Pages

Sunday, March 29, 2009

First Thai Part 2 – What Wat ?

Klik sini untuk membaca bagian sebelumnya.

18Maret 2009

Pilihan makan pagi di hotel Take A Nap cuma ada roti tawar, sosis, telur mata sapi, hash brown, kopi, teh, dan buah jeruk.

Pagi ini memang mau pindah hotel di kawasan Khaosan: the backpacker country. Naik taxi berwarna pink sekitar 70 bath ( IDR 25 rebu)

Dapet penginapan di Rambuttri Vilage Inn yang terletak di Rambuttri Soi. Tarifnya 400 bath semalam (IDR 140 rebu) tanpa makan pagi. Hotelnya bersih.

Sempat salah kamar: dengan cuek masuk kamar yang ada cewek bulenya…hihihi memalukan!

Area Rambuttri Soi dijejali penginapan dan resto kayak Kuta Bali. Jalan kaki sekitar 400 meter sampai ke Phrasumain Fortress, semacam benteng kecil yang terletak di Santichaiprakarn Park: taman yang tenang untuk duduk bengong sendiri.

Taman ini terletak persis dipinggir sungai Chao Praya. Disitu terdapat pier (dermaga) no 13 : Phra Athit. Dikenal juga sebagai Banglumpoo Pier.

Selain penduduk lokal, banyak turis bule celingak-celinguk mau naik kapal.

Ga ada loket tiket. Yang ada hanya 2 mbak-mbak yang duduk berhadapan meja kecil, kayak jualan lotre.

Dari dermaga ini naik perahu ke dermaga no 9 Thang Chang Pier yang terletak dibelakang Grand Palace dengan ongkos 13 bath (IDR 4500).

Ga usah kuatir disuruh megang dayung, ini perahu motor.

Disepanjang sungai Chao Praya terlihat beberapa Wat-Wat yang bertebaran yang keliatan dari bentuk dan warna emas pada atapnya.

Suasana Grand Palace dari luar persis suasana benteng keraton Yogya: dikelilingi tembok benteng tinggi warna putih minus poster caleg. Trus perimeternya bersih dari warung tenda a.k.a. penjual pecel lele dan es kelapa muda.

Tiket masuk Grand Palace 350 bath (kalau ga salah ingat).

Suasana di dalamnya juga ga beda masuk Kraton Yogya atau Solo: elegan dan historikal.

Yang berkesan adalah secara tempat ini juga banyak terdapat altar Budha, banyak pengunjung yang berdoa dan menghaturkan sembah.

Sebuah kombinasi yang disajikan simbiosis : tujuan wisata dan tempat ibadah.

Dari wajah para turis kelihatan sekali antusiasme menyelusuri, memotret dan meresapi suasana yang ada.

Bosan ngiderin Grand Palace, penjelajahan dilanjutkan ke Wat Pho: the Reclining Budha, yang terletak disisi tenggara kompleks Grand Palace. Mungkin karena sudah terlalu sering baca trip report, liat foto, dll; liat patung Budha tiduran ini kok rasanya biasa2 saja.

Skala dan suasananya gak berhasil bikin saya nganga :D

Dari situ jalan kaki nyambung ke Museum of Siam: The Discovery Museum.

Wahana ini sebenarnya lebih rewarding: bertutur tentang anthropologi bangsa Thailand: sejak masa mitologis bangsa Thai, tipologi kehidupan modern saat ini, hingga visi bangsa Thailand di masa yang akan datang. Terbagi dalam 17 area-ruang.

Tapi mungkin karena sudah jenuh jadi tidak bisa menikmati presentasi yang ada. Padahal teknik presentasinya matang dan multi format: ng-arsitek banget!! didukung sistem pencahayaan yang detail.

Sayang lay-out nya agak rumit: dari lantai satu, langsung ke lantai tiga baru balik lantai 2. Anyhow, ini museum kelas dunia!

Staff museum juga sangat atentif; waktu liat saya celingukan bingung, mereka langsung menawarkan bantuan. Sempat nyrocos pake bahasa Thai, ketika melihat aku nyengir barulah mereka ngomong pake enggres. Hehe.

Diakhir presentasi, kita bisa menulis pesan+kesan bagi pemerintah Thai yang ditampilan secara multi media.

Aku menulis : work hand in hand with Indonesia for a better world :)

Keluar dari situ, aku liat sudah jam 1400 an, trus naik taksi ke Vimanmek Mansion : istana kayu yang pernah dihuni Sri Rama V : salah satu raja thailand yang paling banyak berkunjung ke keluar negeri dan membawa masuk budaya barat ke Thailand. Masuknya pake tiket masuk Grand Palace yang tadi.

Untuk masuk istana ini, pengunjung harus melepas sepatu, dilarang bawa tas, kamera, senjata tajam, cat..apalagi linggis. Hahahaha.

Istananya sangat amat keren banget. Aku jadi berkhayal tinggal di istana kayu-yang-besar-berasitektur-kolonial-dibangun-dengan-hati -penuh-romansa-masa-lalu-trus-terlibat-asmara-dengan-seorang-bangsawan :D

Keluar dari kompleks istana sekitar jam 1610 an. Lapar Jo!: sejak sarapan belum makan lagi. Naik taksi ke MBK: mall buat emak2 asal Indonesia belanja di Bangkok. Aku sih tujuan utama cuma mau makan.

Jauh2 ke bangkok, milihnya balik2 ke McDonald lagi :) Big Mac lagi! Yang banyak kentang dan coca colanya bisa buat mandi saking banyaknya :)

Di MBK muter2 sampai jam 1900-an. Masuk ke toko buku Kinokuniya yang kebanyakan bukunya beraksara Thai. Aku sempat search “Laskar Pelangi” komputer katalog. Ternyata ada! Waw!

Sebelum pulang nonton thai-boxing yang digelar dipinggir jalan. Cuma sebentar. Ga demen yang kayak gini!

Dari sini naik BTS turun di stasiun Saphan Taksin, trus jalan ke dermaga no 1: Central Pier. Maksud hati naik kapal menyusuri sungai Chao Praya malam hari liat Wat Arun yang katanya keliatan grandious disinari lampu.

Pas naik, kok kapalnya cuma nyebrang sungai trus penumpang di suruh turun semua.

Ternyata ini kapal terakhir, dan hanya nyebrang satu dermaga. Halah! Bikin kagol! Malah merasa kayak terdampar di antah berantah.

Nyerah, akhirnya naik taksi ke Khaosan, menikmati denyut semangat backpaker dari penjuru dunia.

Mondar-mandir di Khaosan dari ujung ke ujung kayak seterikaan.

Makan pad thai (kwetiaw goreng thailand) seharga 25 bath (IDR 7.000) ditambah air mineral 7 bath (IDR 2500). Kenyang!

Pengen beli duren tapi kok ga ada yang jual? Mungkin sudah habis dikirim ke Indonesia kabeh.

Liat orang mabok, anak gajah ngamen, dagangan kaki lima sepanjang jalan…

Blusak-blusuk toko buku bekas. Ada buku Lonely Planet Thailand. Jatuhnya cuma IDR 100 ribuan. Murah. Pengen buanget beli tapi sayang duit. Besoknya sempat balik ke toko itu lagi, megang2 bukunya sambil mikir; tapi tetap akhirnya ga beli juga.

Ehm…kok gak lihat rahib ya? Kok ga nemu orang jual Tom Yam? Ternyata suasana kota persis dengan Jakarta: macet.

Sampai akhirnya malem balik hotel masih ga nemu duren. Aiyoooh!


bersambung ke : First Thai Part 3 – Train Trip Trick

1 comment:

Floria said...

Catatan yang ringan dan menarik. Bravo untuk foto fortress-nya. Saya udah berkali-kali duduk-duduk di situ, siang dan malam, tp gak pernah lihat yang sebagus gambar sampean.