Posting ini didedikasikan bagi sahabat saya, Penjelajah Langit: cewek tangguh yang suka travelling dan nonton world cup, yang sedang bingung karena kucingnya hilang, punya blog keren, tapi juga suka baca blog ini :)
Jam 10 pagi.
Aku di warung sedang menyiapkan faktur pengiriman barang. Tiba-tiba terdengar decit keras suara ban direm…. Chiiiiiiiiiit…*DUBRAAKKK!!
Perempatan jalan di depan warung memang selalu ramai lalu lintas. Gak ada lampu merahnya.
Mangkanya lumayan sering terjadi kecelakaan.
Mangkanya gak tertarik nonton. Sudah biasa!
Tapi 3 detik kemudian aku lari keluar karena suara orang banyak yang berteriak-teriak panik.
Aku lihat di luar penuh orang. Ada sebuah mobil L300 warna biru tua.
Ban depan dan belakang sebelah kanan nangkring naik ke pembatas jalan. Jalan aspal di belakang mobil terdapat bekas benda terseret sejauh 10 meter.
Mobil itu menabrak tiang tanda lalu lintas sampai bengkok.
Di bagian kiri depan ada sebuah sepeda yang separonya berada di bawah mobil.
Tapi yang paling horor: diantara dua ban belakang terlihat sesosok tubuh diam dalam posisi meringkuk.
Orang-orang segera berusaha mengeluarkan tubuh itu.
Aku membayangkan mungkin ada bagian tubuhnya yang terlindas, dan akan ada darah dimana-mana. Ya Tuhan….
Jam 10 pagi.
Aku di warung sedang menyiapkan faktur pengiriman barang. Tiba-tiba terdengar decit keras suara ban direm…. Chiiiiiiiiiit…*DUBRAAKKK!!
Perempatan jalan di depan warung memang selalu ramai lalu lintas. Gak ada lampu merahnya.
Mangkanya lumayan sering terjadi kecelakaan.
Mangkanya gak tertarik nonton. Sudah biasa!
Tapi 3 detik kemudian aku lari keluar karena suara orang banyak yang berteriak-teriak panik.
Aku lihat di luar penuh orang. Ada sebuah mobil L300 warna biru tua.
Ban depan dan belakang sebelah kanan nangkring naik ke pembatas jalan. Jalan aspal di belakang mobil terdapat bekas benda terseret sejauh 10 meter.
Mobil itu menabrak tiang tanda lalu lintas sampai bengkok.
Di bagian kiri depan ada sebuah sepeda yang separonya berada di bawah mobil.
Tapi yang paling horor: diantara dua ban belakang terlihat sesosok tubuh diam dalam posisi meringkuk.
Orang-orang segera berusaha mengeluarkan tubuh itu.
Aku membayangkan mungkin ada bagian tubuhnya yang terlindas, dan akan ada darah dimana-mana. Ya Tuhan….
Meski kolong mobil sudah agak tinggi karena 2 ban mobil sebelah kanan naik ke pembatas jalan, namun tetap saja orang-orang kesulitan mengeluarkan korban.
Akhirnya beberapa orang bersama-sama mengangkat mobil agar korban bisa ditarik keluar.
Korban ternyata masih abege. Usia 18-an.
Pingsan. Tentu saja.
Tapi masih hidup. Syukurlah!!
Herannya: gak ada luka parah.
Hanya luka baret di kening kiri dan lengan kanan. Itupun gak sampai berdarah-darah.
Korban langsung dibawa ke rumah sakit.
Seharian itu aku sibuk, jadi gak sempat apdet situasi selanjutnya.
Sorenya mas Teguh, pengemudi beca depan warung bercerita: si korban di bawa ke rumah sakit, sebentar kemudian siuman, shock namun hanya pegal-pegal dibadan.
Dokter juga tidak menemukan simptom gegar otak.
Luka-luka baret hanya diberi betadine. Siang itu langsung pulang ke rumahnya.
Syukurlah! Banyak orang sudah menduga korban akan tewas.
Kata si mas Teguh lagi: ibu dan bapak anak itu seneng banget dan menganggap ini ‘nyawa balen’ (kematian yg secara ajaib bisa terhindarkan). Aku ikut lega dan bersyukur.
Petang hari itu trending topic di lingkungan kami adalah korban tabrakan yang bisa lolos dari maut. Dibahas mulai dari kronologi, hingga bagaimana beruntungnya si anak itu bisa selamat dengan hanya luka kecil.
Banyak yang menganggap ini mujizat. Termasuk aku.
...........
Esoknya, dengan muka datar mas Teguh cerita lagi: malam hari itu, si anak mengeluh ulu hatinya gak enak.
Oleh bapak ibunya segera dibawa ke rumah sakit.
Belum sampai rumah sakit, anak itu meninggal. …..
Akhirnya beberapa orang bersama-sama mengangkat mobil agar korban bisa ditarik keluar.
Korban ternyata masih abege. Usia 18-an.
Pingsan. Tentu saja.
Tapi masih hidup. Syukurlah!!
Herannya: gak ada luka parah.
Hanya luka baret di kening kiri dan lengan kanan. Itupun gak sampai berdarah-darah.
Korban langsung dibawa ke rumah sakit.
Seharian itu aku sibuk, jadi gak sempat apdet situasi selanjutnya.
Sorenya mas Teguh, pengemudi beca depan warung bercerita: si korban di bawa ke rumah sakit, sebentar kemudian siuman, shock namun hanya pegal-pegal dibadan.
Dokter juga tidak menemukan simptom gegar otak.
Luka-luka baret hanya diberi betadine. Siang itu langsung pulang ke rumahnya.
Syukurlah! Banyak orang sudah menduga korban akan tewas.
Kata si mas Teguh lagi: ibu dan bapak anak itu seneng banget dan menganggap ini ‘nyawa balen’ (kematian yg secara ajaib bisa terhindarkan). Aku ikut lega dan bersyukur.
Petang hari itu trending topic di lingkungan kami adalah korban tabrakan yang bisa lolos dari maut. Dibahas mulai dari kronologi, hingga bagaimana beruntungnya si anak itu bisa selamat dengan hanya luka kecil.
Banyak yang menganggap ini mujizat. Termasuk aku.
...........
Esoknya, dengan muka datar mas Teguh cerita lagi: malam hari itu, si anak mengeluh ulu hatinya gak enak.
Oleh bapak ibunya segera dibawa ke rumah sakit.
Belum sampai rumah sakit, anak itu meninggal. …..
Semalam aku ngomel kejadian ini sama Agil.
Ini dagelan kehidupan yang sangat amat tidak lucu. sungutku
Semua orang sudah terlanjur happy dan bersyukur karena anak itu selamat.
Eh kok malamnya meninggal juga! Betapa mengecewakannya......
Bukan berarti aku lebih senang anak itu langsung tewas di tempat. Tapi kalau akhirnya tewas juga, apa bedanya ditunda beberapa jam. Bukankah itu membuat kecewa karena terlanjur senang melihat anak itu selamat.
Jangankan keluarganya. Aku saja kecewa.
Rick Warren, penulis buku Purpose Driven Life pasti berkata, “oh itu pasti karena Tuhan punya tujuan….”
Riza apoteker penganut predestinasi itu pasti sms, “wis nasib-e mas….wkwkwkwkw”
Huh….
Namun, akhirnya aku dan Agil sepakat :
Bagi anak itu, mungkin gak ada bedanya tewas langsung atau tertunda beberapa jam. Ga ada tujuan atau manfaat baginya secara pribadi.
Tapi bagi orang tua dan keluarganya; itu sangat berarti. Bahkan mereka pasti bersedia membayar apabila perpanjangan hidup itu dikenakan biaya. Karena anak itu pasti sangat berharga bagi mereka.
Layaknya pertandingan sepak bola ‘world cup’ sekarang ini, perpanjangan waktu main 10 menit pun pasti akan sangat berharga. Mungkin bisa tercipta satu gol tambahan lagi.
Lanjut lagi: kalau tambahan hidup yang hanya beberapa jam itu sangat berharga….apalagi kalau aku sampai diberi kesempatan hidup lebih panjang; entah itu 3 bulan, 5 tahun, 12 tahun, 30 tahun, 49 tahun, atau mungkin bahkan 93 tahun lagi….pasti luar biasa tak ternilai.
WaaaAhhhh…
(*ngaku tidak pintar memanfaatkan waktu dalam hidup)
Ini dagelan kehidupan yang sangat amat tidak lucu. sungutku
Semua orang sudah terlanjur happy dan bersyukur karena anak itu selamat.
Eh kok malamnya meninggal juga! Betapa mengecewakannya......
Bukan berarti aku lebih senang anak itu langsung tewas di tempat. Tapi kalau akhirnya tewas juga, apa bedanya ditunda beberapa jam. Bukankah itu membuat kecewa karena terlanjur senang melihat anak itu selamat.
Jangankan keluarganya. Aku saja kecewa.
Rick Warren, penulis buku Purpose Driven Life pasti berkata, “oh itu pasti karena Tuhan punya tujuan….”
Riza apoteker penganut predestinasi itu pasti sms, “wis nasib-e mas….wkwkwkwkw”
Huh….
Namun, akhirnya aku dan Agil sepakat :
Bagi anak itu, mungkin gak ada bedanya tewas langsung atau tertunda beberapa jam. Ga ada tujuan atau manfaat baginya secara pribadi.
Tapi bagi orang tua dan keluarganya; itu sangat berarti. Bahkan mereka pasti bersedia membayar apabila perpanjangan hidup itu dikenakan biaya. Karena anak itu pasti sangat berharga bagi mereka.
Layaknya pertandingan sepak bola ‘world cup’ sekarang ini, perpanjangan waktu main 10 menit pun pasti akan sangat berharga. Mungkin bisa tercipta satu gol tambahan lagi.
Lanjut lagi: kalau tambahan hidup yang hanya beberapa jam itu sangat berharga….apalagi kalau aku sampai diberi kesempatan hidup lebih panjang; entah itu 3 bulan, 5 tahun, 12 tahun, 30 tahun, 49 tahun, atau mungkin bahkan 93 tahun lagi….pasti luar biasa tak ternilai.
WaaaAhhhh…
(*ngaku tidak pintar memanfaatkan waktu dalam hidup)
2 comments:
suka banget sama tulisan ini....
Kl ada tanda like seperti di FB, aku klik dech....
Semua hal yg terjadi pasti ada alasannya. Bila sianak lgs meninggal. Tentu si pengemudi akan dikroyok massa. Bisa jd saat itu Tuhan sedang menyelamatkan sipengemudi....only God know the answer...
Post a Comment