20 Maret 2009
Trus nongkrong sebentar di Santichaiprakarn Park. Dalam perjalanan ke sana beli kopi panas di jalan. 10 bath. (IDR 3500)
Nonton kapal lalu lalang dan orang2 yang menghabiskan waktu di taman.
Dari situ jalan kaki ke arah dimana aku tadi melihat Kedutaan Republik Indonesia.
Tanpa nawar dan milih, lansung nunjuk satu paket durian yang ga terlalu banyak. 70 bath!
Dan saya salah! Karena saya mikir disini durian pasti enak semua.
Tepatnya salah milih! Durian yang saya beli masih rada mentah! Huek! Serasa makan styrofoam :D
Serasa aneh lewat kedutaan RI. Ada rasa bangga juga.
Di papan pengumuman yang ada di pinggir jalan di tempel pengumuman pemilu. (kok aneh!! emang penduduk Bangkok peduli pemilu Indonesia? kenapa ga ditempel "Visit Indonesia" atau info tentang Indonesia ???)
Ga jauh dari situ ada Platinum Fashion Mall, kayak Tanah Abang gitulah.
Muter2 ga jelas, ga beli apa2 sampai jam 1500 an.
Trus nyari taksi balik ke Khaosan lagi ambil tas, nyari taksi lagi untuk ke bandara Suvarnabhumi. Taksi + tol kira2 400 bath.
Bandara Suvarnabhumi penuh orang. Padahal kata resepsionis hotel dan beberapa orang yang aku tanya, saat ini untuk pariwisata di Bangkok sedang low-season.
Trus kayak apa ya kalau pas peak season? Kenapa ga nular ke Indonesia ya? Kenapa?
Dibandingkan dengan ketika arrival, saat itu lebih bisa menikmati bandara ini; seperti biasa bagian departure/keberangkatan biasanya lebih mewah dan menarik.
Sama dengan bandara Soekarno Hatta, bagian arivval dan departure terpisah. Penumpang kedatangan tidak bisa menikmati fasilitas toko dan resto keberangkatan.
Padahal kalau di KLIA – Malaysia, penumpang kedatangan bisa menikmati area keberangkatan. Check-point untuk security ada di pintu boarding-room.
Sempat makan sandwich di resto Volare. Ga enak! Mahal lagiii!
Pesawat AirAsia QZ 7717 terbang dan sampai CGK tepat waktu jam 2345, tapi antri imigrasinya lama karena bareng flight yang tiba dari Philipina.
Beberapa orang WN Philipina yang antri di depan aku lama di wawancara oleh petugas imigrasi, bahkan ada yang di bawa ke ruang imigrasi. Ada beberapa yang dicurigai ke Indonesia mau jadi TKP (Tenaga Kerja Philipina).
Giliran aku cepet, begitu gesek langsung di jedok-jedok. :) Clear jam 0030 an.
Karena penerbangan balik Yogya jam 6 pagi, malam itu begadang di bandara CGK.
Dari Yogya naik Prameks dari stasiun kereta Maguwo yang ada persis berhadapan dengan bandara Adisucipto. Tiketnya IDR 7.000. Sampai rumah jam 1000 an.
Epilog
Catatan perjalalan ini dibuat seminggu setelah perjalanan. Sekarang sudah mulai ngintip2 lagi route dan promo AirAsia dan airline lain. Sudah mengincar ke Tiruchirapali, India atau Dhaka, Bangladesh. Selangkah demi selangkah suatu saat aku pasti bisa nyampe ke kawasan Mediterania.
Perjalanan kali ini juga memberi pelajaran lain tentang makna integritas. Selain mengenal (sedikit) budaya Thailand, aku belajar mengenal situasi kehidupan yang bisa muncul dalam interaksi perjalanan seperti ini.
Seperti lagu Ariel ‘PeterPan’: “Tak Ada Yang Abadi”
Semua perjalanan, kehidupan, kebersamaan pasti ada akhirnya.
Namun ada pilihan dengan apa kita akan mengakhirinya dengan:
rasa syukur atau kekecewaan.
kejujuran atau kesewenangan.
kedamaian hati atau rasa bersalah yang abadi.
Nug, seorang teman merespon “the un-told story” dalam perjalanan ke Bangkok ini dengan lagu James Morison : Broken Strings.
Anyhow, perjalanan ini menjadi perjalanan yang pasti terkenang tapi juga ingin aku lupakan.
Oops…kayaknya Ho Chi Min - Vietnam menarik juga!