Pages

Wednesday, July 21, 2010

Stress Meter

Posting kali ini didedikasikan untuk Christin, seorang JS-er yang konon melahap habis blog ini dalam 3 hari.
Christin adalah cake-maker. Kualitasnya pasti terjamin, secara dia anggota milis Jalan Sutra. Silahkan yang mau pesen roti bisa klik di sini atau lewat saya dengan tambahan harga 15%. Hehe…

Kenal Christin akhir Juni kemarin, pas sedang stress mode-on.

Tumpukan pekerjaan, akumulasi permasalahan gawean, ulah teman kerja, kurang tidur, ditambah kejenuhan hasilnya adalah stresssssss luar biasa. Depresi lebih tepatnya.

Saat sedang stress parah biasanya aku jadi cranky atau berusaha ngobrolin masalah dengan seseorang. Biasanya itu bisa mengurangi level stress. Tapi mungkin karena ini sudah depresi, jadinya malah dipendam sendiri.
Padahal hampir setiap malam habis tutup warung, ada saja teman yang ngajak keluar. (*sampai merasa kayak digilir. Hahaha)

Hanya si Ridho dukun-bercelana-batik itu yang sms : mas, kamu kenapa?

Jadilah aku selama beberapa hari cuma diam menggarami hati.

Suatu malam pas saat teduh, aku bertanya sama Tuhan: aku musti bagaimana.

Aku buka Alkitab langsung nemu Mazmur 34 yang berhasil mendiskon stress separo harga: 50% stress bablas ilang.
Tapi karena tetap saja ada masalah yang kudu digarap dan diselesaikan, rasanya masih galau.

Esoknya, ditengah rasa galau dan pengapnya pikiran; tiba-tiba selayalnya dapat wangsit, aku ingat situasi semasa masih kuliah di FT Arsitektur dulu.

Selama beberapa semester, di setiap hari Jumat ada mata kuliah bernama Program Profesional.
Ini adalah program studio di kampus untuk bikin gambar, dll dari jam 13.30 sampai jam 17.30 (selama 4 jam)

Dan selalu saja situasi di bawah ini terjadi.

Dosen atau asistennya akan memberikan assignment, misal: bikin desain kantor kecamatan. Biasanya berlangsung sekitar 20 menit.

Namun alih-alih langsung ngerjain tugas, rata-rata kami malah melakukan hal-hal yang tidak penting: makan ke kantin, merokok dulu, ngobrol ke ruang KM, ngobrol, rapat panitia gak jelas, bahkan ada yang pulang ke kost di jalan parangtritis ambil kertas atau pensil warna yg ketinggalan…

Rata-rata 1 s/d 1,5 jam kemudian baru pada mulai bikin konsep, gambar, dll.
Setengah jam kemudian ruang akan sepi… karena semua stress kuatir tidak bisa menyelesaikan tugas; menyesal kenapa makan di kantinnya terlalu lama, kenapa tadi pulang ke kost malah nggosip sama ibu kost, kenapa tadi malah mainan sama kucing tetangga…

Kalau di jidat kami masing-masing dipasang stress-meter, pasti semua di titik maksimal, indikator lampu dan sirine akan meraung-raung kayak ambulan yang membawa ibu yang mau melahirkan.


Tingkat stress ini terus meningkat hingga jam 17.15 sore; 15 menit sebelum tugas kudu dikumpulan.

Tepat jam 17.20 sore (waktu tinggal 10 menit). Ruang studio akan kembali gaduh, semua tertawa-tawa, jalan2 liat hasil kerja orang lain…. Mulai berbenah….

Stress-meter nya NOL!
Semua merasa lega. Tanpa beban.

Apakah tugas sudah selesai sempurna?

Belum! Belum banget!

Tapi kenapa kok malah stressnya ilang?

Kami pernah membicarakan fenomena ini. Kenapa rasa stress ilang justru ketika waktu tinggal beberapa menit, padahal tugas belum selesai.

Semua sepakat, karena sudah gak ada harapan tugas akan selesai. Sudah tidak ada lagi upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan gambar denah, gambat tampak bangunan, apalagi bikin perspektif dan mewarnainya….

Artinya: kami stress justru karena sebenarnya sadar masih ada cukup waktu untuk menyelesaikan tugas. Tentunya dengan kondisi fokus mengerjakan tugas dan tidak membuang-buang waktu untuk urusan lain yang tidak penting.

Ingat hal itu, langsung stress meter aku turun sampai hanya 10%
Aku tahu masih kudu menyelesaikan masalah, tapi rasanya lega menyadari rasa stress beberapa hari ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih cukup waktu dan cara untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah yang aku hadapi. ……asaaaaal gak terus bolak-balik "ke kantin" lagi.

HORE!!!! Lega banget!

ke kantin dulu ah!, kata Didot: tahu gorengnya baru mateng….. (*ga kapok mode on)

-----------


Share anekdot yang baru saja bikin aku ngakak gak berhenti.

3 pemuda : Aki, Oki dan Uki berhasil membebaskan jin yang terperangkap disebuah lampu ajaib.
Seperti biasa, si Jin mengabulkan permintaan masing-masing 3 orang tersebut.

Aki minta terkunci disebuah gua selama 10 tahun dengan ditemani 50 wanita cantik, seksi dan mencintai Aki. Jleb! Terkabul!

Oki minta terkunci disebuah gua selama 10 tahun dengan ribuan botol minuman beralkohol berkualitas tinggi. Jleb! Terkabul!

Uki minta terkunci disebuah gua selama 10 tahun dengan ribuan batang aneka rokok dan cerutu berkualitas terbaik. Jleb! Terkabul!

10 tahun kemudian…. Jin kembali untuk membuka masing-masing gua ketiga orang tersebut.

Aki merangkak keluar dengan badan kurus kering, lemas kehabisan tenaga melayani 50 wanita cantik yang mencintainya. Belum genap 2 meter, Aki rebah dan mati.

Oki keluar dengan perut yang membuncit, mabok berat dan sinting kebanyakan minuman keras. Sempoyongan 10 langkah ambruk dan mati.

Uki keluar gua segar bugar, mukanya merah emosional, tangan berkacak dipinggang, marah luar biasa dan langsung berteriak “JIN GUOBLOK!!! Koreknya mana????!!!!!!

Hahahahaha……..
HAHHAHAHAHA……………..

3 comments:

BaS said...

hahahaha.....kocak!

Christin said...

aku link yach blognya...tq...

andro_danish said...

ahahahahaha....