Pages

Tuesday, March 31, 2009

First Thai Part 4 (end) – Broken Strings

klik di sini untuk membaca bagian sebelumnya.

20 Maret 2009

Bangun pagi trus ngurus check-out hotel karena nanti malam sudah balik ke Jakarta. Tas ransel dititipkan di hotel. Bayar oy! 15 bath! (IDR 5 rebu)
Trus nongkrong sebentar di Santichaiprakarn Park. Dalam perjalanan ke sana beli kopi panas di jalan. 10 bath. (IDR 3500)
Nonton kapal lalu lalang dan orang2 yang menghabiskan waktu di taman.

Jam 0930an naik perahu lagi sampai Central Pier. Melewati banyak hotel2 bintang 5 yang masing2 punya dermaga dan perahu sendiri. Pada beberapa bagian, serasa di Venesia. Ahh..

Dari Central Pier naik BTS ke stasiun National Stadium. Tujuannya ke mall Siam Paragon. Sampai mall itu kira2 jam 100- an ternyata belum banyak toko yang buka. Sarapan berat di resto jepang, namanya lupa. Tapi resto ini punya jaringan dimana-mana.

Habis makan, cabut lagi naik tuktuk ke Soi Petchaburi. Tepatnya Soi Petchaburi 7. Menurut peta di sini ada masjid Darul Aman: ada teman yang mau ibadah sholat Jumat. Sambil menunggu, aku muter2 daerah yang sepintas kayak kampung Kauman di Solo. Banyak makanan berlabel halal. Kayaknya enak dan pasti murah Nyesel tadi makan di mall ga makan disini saja. Di depan Masjid ada yang jual roti bakar dan teh. Bosan dan cape muter2 mulu, aku duduk saja disitu nungguin sholat Jumat selesai.

Dari situ jalan kaki ke arah dimana aku tadi melihat Kedutaan Republik Indonesia.

Pas jalan, eh ketemu tukang durian. HORE!!!
Tanpa nawar dan milih, lansung nunjuk satu paket durian yang ga terlalu banyak. 70 bath!
Dan saya salah! Karena saya mikir disini durian pasti enak semua.
Tepatnya salah milih! Durian yang saya beli masih rada mentah! Huek! Serasa makan styrofoam :D

Serasa aneh lewat kedutaan RI. Ada rasa bangga juga.
Di papan pengumuman yang ada di pinggir jalan di tempel pengumuman pemilu. (kok aneh!! emang penduduk Bangkok peduli pemilu Indonesia? kenapa ga ditempel "Visit Indonesia" atau info tentang Indonesia ???)

Ga jauh dari situ ada Platinum Fashion Mall, kayak Tanah Abang gitulah.
Muter2 ga jelas, ga beli apa2 sampai jam 1500 an.

Trus nyari taksi balik ke Khaosan lagi ambil tas, nyari taksi lagi untuk ke bandara Suvarnabhumi. Taksi + tol kira2 400 bath.

Bandara Suvarnabhumi penuh orang. Padahal kata resepsionis hotel dan beberapa orang yang aku tanya, saat ini untuk pariwisata di Bangkok sedang low-season.
Trus kayak apa ya kalau pas peak season? Kenapa ga nular ke Indonesia ya? Kenapa?

Check-in dan imigrasi cepet banget.
Dibandingkan dengan ketika arrival, saat itu lebih bisa menikmati bandara ini; seperti biasa bagian departure/keberangkatan biasanya lebih mewah dan menarik.
Sama dengan bandara Soekarno Hatta, bagian arivval dan departure terpisah. Penumpang kedatangan tidak bisa menikmati fasilitas toko dan resto keberangkatan.

Padahal kalau di KLIA – Malaysia, penumpang kedatangan bisa menikmati area keberangkatan. Check-point untuk security ada di pintu boarding-room.


Tapi sekali lagi aku tetap lebih suka Changi!

Sempat makan sandwich di resto Volare. Ga enak! Mahal lagiii!

Pesawat AirAsia QZ 7717 terbang dan sampai CGK tepat waktu jam 2345, tapi antri imigrasinya lama karena bareng flight yang tiba dari Philipina.
Beberapa orang WN Philipina yang antri di depan aku lama di wawancara oleh petugas imigrasi, bahkan ada yang di bawa ke ruang imigrasi. Ada beberapa yang dicurigai ke Indonesia mau jadi TKP (Tenaga Kerja Philipina).
Giliran aku cepet, begitu gesek langsung di jedok-jedok. :) Clear jam 0030 an.

Karena penerbangan balik Yogya jam 6 pagi, malam itu begadang di bandara CGK.

Pesawat balik Yogyanya juga tepat waktu. AirAsia beregistrasi PK-AWC
Dari Yogya naik Prameks dari stasiun kereta Maguwo yang ada persis berhadapan dengan bandara Adisucipto. Tiketnya IDR 7.000. Sampai rumah jam 1000 an.

Epilog

Aku puas karena perjalanan ke Bangkok ini dari segi biaya dilakukan dengan dana minimal. Pengeluaran hanya untuk kebutuhan primer: hotel, transpor dan makan. Aku ga beli souvenir atau barang lain. Kalau dihitung2 total biaya perjalanan aku tidak lebih dari 1,6 juta rupiah.

Catatan perjalalan ini dibuat seminggu setelah perjalanan. Sekarang sudah mulai ngintip2 lagi route dan promo AirAsia dan airline lain. Sudah mengincar ke Tiruchirapali, India atau Dhaka, Bangladesh. Selangkah demi selangkah suatu saat aku pasti bisa nyampe ke kawasan Mediterania.

Perjalanan kali ini juga memberi pelajaran lain tentang makna integritas. Selain mengenal (sedikit) budaya Thailand, aku belajar mengenal situasi kehidupan yang bisa muncul dalam interaksi perjalanan seperti ini.

Seperti lagu Ariel ‘PeterPan’: “Tak Ada Yang Abadi”
Semua perjalanan, kehidupan, kebersamaan pasti ada akhirnya.
Namun ada pilihan dengan apa kita akan mengakhirinya dengan:

rasa syukur atau kekecewaan.
kejujuran atau kesewenangan.
kedamaian hati atau rasa bersalah yang abadi.

Nug, seorang teman merespon “the un-told story” dalam perjalanan ke Bangkok ini dengan lagu James Morison : Broken Strings.

Anyhow, perjalanan ini menjadi perjalanan yang pasti terkenang tapi juga ingin aku lupakan.



Oops…kayaknya Ho Chi Min - Vietnam menarik juga!

1 comment:

hermastuti said...

Hai...
kenapa ngga coba ke china? lebih menantang & tempatnya dijamin lebih unik & keren. Vietnam sih ngga jauh beda kayak kota2 kecil di jawa thn 70/80-an. Ayo liat blog saya ya, semoga bisa ngompor2in kamu ;)

cheers!