pake iPad ya…)

Tapi dalam kasus Mandala, hanya calon penumpang yang batal terbang saja yang nyolot, sementara kalangan umum dan pengamat aviasi banyak yang menyampaikan simpatinya dan komen2 yang mengharapkan Mandala bisa segera beroperasi kembali.

Gak ikut2 menjustifikasi sih…

Bagi aku Adam Air mempunyai kenangan sendiri.
Demikian pula Mandala yang saat ini no-ops. Dari pengalaman selama ini, terbang pake Mandala sangat okeh. Mulai dari sistem reservasi, skedul, pesawatnya, dll.
Mandala juga konsisten menerapkan prosedur dan ketentuan penerbangan. Selain AirAsia, di Indonesia baru Mandala yang berani menegur bahkan menurunkan penumpang yang masih menggunakan hp-nya dalam pesawat.
Sayang sekali bila perusahaan yang memilki kultur-perusahaan seperti itu tidak tertolong bangkit kembali.

Situasi Mandala juga bikin terminal 3 Cengkareng (salah satu terminal favorit aku) makin sepi, karena sekarang isinya hanya rute domestik AirAsia ke Yogya dan Denpasar saja.

Dari perbandingan dua kasus itu, sekali lagi aku diingatkan pentingnya kondite, reputasi, nama baik….

Setiap orang atau institusi bisa saja melakukan kesalahan. Sesuatu yang tak terelakan selama masih jadi manusia di atas bumi.
Tapi yang penting adalah bagaimana sikap setelah melakuan kesalahan itu: tetep ndableg atau berusaha memperbaiki kesalahan itu.

Mikirnya begini :
Kalau kehidupan memungkinkan aku melakukan kesalahan; maka kehidupan yang sama juga akan memungkinkan aku mengalami kegagalan, ketidak berdayaan, saat-saat dimana aku pathetically melolong: help me please!

Kalau selama ini aku ‘ndableg’ melakukan kesalahan yang sama, tentunya orang lain akan mikir panjang untuk memberikan pertolongan.
Sebaliknya kalau aku selama ini menunjukkan: disamping kesalahan yang aku lakukan aku juga (berusaha) memperbaikinya, tidak mengulanginya… (tidak sekedar minta maaf), pasti orang lain akan mengapresiasi itu.

Bukan tentang itung-itungan sebab-akibat, hukum karma, amal-dosa, dll…karena itu teritorinya Tuhan.
Tapi menunjukkan tanggung jawab melakoni hidup yang diberikan Tuhan.

Simpati saya untuk Mandala Airline. Semoga bisa terbang kembali.
Masih pengen nyobain rute Mandala CGK-SIN. Ahak….:D

(masih utang janji backpacking sama Yuda. Cuma masalahnya kira2 dia apa bisa diajak nginep di low-budget hostel. Kalau maunya kelas Hilton...wedew...!!!)

Masih ada di folder :

Flight Attendant Adam Air

Mama dan Adam Air

FA Mandala. Aku suka seragamnya :D

ini ceritanya motret Mandala dari dalam Mandala :D

1 comment:

Apisindica said...

underestimate deh! aku tuh nggak seribet itu kok. Emang sih belom pernah backpack tapi bukan berarti gak bisa. Nginep juga bisa dimana ajah.

Ayooo, ajakin aku!!! :)