Tulisan di blog Christin tentang seorang temannya, pas banget dengan apa yang aku renungkan beberapa hari ini. Judul tulisannya :
Sure, orang berubah fisiknya karena bertambahnya umur, seseorang makin bijak dan pintar karena pengalaman hidup, seseorang baik-baik (terpaksa) jadi kriminal untuk mempertahankan hidupnya, dsbnya.
Kehidupan seseorang juga berubah. Socially and economically.
Peningkatan taraf hidup bisa saja diikuti kesibukan dan stress berat yang membuat seseorang jadi lebih mudah marah dan gak punya banyak waktu.
Meski demikian, pada beberapa teman; aku tetap masih bisa merasakan kehangatan, kerendahan hati dan kesederhanaan kebersamaan kami.
Namun ada beberapa teman lain yang karakternya berubah bahkan seolah ganti DNA.
Menyebalkan sekali melihat seseorang yang awalnya memiliki karakter rendah hati, sabar, tekun, sederhana, bahagia, penuh syukur pada Tuhan; berubah karakternya (hanya) karena taraf hidupnya meningkat.
Beberapa symptom or syndrome yang aku perhatikan:
Over pride
Harga diri jadi super duper tinggi.
Jaga sikap. Jaga Image.
Aku gak bisa sembarangan berteman, aku khan kudu menjaga nama baik instansi, keluarga, almamater, kampung, ibu kost, agama, bangsa dan negaraku… katanya.
Anti dicela.
Kritik is bacok!
Previlege is a must!
Seorang teman menolak sebuah taksi karena supir taksinya tidak membukakan pintu untuknya.
God is “Great”
Seorang teman bilang : Tuhan itu hebat ya, SAYA bisa beli mobil mahal, mewah seharga 600 juta, bayarnya cash loh! Waktu itu sebenarnya mau bayar pake US dollar, Di show room anu, rasanya gimana gitu beli mobil ratusan juta....bla…bla……
........................................
Lebih jauh aku jadi mikir :
Sebuah bencana dan cobaan hidup dapat menjadi blessing in disguise kalau itu membuat seseorang menjadi orang yang lebih baik, rendah hati, dstnya
Sebaliknya limpahan materi dan kenikmatan hidup dalam wujud aslinya adalah sebuah ujian dan kutukan, apabila itu membuat seseorang jadi sombong dan yaaa…gitu deh!
Balik soal people change.
Beberapa malam yang lalu, habis tutup warung, aku dan Di (Andika) keluar makan. Pulangnya masih mampir wedangan di daerah Ps Kembang. Lanjut ngobrol sampai hampir jam 1 pagi. (Itupun karena malu sama yang jual)
Dari obrolan panjang kami malam itu dan percakapan kami sebelumnya; aku merasa Di berubah. Syukurlah, berubah jadi lebih baik. Nampaknya kesempatan-kesempatan dan keberuntungan kehidupan yang dialaminya selama beberapa tahun ini membuatnya jadi lebih realistik dan dewasa.
Ohya, dia juga bisa membuat aku tertawa-tawa, sesuatu yang makin sulit aku lakukan. Hehe.
Peningkatan taraf hidup bisa saja diikuti kesibukan dan stress berat yang membuat seseorang jadi lebih mudah marah dan gak punya banyak waktu.
Meski demikian, pada beberapa teman; aku tetap masih bisa merasakan kehangatan, kerendahan hati dan kesederhanaan kebersamaan kami.
Namun ada beberapa teman lain yang karakternya berubah bahkan seolah ganti DNA.
Menyebalkan sekali melihat seseorang yang awalnya memiliki karakter rendah hati, sabar, tekun, sederhana, bahagia, penuh syukur pada Tuhan; berubah karakternya (hanya) karena taraf hidupnya meningkat.
Beberapa symptom or syndrome yang aku perhatikan:
Over pride
Harga diri jadi super duper tinggi.
Jaga sikap. Jaga Image.
Aku gak bisa sembarangan berteman, aku khan kudu menjaga nama baik instansi, keluarga, almamater, kampung, ibu kost, agama, bangsa dan negaraku… katanya.
Anti dicela.
Kritik is bacok!
Previlege is a must!
Seorang teman menolak sebuah taksi karena supir taksinya tidak membukakan pintu untuknya.
God is “Great”
Seorang teman bilang : Tuhan itu hebat ya, SAYA bisa beli mobil mahal, mewah seharga 600 juta, bayarnya cash loh! Waktu itu sebenarnya mau bayar pake US dollar, Di show room anu, rasanya gimana gitu beli mobil ratusan juta....bla…bla……
........................................
Lebih jauh aku jadi mikir :
Sebuah bencana dan cobaan hidup dapat menjadi blessing in disguise kalau itu membuat seseorang menjadi orang yang lebih baik, rendah hati, dstnya
Sebaliknya limpahan materi dan kenikmatan hidup dalam wujud aslinya adalah sebuah ujian dan kutukan, apabila itu membuat seseorang jadi sombong dan yaaa…gitu deh!
Balik soal people change.
Beberapa malam yang lalu, habis tutup warung, aku dan Di (Andika) keluar makan. Pulangnya masih mampir wedangan di daerah Ps Kembang. Lanjut ngobrol sampai hampir jam 1 pagi. (Itupun karena malu sama yang jual)
Dari obrolan panjang kami malam itu dan percakapan kami sebelumnya; aku merasa Di berubah. Syukurlah, berubah jadi lebih baik. Nampaknya kesempatan-kesempatan dan keberuntungan kehidupan yang dialaminya selama beberapa tahun ini membuatnya jadi lebih realistik dan dewasa.
Ohya, dia juga bisa membuat aku tertawa-tawa, sesuatu yang makin sulit aku lakukan. Hehe.
1 comment:
Kaya kacang lupa kulitnya. jujur gw juga menghadapi teman" lama yang 'mendadak' berubah kepribadiannya. di FB mereka gembar-gembor dan berkoar ttg 'kehebatan' mereka. dalam kehidupan nyata pun ga ada bedanya. ada teman yang sudah kaya raya, waktu ketemu dia menunjukkan kalo dia sudah naik kelas. dia memamerkan benda" mewah miliknya dengan tak lupa menyebutkan harga"nya tanpa gw tanya (anjr*t!!! padahal dulu dia sering bgt pinjem duit dan ga bayar!!!). aku ga merasa sakit hati ataupun iri, justru merasa kasihan. kasihan bgt!!! terakhir gw denger, kalo dia dipenjara dengan kasus penggelapan/penipuan. kasihan banget memang!!
Post a Comment