Pages

Tuesday, July 27, 2010

Jack

Posting kali ini didedikasikan untuk Nisa Harahap yang tinggal di Rantauprapat, Sumatera Utara.
Kenal di facebook setelah dia baca blog ini. Dari status-statusnya di fb keliatan anak pintar, masih SMU, bercita-cita melanjutkan ke fakultas psikologi setelah lulus nanti. Amin deh!

---

Di beberapa negara asia timur: China, Taiwan, dan Jepang; saat ini sedang aktual dengan berita tentang seorang yang dijuluki ‘brother sharp’ : seorang gelandangan di China yang fotonya diunggah di internet.
Meskipun ‘brother sharp’ ini sinting, namun memiliki selera fashion yang luar biasa modis. Dia dengan sangat kreatif memadu padankan jaket, gaun, payung, sepatu, dll menjadi sophisticated attire hingga membuat orang-orang kagum dan menanti-nantikan penampilan modis berikutnya. Bahkan beberapa orang membandingkannya dengan peragawan yang menampilan pakaian designer ternama. Google saja ‘brother sharp’. Bahkan ada page facebook untuk gelandangan satu ini.




Aku jadi pengen nulis tentang seorang yang tiap petang nongol di depan warung.

Aku gak tahu nama, asalnya, usianya dll. Jadi sebut saja Jack.

Tingginya sekitar 165 cm, item, kurus, kumisan. Usianya sekitar akhir 30 atau awal 40. Pakainya selalu sama: kemeja hijau hansip lengan panjang, celana gelap, sepatu, rompi dan topi pet.
Dekil bukan main.

Yang jelas Jack ini gelandangan yang secara klinis mustinya masuk rumah sakit jiwa.

Seingat aku, Jack mulai terlihat setahun ini.
Suka nonton televisi di depan warung sambil ngomong sendiri, nyanyi, atau marah-marah entah kepada siapa.

Awalnya terus terang aku rada serem. Tapi siapa yang ga takut ketemu manusia kayak si Jack. Gimana coba kalau tiba-tiba dia ngamuk bawa batu bata atau pentungan…
Jadi kalau dia nongkrong di depan warung, aku berusaha menghindar. Setidaknya jangan sampai bertatapan.

Warung aku PancaMurah biasanya tutup jam 8 malam. Kadang molor karena nungguin mobil delivery balik, dll
Aku melihat bahwa ternyata setelah jam 8 malam biasanya malah banyak pembeli, jadi 3 bulan yang lalu aku memutuskan memperpanjang jam buka warung sampai jam 9 malam.
Karena OneOne; warung aku yang disebelah tetap tutup jam 8, semua staff Panca Murah aku suruh pulang jam 8 malam juga. Aku jaga warung Panca Murah sendiri. Kalau sampai kewalahan melayani konsumen, toh aku bisa minta mama bantu di kasir.

Mulailah si Jack ngajak ngobrol dan bertanya,

‘bos, hari ini laku berapa?’
‘bos, semua aman khan!’
‘bos kok sendirian…’
‘bos, temennya mana’

Awalnya aku cuekin…. Serem oy!

Tapi karena dia tanya baik-baik, aku jawab seperlunya

‘ya lumayanlah..’
‘mas suyar sudah pulang!’

Trus dia selalu nyambung,

‘kok belum tutup bos?... tapi gak apa-apa…saya temani sampai tutup nanti’
tenang bos! Gak usah takut! Saya akan bantu jaga…’

Kemudian dia jongkok nonton teve, atau berdiri menghadap jalan, ngakak sendiri, ngomong sendiri, misuh-i (*memaki) pengendara motor yang lewat…tergantung mood-nya hari itu.

Kalau aku sedang di dalam warung trus ada orang datang parkir sepeda motor, dia teriak,

‘bossss! Ada pembeli ini!...’
‘yak! Masuk saja…masuk saja!’ mempersilahkan orang masuk warung
(*padahal mungkin malah bikin calon pembeli ketakutan. Hehe)

Pernah sekali dia malu-malu minta duit, ‘bos ada seribu…..buat beli minum bos!’

Setelah itu, kadang saya memberinya makanan atau uang seribu-dua ribu. Gak tiap hari, paling 2-3 hari sekali.
Setiap diberi uang, dia langsung ke warung, balik dengan membawa sekantong es teh komplit sedotan, dia teriak,

‘bos, ini minumnya…bos mau gak?’

Bahkan kadang meski bukan uang pemberian aku, dan aku ada di dalam warung… di luar dia berteriak nawarin minumnya….

‘bos..ini es tehnya…mau minum gak?...kalau gak mau saya minum dulu ya…’

Kalau dia bosen nonton teve, dia pamit,

‘bos, saya mau kesana dulu…nanti saya kembali kesini…saya temani jaga bos!’

tumben tadi dia nongol agak sore, aku motret dari belakang diam-diam

----

Saat ini definisi ‘teman’, ‘sahabat’, etc menjadi sangat luas, majemuk dan semu.
Seseorang bisa punya ratusan or ribuan ‘teman’ di facebook tanpa pernah bertemu dan berinteraksi.
Sebaliknya gak aneh seseorang berkata, ‘aku khan temanmu’ hanya untuk justifikasi keberadaanya sebagai tukang porot.

Sulit mendefinisikan siapakah Jack: orang gila, gelandangan atau bahkan malaikat; tapi jelas kehadirannya menyentuh hangat hati. Ketika jaga warung sendirian malam-malam, aku merasa tidak sendiri. Aku punya teman.

Di tengah dunia yang batas kewarasan sudah hilang, keberadaanya membantu aku bertahan menjadi orang yang waras.

You see…betapa kayanya hidup aku ini!
(*mikir: apa yaaa... yang bisa dilakukan untuk Jack…)

2 comments:

Christin said...

Dari kemarin berpikir untuk menulis soal "kaya".....jaman sekarang "kaya" dinilai dari status ekonomi....tapi ternyata tidak semua seperti itu....i like this hehehe

andro_danish said...

aku jadi inget waktu di kerjaan kemarin, aku ngobrol dengan para tukang di jam istirahat..
lalu salah satu teman sekerja lewat dan bilang "ih, kok danish nongkrongnya sama mamang2 *tukangnya sunda semua*.."
dan aku pikir, memangnya kenapa?? kan mereka manusia juga.. *kesel sendiri jadinya*
:)
nice post...
salam kenal..